Tuesday, February 23, 2010

re : Surat Cinta Untuk Cinta

Balasan surat saya kepada cinta.

Dear Victor,

Maafkan aku karena baru saja membaca suratmu. Ribuan surat datang dari seluruh penjuru dunia setiap harinya. Sampai aku kewalahan membaca semuanya. Tapi, saya tertarik dengan isi suratmu kepadaku.

Victor, sebelumnya aku mengucapkan terima kasih, karena kamu masih percaya padaku di dunia yang mulai meragukan diriku. Banyak hal yang sekarang terjadi, hanya mengatas namakan kesucian diriku. Mereka bilang cinta, tapi nyatanya hanya sebagai pemanis mulut saja. Kerap kali, aku sedih dengan hal ini, melihat kenyataan yang ada di dunia ini. Benar yang engkau katakan, diriku sudah tidak dikenali seperti dulu lagi. Mereka bilang cinta, tapi hanya menginginkan seks semata. Mereka bilang cinta, tapi hanya sebuah skenario bisnis keluarga. Mereka bilang cinta, tapi ternyata hanya agar menaikkan status sosialnya.

Sebenarnya, diriku ada beberapa. Aku cinta, mempunyai empat saudara kembar. Mereka bernama Agape, Eros, Philia, dan Storge.

Storge adalah diriku yang kamu rasakan dalam hubungan dengan keluargamu. Cinta pada ayah, bunda, anak, kakak, adik, keponakan, sepupu, paman, bibi, dan lain-lainnya.

Philia adalah diriku yang kamu rasakan dalam hubungan dengan teman-temanmu. Terkadang Philia sering dikenali sebagai Eros, saudara kembarnya. Tapi, Philia dan Eros adalah pribadi yang sangat berbeda. Eros seperti kisah mars dan venus yang bertemu di bumi. Ada gairah dan hasrat yang lebih dari seorang Philia. Eros inilah yang sering disalah gunakan oleh manusia. Bukan Eros yang salah, karena kami, tidak pernah salah dalam mengenali manusia yang merasakan kehadiran kami. Manusia lah yang sering salah mengartikan kami dengan saudara-saudara tiri kami.

Saudara tertua kami, Agape, adalah diriku yang kamu rasakan dalam hubungan dengan Penciptamu. Dengan Tuhan dan begitu juga sebaliknya. Agape adalah diri kami yang paling murni, karena dialah kesejatian dalam diri kami. Agape tidak pernah bersyarat, walaupun sebenarnya, kami semua tidak pernah menuntut balas. Agape juga lah yang paling tersembunyi, jarang terlihat, karena dia adalah diri kami yang paling dirasakan dan paling dihayati, dan masing-masing manusia yang merasakannya, mempunyai takaran tersendiri.

Satu lagi yang aku ingin kamu ketahui, aku setiap hari, setiap saat, hadir di setiap nafas hidupmu. Saat engkau bernafas, menikmati sejuk udara dan hangat mentari pagi, saat itu Agape hadir di sekitarmu. Saat engkau mendapat telepon dari orang tuamu, untuk mendengar kabarmu, saat itu Storge ada di dekatmu, sedang berbicara padamu. Saat engkau pergi dan makan bersama temanmu itu, aku lupa namanya, sebenarnya saat itu Philia juga ada disana.

Mungkin, maksudmu engkau ingin tahu kapan saat bertemu Eros? Eros sebenarnya ada di sekitarmu. Hanya kamu terkadang tidak peka akan kehadirannya. Kamu kadang mengenalinya sebagai Philia, atau saudara tiriku lainnya. Percaya saja, Pencipta kami, akan mengenalkan eros padamu, tepat pada saatnya. Bukankah semuanya indah pada waktuNya? Saat engkau bertemu dengannya, pasti kami akan membantumu mempertahankannya, melalui Agape, Storge, Philia yang kamu rasakan. Kami juga tidak ingin saudara kembar kami dilukai. Jangan menyerah, kami akan memberikan kekuatan padamu.

Percayalah, kami, cinta, selalu ada di kehidupanmu, apapun yang terjadi, bahkan saat dirimu merasa sendiri. Kami, cinta, selalu ada di sekitarmu, sepasti udara segar yang engkau hirup, sepasti fajar yang merekah setiap pagi, juga sepasti bumi mengelilingi matahari.

Selamat merayakan hari kasih sayang, Victor.

Salam dari kami,
Cinta (Agape, Storge, Philia, dan Eros).

Angin, Daun, dan Pohon

Namaku Bayu, bangsa angin, ras sepoi-sepoi. Aku sudah mengelilingi dunia, semua tempat di lima benua, baik yang indah maupun sebuah antah berantah, telah aku kunjungi. Aku suka berkeliling, melihat tingkah laku semua makhluk Tuhan di bawah sana. Kadang membuatku tertawa, kadang membuatku merenung, bahkan menangis ketika aku melewati benua hitam, benua Afrika mereka menyebutnya.
Hingga akhirnya, aku sampai di tempat ini, di hutan yang mereka namakan Amazon. Aku suka tempat ini, teduh, jauh dari kebisingan mesin dan asap yang disebabkannya. Aku suka bermain dengan air dan ikan-ikan di dalamnya. Aku meniup mereka, dan mereka beriak tertawa, ikan-ikan melompat-lompat ingin bermain juga.
Teman -temanku sudah mengajakku pergi, untuk berkeliling lagi, tapi aku sudah nyaman disini. Lagipula, aku mempunyai teman baru, namanya Livi. Aku suka padanya, ingin mengajaknya bermain bersama, tapi dia lebih suka menatap Alberto, pohon oak yang menjulang tinggi. Paling tinggi diantara kawan-kawannya.

Namaku Livi, bangsa daun, ras menjari. Aku dari kecil hidup dengan Alberto, dan aku selalu menempel padanya. Aku suka mendengar cerita-cerita darinya, juga teman-temanku yang lain. Mereka semua suka pada Alberto, karena Alberto lah kami tetap hidup. Tapi, perasaanku padanya lebih dari sekedar suka.
Aku cinta padanya.
Aku tidak akan lelah untuk tetap berpegangan pada rantingnya, walaupun bangsa angin coba menerbangkanku. Dan aku pikir, Alberto juga memegangiku erat, karena beberapa kawanku lepas, terbang entah kemana dibawa bangsa angin yang sedang marah melintas. Tapi, akhir-akhir ini, aku tahu ada yang memperhatikanku. Kata temanku dia bernama Bayu, bangsa angin yang ditinggalkan teman-temannya, atau karena dia ingin tetap tinggal disini? Bayu suka merayuku untuk pergi dengannya, meninggalkan Alberto disini. Tapi dia tidak mempunyai kekuatan seperti teman-temannya, yang bahkan mampu membuat Alberto melakukan kuda-kuda, agar tidak jatuh tumbang seperti beberapa kawannya. Aku tahu, setiap hari, setelah bermain dengan air dan ikan-ikan di sungai yang tidak jauh dari sini, Bayu kemudian pergi ke hutan ini, menggodaku agar mau pergi bermain dengannya. Tapi aku acuh, tak bergeming, aku tidak ingin meninggalkan Alberto sendiri. Aku cinta padanya. Aku rela mati untuknya, dan seperti yang lain, akhirnya aku akan membusuk dan menjadi makanannya. Tapi aku tak peduli itu, bukankah cinta memang harus berkorban? Dan begitulah setiap harinya, godaan Bayu tak kuhiraukan.

Namaku Alberto, bangsa pohon, ras oak. Aku terlahir dengan tubuh yang kuat, karena kata mereka, badanku adalah yang terbaik dari semua bangsaku yang yang lain. Aku paling tinggi dari semua teman-temanku, dan entah kenapa aku tidak menyukai itu. Aku selalu terkena panas dari sang matahari, yang dengan pongahnya duduk di singgasana di atas sana. Seolah-olah tidak peduli pada kami yang terbakar disini. Aku juga selalu terkena sang hujan. Dengan dingin mereka menghajarku seolah-olah aku tiada berdaya. Tapi, karena matahari dan hujanlah, aku bisa menjadi seperti sekarang.
Menjadi tinggi dan kuat.
Aku tahu ada beberapa kawanku yang tidak suka denganku. Mereka menganggapku tidak mau berbagi hujan dan cahaya matahari. Tapi kawan, bukan kehendakku menjadi yang tertinggi dan mempunyai ranting yang menutupi sinar matahari. Bukan salahku mempunyai daun yang lebat sehingga menghalangi hujan langsung jatuh ke bumi.
Daun. Aku mempunyai banyak daun.
Aku tidak mengenal mereka satu per satu, tapi aku tahu ada Livi yang selalu memperhatikanku. Kata rantingku, dia jatuh cinta padaku. Tapi aku tak bisa mencintainya. Bagaimana mungkin aku hanya mencintai satu daun dan menghiraukan yang lainnya? Tidak. Aku tidak boleh membiarkan dia jatuh cinta padaku.

Bulan demi bulan berganti. Tapi rutinitas itu tak berganti.

Bayu tetap berharap bisa membawa Livi pergi, Livi tetap menatap pada Alberto, dan Alberto tetap tak peduli akan sinyal cinta yang disampaikan Livi melalui air di tubuhnya. Hanya air yang bisa merasakan hangat cinta Bayu kepada Livi, dan Livi kepada Alberto. Dan air pun berkata akan cinta Bayu pada Livi, melalui aliran di dalam tulangnya. Tapi Livi tetap tak menghiraukan. Livi pun kemudian menolak, jika ada aliran air yang akan menembus tulangnya, ia tetap bersikeras bahwa suatu hari nanti, Alberto akan tahu betapa besar cintanya padanya.

Hari berganti hari, Livi semakin lemah. Tubuhnya tidak hijau lagi, mulai menguning, dan hampir mati. Ia tetap menolak aliran air masuk ke dalam ruas tulangnya. Ia ingin membuktikan cintanya pada Alberto. Dan Bayu, tidak tinggal diam melihat hal ini. Dengan seluruh kekuatannya, ia meniup Livi, agar tidak mati sebelum dia tahu cintanya padanya. Livi bertahan, berpegang erat pada Alberto. Alberto tahu akan hal ini, tapi dia tetap pada pendiriannya semula, dia tidak bisa jatuh cinta pada Livi. Livi sangat lemah, apalagi setelah dia tahu, bahwa Alberto tidak memeganginya erat, dia hanya bisa pasrah dan berserah. Akhirnya Livi terlepas dari Alberto, dibawa pergi oleh Bayu, melihat isi dunia yang selama ini hanya dia lihat dalam sosok Alberto. Ya, cinta sudah membutakannya. Bersama Bayu, dia akhirnya sadar satu hal, bahwa lebih baik belajar mencintai Bayu yang mencintainya, daripada berharap akan cinta pada Alberto yang tidak pernah sedetik pun mencintainya.

Livi, sebelum kematiannya, telah merasakan cinta yang ia ingin rasakan. Di dalam dekapan Bayu, dia akhirnya merasakan ketenangan dan keindahan. Ia menyesal, mengapa tidak memilih Bayu dari dulu. Tapi Bayu tidak pernah menyesal, walau hanya sehari Livi berada dalam peluknya. Sebab dia tahu, inilah cinta sejatinya.

Apakah daun terlepas dari pohon karena tiupan angin yang membawanya? Atau... daun terlepas dari pohon karena pohon tidak mempertahankannya?

Tuesday, February 16, 2010

Grow a Day Older

Saya paling tidak suka dipanggil 'bos', atau 'pak'.

Lebih baik menyapa saya dengan 'vic' saja, atau 'kak' buat yang belum mengenal nama. Buat saya, lebih nyaman dan enak didengar (juga dibaca). Kenyataannya umur saya baru 22 tahun, walaupun terlihat 25 atau lebih tua, dan saya juga masih jauh dari keadaan hidup berumah tangga. Lagipula saya tidak suka menjadi 'bos', entah kenapa. Saat saya bekerja, saya lebih suka menyebut teman kerja sebagai 'partner', baik itu atasan atau bawahan.

Hari ini, saya bertemu teman SMP saya. Dia tidak mengenali saya, mungkin karena perawakan saya yang telah (sangat) berubah. Percayalah, dulu waktu SMP (dan SMA) saya memiliki tubuh proporsional dan wajah lumayan tampan. Mungkin karena terkena dampak sistemik hidup perkotaan, jadilah saya seperti ini sekarang.
Saat saya melihatnya, ada niat saya untuk menyapanya, mungkin bercerita tentang kenangan di bangku SMP, saat piknik sekolah atau kemah bersama. Tapi saat saya mendekat, dia terlebih dahulu dihampiri seorang wanita muda yang menggendong anak. Saya melewatinya saja, tapi telinga masih menangkap perkataan wanita itu pada teman saya. "Pa, nanti pulangnya naik kereta jam 4 aja ya".

"Pa", dia istrinya berarti. Nama teman saya Bobby Susanto, jadi gak ada unsur "Pa"nya. Juga kalau mereka masih pacaran, bayi itu anak siapa? Apakah kata "Mas" atau "Say" sudah diganti jadi "Pa"? Dia sudah menikah berarti, itu kesimpulan saya. Ah, seingat saya dia hanya beda 1 tahun dengan usia saya, jadi masih sekitar 23-24 tahun umurnya, tapi sudah beristri dan beranak. Saya gak habis pikir dibuatnya.

Saya sudah beranjak tua...

Pernah pada suatu kesempatan berbeda, bertemu adik sekolah minggu yang satu kereta dengan saya menuju kota Jogja. Dia sudah SMA, di suatu sekolah yang isinya hanya pria. Saya sempat shock dibuatnya. Dia sudah besar, seperti baru kemarin saja, saat masih di sekolah dasar, saya gemar mencubit pipinya saking gemasnya. Tapi lagi-lagi dia tak mengenali saya.

Saya sudah beranjak tua...

Masih teringat di benak saya, saat masih kecil, saya suka menirukan gaya orang dewasa. Pura-pura mencukur kumis dan jenggot dengan pasta gigi, ingin tidur larut malam, hingga suka kabur saat disuruh tidur siang.
Sekarang, saya jengah dengan kegiatan mencukur kumis dan jenggot pake foam, pengen tidur cepet, dan tiap siang hari juga selalu ingin tidur. Tapi sudah bukan waktunya lagi melakukan hal kanak-kanak, hidup bebas tanpa beban, seperti yang dibilang penyanyi cilik itu, Cindy Cenora, "krismon krisis moneter, aku sih ya cuek aja".

Saya sudah beranjak tua...

Kadang saya takut menghadapi kenyataan ini. Tiap bangun pagi, menyadari usia saya bertambah satu hari. Bahkan saat usia saya menginjak 22, saya takut saat hari itu tiba. Apa yang telah saya lakukan selama ini? Entah apa yang akan terjadi di hari saat saya menginjak usia 23. Takut ataukah kalut.
Saya pernah mendengar cerita, dari seorang tua yang tinggal di panti wreda, bahwa dia tidak ingin mengingat hari ulang tahunnya. Bahwa dia benci saat para perawat di panti dan teman-temannya merayakan hari ulang tahunnya. "Saya takut mengetahui berapa usia saya" katanya. Terkadang saya juga.

Saya sudah beranjak tua...

Kembali saya mengingat 18 tahun kejadian dalam hidup saya. 18, karena ingatan dalam senarai otak saya, dimulai dari usia 4 tahun saat saya masuk TK. Tapi banyak bayangan kabur disana, tidak jelas. Kata ilmuwan, otak manusia tidak akan pernah lupa. Semua ada di dalam sana, tinggal bagaimana manusia itu merangkai senarainya. SD... SMP... SMA.. kuliah... kerja... STOP. Saya masih belum bisa membayangkan hidup berdua, bertiga, berempat, berlima, atau berenam dalam satu rumah. Saya masih belum bergairah untuk menikah. Saya masih belum siap dengan tanggung jawab menghidupi keluarga dan sebagainya. Saya sadar, menikah tidak semudah kata buku roman picisan atau buku stensilan di Pecenongan. Menikah berarti memasuki perlombaan baru dalam hidup, mulai berlari dalam sebuah pertandingan dengan seorang partner di sampingnya. Dialah istri saya. Dan saya sadar akan hal itu sepenuhnya. Bahwa nantinya saya akan di sisinya sepanjang sisa hidup saya, beranjak tua dalam pelukannya.

Saya sudah beranjak tua...

Ah... tidak.

Saya sudah beranjak dewasa...

If everything has been written down, so why worry, we say...
It's you and me with a little left of sanity.
(Dewi Dee - Grow a Day Older)

Thursday, February 4, 2010

Tuhan Itu Wangi

NKB 197 : 3
Meski tumpuanku pada Yesus, Tuhanku,
tidaklah aku jauh dari susah dan keluh


Pada saat aku denger lagu dari NKB itu, saat itulah aku ngerasa bahwa Tuhan sedang berbicara denganku. Sebenarnya, setelah aku renungkan, sudah berulangkali Tuhan berbicara denganku. Aku adalah orang yang hidupnya sering jauh dari Tuhan. Aku deket ama Dia cuma pas aku lagi seneng aja, kalo pas lagi susah ato kecewa aku kembali lagi pada ’hidup duniawi’ku. Jadi boleh dibilang aku adalah orang yang cuman mau enaknya aja, cuman mau berkatNya aja, tapi pas Dia ngasih sebuah ’tantangan’ buat aku lewatin, aku mulai mundur dariNya. Aku memang bukan Ayub yang berkata, ”Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?” (Ayub 2:10).
Aku orang yang egois, mau menangnya sendiri. Kalo aku pengen ini, pokoknya harus! Gak boleh enggak! Jadi, aku pengennya pas aku lagi punya masalah, aku langsung ditolong ama Dia tanpa harus berpikir atau bertindak untuk menyelesaikan masalahku. Langsung ’simsalabim’, semuanya beres. Terus, aku juga pengennya Tuhan tuh mau menampakkan diriNya ama aku (kayak kisah-kisah di Alkitab, Musa, Elia, Paulus), bisa aku ajak ngobrol kayak aku lagi ngomong ama temenku. Tapi, aku selama ini merasa kalo Tuhan itu ’bisu’, setiap aku berdoa atau pas lagi cerita atau curhat ama Dia, aku gak pernah denger suaraNya secara langsung. Aku cuma melakukan monolog sama Dia. Jujur, aku pernah nganggep Dia tuh gak ada, nganggep Tuhan tuh cuma khayalan ato fantasi dari jutaan manusia yang percaya bahwa Dia ada. Yah, pokoknya waktu itu aku berpikir kalo Tuhan tuh cuma ’omong kosong’.

Saat itu aku lagi down banget, aku lagi ngadepin banyak banget masalah. Tapi karena aku orangnya punya ego yang gede, aku gak pernah mau cerita ke orang lain tentang masalahku ato minta bantuan ke orang lain termasuk sama keluargaku. Jadi waktu itu aku cuma mengunci diri dalam kamar, nangis sejadi-jadinya, dan...cerita semua yang aku hadapin ama Dia. Memang sih, setelah aku selesai ngomong panjang lebar ke Dia, aku saat itu ngerasa agak lega. Tapi masalahnya gak selesai sampe disitu, esoknya masalah kembali datang. Dan saat itu aku ngerasa bahwa Tuhan itu gak ada, Tuhan tuh sibuk ama urusanNya sendiri, kemudian aku berpikir bahwa Tuhan tuh gak sayang ama aku. Kalo Bruce Nolan bilang, ”Tuhan tuh seperti anak kecil dengan kaca pembesarnya yang pura-pura memperhatikan aku, tetapi sebenarnya Dia juga sedang menyiksa aku” (’Bruce Almighty’ movie). Tiga hari berikutnya, aku benar-benar jauuuh dariNya. Aku mulai hidup dengan jalan pikiranku sendiri, gak pernah doa lagi pas makan (apalagi saat teduh), dan mulai mengasihani diriku sendiri.

Tapi aku gak pernah berpikir bahwa pada saat-saat itu sebenarnya Tuhan sedang menjawab semua masalahku. Dalam tiga hari, Tuhan selesaikan semuanya! Dan hal itulah yang aku tidak sadari selama tiga hari itu. Dan puji Tuhan, Tuhan gak membiarkan aku lebih lama lagi dalam kesendirianku, karena jujur aja selama tiga hari itu aku ngerasa ada yang hilang dalam hidupku. Aku memang belum pernah punya pacar, tapi mungkin saat itu yang aku rasakan kayak seseorang yang lagi putus sama pacar, atau kayak seseorang yang lagi marahan sama kekasihnya.

Seperti biasanya, setelah pulang kuliah aku langsung tidur sambil dengerin MP3 pake WinaMP3. Dan saat itulah Tuhan ’berkunjung’ ke kamar kostku. Mulanya, komputerku secara kebetulan (atau memang sudah rencana Tuhan) muter lagunya Audy yang berjudul ”Lupakah Engkau”. Tapi aku gak ngerasain waktu itu, kalo saat itu ada kehadiran ’seseorang’ yang ada di kamarku selain aku sendiri. Aku memang gak percaya sama hantu, setan atau roh-roh gentayangan yang katanya sering dilihat sama orang-orang. Aku cuma tahu hantu, setan, atau roh-roh gentayangan itu cuma iblis yang nyamar buat nakut-nakutin. Aku dulu pernah liat di sebuah majalah kristiani, ada gambar seekor iblis yang pake baju pocong buat nakut-nakutin orang yang lewat di kuburan pada malam hari, dan yang lucu lagi di bajunya ada tulisan ’Made in China’...dan karena gambar itulah aku ampe sekarang gak percaya kalo ada mayat yang bisa hidup lagi, atau roh-roh penasaran yang gentayangan buat nakut-nakutin orang. Lagian, roh yang pada kita jauuuh lebih besar dari semua roh yang ada di dunia ini!!! Iya gak? Kembali lagi ke yang tadi... pas lagunya Audy diputer, aku mencium bau yang wangi, kayak wangi parfumnya seorang cewek. Jadi aku mikirnya pasti temen kostku lagi ada temen ceweknya yang dateng. Tapi semakin aku cium, wanginya semakin buat aku nyaman.

Dan saat itulah, aku mulai tertidur.

Pokoknya, aku gak tahu lagi...pas aku tidur ato aku cuma berbaring (yang jelas aku ngerasa ada yang gak beres sama jiwaku) lagunya Audy mulai terdengar ”lupakah engkau ada Dia yang mengasihi dirimu, lupakah engkau ada Dia yang setia menemanimu, di saat engkau terjatuh...” kira-kira gitu yang aku denger saat itu. Dan lirik lagu itu mulai terus terngiang di telingaku, dan kemudian ada sesuatu yang ngomong dalam hatiku dan mulailah aku ngerasa aku gak sedang ada di kamarku lagi... Dan saat itu aku percaya kalo Tuhan sedang berbicara sama aku!!! Pas aku terbangun, ternyata sudah 3 jam aku tidur. Padahal sepertinya baru 5 menit aku tertidur. Kemudian, aku mulai puter lagi lagunya Audy dan aku dengerin liriknya... dan mulai saat itu aku mulai yakin lagi akan ’ada’nya Tuhan!

Aku mulai lagi perbaiki hubunganku ama Dia, sampe sekarang... dan saat aku mulai dapet masalah aku tinggal ngomong aja ke Dia, gak peduli aku lagi di jalan, di kampus, lagi mandi, atau pas lagi berbaring di atas tempat tidur. Karena aku yakin, Tuhan tuh gak jauh... Dia selalu ada disampingku, dimanapun aku berada atau disaat kapanpun juga. Tuhan tuh kayak matahari, gak bisa kita liat atau kita sentuh, tapi bisa kita lihat sinarnya, dan bisa kita rasakan hangat sinarnya. Dan satu lagi, Tuhan bisa berbicara pada kita lewat apa aja, lewat perkataan yang kita denger dari orang lain secara sengaja atau tidak, lewat apa yang kita lihat, lewat alam, atau bahkan lewat lagu yang kita dengarkan... dan yang jelas Tuhan tuh sayang ama kita dan gak mau kita jauh dari Dia.

Dan sampe sekarang aku masih sering denger ada suara yang berkata-kata di telingaku, dan terkadang aku masih sering mencium wangi parfumNya...

********/*******
McD Mall Malioboro,
di suatu malam yang sangaaat indah :-)

Paradoks

Kasus #1:
Orang ingin mengurangi panas di dalam rumah dengan membeli AC. Padahal panas berlebih seperti sekarang ini akibat global warming, freon AC adalah salah satu penyebab efek rumah kaca. Di sisi lain, efek pemanasan global menjadi semakin luas dan bertambah cepat karena populasi AC bertambah. Juga menambah konsumsi listrik, padahal energi sumber listrik tidak bertambah.

Kasus #2:
Saat masih muda, energik, mati-matian mencari uang, workaholic, sehingga sering lupa beristirahat. Dan saat masa tuanya, uang yang dikumpulkan tidak bisa dinikmati karena habis untuk membiayai pengobatan penyakit-penyakit di dalam tubuhnya akibat hidup yang tidak sehat saat masa mudanya.

Kasus #3:
Makan makanan yang enak-enak, pasti mahal. Dan biasanya, makanan yang enak di lidah, berpotensi menimbulkan penyakit, seperti kolesterol dan darah tinggi. Agar mencegah hal itu, kemudian orang berusaha berolahraga untuk meminimalisir akibat yang tidak diharapkan. Dan tidak jarang, untuk hal ini, orang kemudian mengeluarkan uang untuk membeli peralatan fitness atau membayar biaya seorang personal trainer (PT). Juga mengkonsumsi obat untuk mengurangi darah tinggi dan penyakit sejenis akibat makan makanan "enak" tadi. Sehingga lebih banyak harga (baca: uang) yang harus dikeluarkan untuk "mengeluarkan" kandungan makanan enak tersebut yang berlebih di dalam tubuh.

Kasus #4:
Dulu untuk sebuah SMS (Short Message Service) tiap pengguna membayar Rp. 350,- (dalam negeri) dan Rp. 1000,- (luar negeri). Tarif telepon juga tinggi. Kemudian, karena biaya komunikasi di negara ini dianggap paling mahal se-Asia, pemerintah kemudian menurunkan tarif komunikasi sampai semurah sekarang ini.
Tarif SMS hanya Rp. 15,- semua operator dan telepon hanya Rp. 300,- sepuasnya ke sesama operator (tarif salah satu operator seluler).
Apakah anggaran rumah tangga untuk biaya komunikasi menurun? Saya kira tidak. Justru bertambah. Contohnya saya, 7 tahun lalu saya hanya menghabiskan 25ribu sebulan untuk biaya komunikasi. Sekarang saya bisa menghabiskan hingga 100ribu dalam sebulan. Padahal tarif turun hingga 2000% daripada 7 tahun lalu. Mengapa ini bisa terjadi? Apakah karena murah, pemakaian jadi bertambah? Atau karena fenomena "satu ponsel tidak cukup", sehingga harus "menafkahi" (baca: menghidupi) 2 atau 3 ponsel dalam sebulan?
Di sisi lain, karena penurunan tarif, kualitas layanan juga semakin buruk. Pihak operator berdalih karena semakin banyak user (baca: pelanggan), tapi biaya untuk maintenance (baca: perawatan) atau memperbaiki fasilitas tidak bertambah. Juga karena persaingan di dunia seluler semakin ketat, perang tarif menjadi cara paling masuk akal untuk menjaring lebih banyak pelanggan.

Kasus #5:
Jalanan semakin hari semakin macet karena jumlah kendaraan bertambah, tapi tidak dibarengi dengan bertambahnya ruas jalan. Populasi kendaraan bermotor, terutama di kota besar terus meningkat dari hari ke hari. Bahkan pada beberapa keluarga kaya, hal yang wajar mempunyai 1 mobil untuk tiap anggotanya. Pemerintah menganjurkan masyarakat menggunakan fasilitas angkutan umum dan menaikkan pajak kendaraan bermotor agar jumlahnya bisa ditekan. Di sisi lain, perusahaan otomotif gencar melakukan penjualan dengan berbagai iklan, untuk menambah kendaraan yang berseliweran di jalan. Perusahaan otomotif berkepentingan karena mempunyai ribuan karyawan, dan mereka harus menjual sesuatu agar perusahaan tetap berjalan. Belum lagi bisnis asuransi dan kredit yang juga hidup dari adanya transaksi jual-beli kendaraan. Fasilitas angkutan umum juga tidak lebih baik dan tidak menjangkau semua kawasan. Siapa yang salah? Masyarakat, perusahaan yang berkepentingan, atau pemerintah?

Kasus #6:
Karyawan dan buruh berdemo menuntut haknya pada perusahaan tempat mereka bekerja. Tidak jarang hal ini membuat kemacetan atau penutupan jalan. Di sisi lain, pengguna jalan menjadi kehilangan haknya untuk mengakses jalan yang biasanya dilewati, menjadi "ganti kompas" sehingga waktu dalam perjalanan menjadi bertambah. Juga bisa jadi, saat itu ada orang yang sedang kritis di sebuah ambulance, menjadi meninggal karena menempuh perjalanan yang lebih lama untuk sampai ke rumah sakit, akibat pemblokiran jalan karena ada orang-orang yang menuntut haknya. Apakah benar, menuntut hak tapi mengabaikan hak orang lain?

Kasus #7:
Mahasiswa berdemo di Senayan menuntut agar negara tidak mengeluarkan uang yang tidak perlu untuk memfasilitasi menteri, pejabat tinggi negara dan anggota dewan. Tetapi yang terjadi kemudian, mereka melakukan aksi anarkis dengan menghancurkan pagar gedung MPR/DPR juga beberapa mobil dinas. Bukankah hal itu malah membuat sebuah "proyek" baru bagi segelintir oknum untuk berpikir, bagaimana menghabiskan uang negara? Dengan dalih memperbaiki pagar dan fasilitas lain yang rusak, siapa yang bisa jamin tidak ada korupsi yang terjadi di "proyek" yang disebabkan ulah mahasiswa, yang menuntut penghematan uang negara?

********/*******

Masih banyak paradoks (hal yang bertentangan) antara maksud tujuan dengan akibat yang disebabkan tujuan awal. Ada yang mau menambahkan lagi "pikiran paradoks" manusia di jaman sekarang ini?

Untuk mengatasi hal ini, mungkin dibutuhkan sebuah harmoni dan pikiran jangka panjang sebelum melakukan sesuatu.


PS. Kasus #4 mungkin bukan tergolong paradoks, hanya curcol dari saya :)

Sex Education (?)

Saya tidak setuju dengan reportase berita tentang adanya video mesum yang beredar di masyarakat. Baik melalui media cetak maupun maupun media televisi. Seperti berita kemarin malam, di NtarTV, disebutkan (lagi-lagi) telah beredar video mesum antara 2 remaja di sebuah menara, di kawasan Ma**ra. Lucunya, kamera malah menyorot (baca: mengambil gambar) orang-orang yang ramai nonton di ponsel mereka. Ada bapak-bapak bertiga di warung kopi, ada juga anak-anak yang nonton secara bersama (nonton bareng) di ponsel salah seorang temannya. Tambah lucunya lagi, kamera wartawan malah menyorot layar ponsel (tapi di blur) yang berisi adegan panas (MLnya di siang hari jadi panas ;p).

Saat ditanyai wartawan, bagaimana tanggapan masyarakat tentang video mesum tersebut, salah seorang bapak itu menjawab, "ya saya gak setuju sama perbuatan pelakunya. Itu bisa merusak nama baik wilayah ini" (2 teman di belakangnya masih menatap layar ponsel). Video berdurasi kira-kira 3 menit itu, dan berjudul 'Menara Bergoyang' karena dilakukan di sebuah menara mercusuar, kok bisa-bisanya sampai ke tangan anak-anak di wilayah itu. Salah seorang anak yang diwawancarai berkata, "saya dapet dari tetangga" (sambil cengangas-cengenges *bahasa Indonesianya apa ya?*).
Wartawan : "gimana tanggapan adik terhadap video itu?"
Anak : "gak suka, soalnya mereka berbuat dosa" (sambil ketawa, diikuti iringan tawa teman-temannya)
Wartawan : "adik gak akan meniru perbuatan itu kan?"
Anak : "enggak mas, soalnya dilarang orang tua" (masih ketawa)
>>> mungkin dalam hati tuh anak bilang 'besok mas kalo udah gede baru ngelakuinnya, sekarang masih kecil'.
Wartawan : "makasih ya dik".
Anak itu terus berkerumun lagi liat video tadi.

********/*******

Miris? Iya. Siapa yang bodoh? Si wartawan atau penanggung jawab siaran berita itu, yang memasukkan berita aneh dalam komposisi reportasenya?
Menurut saya, berita seperti ini juga hanya menambah wawasan bagi pengoleksi film biru akan adanya video baru. Bukan berita penting buat khalayak banyak. Jadi kan gak penting banget gitu loh!

Kembali pada anak-anak tadi (kebetulan laki-laki semua yang tersorot kamera). Gimana reaksi orang tuanya ya saat lihat TV, liat anaknya nonton bareng video bokep? Memalukan gak sih, lihat anaknya masuk TV tapi karena dimintain pendapatnya soal video mesum. Hal ini juga mengakibatkan, yang tadinya seks hanya dikenal orang dewasa, sekarang anak-anak SD (baca: bocah precil) aja bisa mengakses dan mencari tau apa itu hubungan seks. Bahkan melihat sendiri bagaimana melakukan hubungan suami-istri itu.
Sehingga, usia “melek seks” lambat laun, semakin dini. Jika 20 tahun yang lalu, seorang anak baru mengerti apa itu seks saat dia berusia 17 tahun ke atas, sekarang (ada) bocah kelas 3 SD yang bisa jelasin gimana berhubungan seks.

Hal itu menciptakan sesuatu yang berbeda di jaman ini. Anak-anak remaja yang baru belasan tahun, mulai mengeksploitasi, mulai mencari tahu potensi seksual dalam dirinya. Mereka mulai memakai pakaian minim, mulai tertarik dengan lawan jenisnya, juga mulai berpikir bagaimana terlihat seksi (baik pria maupun wanita), dan melakukan hal-hal yang dahulu hanya dilakukan oleh anak usia 20 tahun keatas (menggoda cewek/cowok, nongkrong di pusat keramaian, dsb). Rentang usia saat mereka merasakan gejolak seks dalam dirinya, juga semakin panjang. Mereka mulai gak bisa nahan hasrat itu terlalu lama. Beberapa hari yang lalu, seorang remaja usia 17 tahun, udah bisa bilang begini kepada saya, “sekarang kan lagi enak-enaknya kalo ML mas, lagi sangat bergairah”. Itu karena dia mulai “melek seks” sejak usia 12 tahun, saat duduk di bangku SMP. Sudah 5 tahun, dia melakukan eksplorasi seks terhadap dirinya sendiri, sehingga saat sudah mulai bosan, dia ingin mencari partner untuk mengetahui seks lebih jauh lagi. Tentunya yang dimaksud partner seks oleh dia, ya lawan jenisnya. Istilahnya dia, “sekarang mau cari lawannya”.

Bisa bayangkan beberapa tahun ke depan? Anak-anak yang mulai “melek seks” sejak SD beranjak dewasa? Bisa jadi anak SMP sudah kepengen tahu rasanya berhubungan seks, setelah dia mengeksplorasi dirinya secara seksual, sejak masuk SD.

Pendidikan seks memang perlu sedini mungkin di jaman seluler seperti sekarang ini.

Saat Indah Cuci Darah

Pagi ini Indah (nama motor saya) saya mandikan dan ganti oli. Udah 2137 km sejak ganti oli terakhir kali. Katanya kalo mesin mau awet, ganti olinya jangan sampai lebih dari 2500 km, apalagi kalau motor suka membawa beban berat (seperti saya) harusnya di bawah 2000 km sudah harus ganti. Saya pakai oli 15W-50W, yang dipakai Casey Stoner, pembalap idola saya, di MotoGP. Any question? (halah... ngilan rek :p)

Tulisan di kemasan oli 15W-50W, itu artinya batas bawah sama batas atas (kok kayak tarif angkutan ya?). Batas bawah (15) itu menunjukkan kekentalan oli tersebut. Semakin kecil angkanya, semakin bagus mutunya. Misal oli dengan batas bawah 15 pasti lebih bagus daripada oli dengan batas bawah 25. Karena oli kalau semakin cair (baca: encer) itu membuat gerakan piston tambah lancar geraknya (bayangkan berenang di susu kental manis sama air sirup, pasti lebih cepat geraknya di air sirup -ya gitulah kira-kira kalau mau bayangin-). Juga oli mesin kalau encer, juga lebih mudah "menyusup" ke bagian mesin yang susah dijangkau (baca: di selah-selah).
Kalau batas atas (50) itu menunjukkan tingkat ketahanan oli mesin terhadap panas. Semakin besar angkanya, semakin baik mutunya. Oli mesin dengan batas atas 40, misalkan bisa menahan panas hingga 400' C, kalau oli mesin dengan batas atas 50, bisa menahan panas hingga 500' C. Jadi mesin tetap terjaga (baca: awet), meskipun dibawa perjalanan jauh (baca: mesin hidup terus). Katanya sih, motor buat ajang kebut-kebutan Stoner dkk, pake oli 10W-75W. Oleh karena itu, pakailah oli Sh... (hehehe, tetep ngiklan :p)

Kok jadi ngomongin oli ya? Bukan itu sih sebenarnya maksud saya nulis dari awal. Saya mau bilang, kalau donor darah itu penting. Mengapa? Apa hubungannya oli dengan darah?

Begini... Waktu saya ganti oli, saya liat oli yang ada di dalam mesin, waktu dikeluarin warnanya hitam legam. Padahal waktu dulu dimasukkin bening kekuningan. Saya langsung berpikir, oli ibaratnya darahnya Indah, premium makanannya (kadang pertamax). Indah aja tiap 2000 km harus "cuci darah", harusnya manusia juga dunk?
Darah dalam tubuh memang gak bisa kadaluwarsa, toh darah kotor nantinya disaring di hati dan jadi bersih lagi. Tapi, donor darah itu, menurut logika saya, bisa meringankan tugas hati. Saat darah dalam tubuh kita dikeluarkan (baca: didonorkan), darah akan dibentuk lagi dalam tubuh (baca: sumsum tulang). Jadi, kita akan punya darah yang "baru". Bayangkan kalo seumur hidup kita gak pernah ngeluarin darah, darah yang muter-muter dalam tubuh menurut aturan siklus Sang Pencipta ya itu-itu aja, gak ada yang baru. Lagian, donorin darah yang cuma sedikit itu gak akan membuat kita mati kok, pusing iya, waktu awalnya. Tapi setelah itu, akan membuat badan bertambah enteng (baca: enak), karena darah kita baru lagi. Sama seperti Indah setelah ganti oli, tarikannya jadi lebih lancar.

Donor darah juga membuat orang lain akan tetap hidup, dan darah kita jadi ada manfaatnya bukan? Siapa tahu darah kita nantinya akan dipakai seorang cewek yang cantik, atau cowok yang ganteng, dan nantinya, karena di dalam tubuhnya mengalir darah kita, terus pas ketemu jadi gimana getooo... hehe.
Jadi, donor darah banyak banget kan manfaatnya? Bisa nolong orang lain, juga membuat badan kita sehat karena darah kita menjadi baru lagi, lebih fresh.

Ingat, satu tetes darah kita, berarti kehidupan untuk orang lain, bahkan sebuah kehidupan... nyamuk misalnya :)

PS. Saya rela kok darah saya dihisap nyamuk, asalkan gak sakit, dan juga gak ninggalin bentol atau gatal di kulit. Tapi, bisa gak ya? hehe :)

Tuesday, February 2, 2010

Otak Saya (Belum) Mati

Otak saya sudah mati
tidak ada lagi imajinasi
atau khayalan tingkat tinggi
juga cerita-cerita fiksi

Otak saya sudah mati
tak bersuara juga berkata
tak ada lagi tawa disana
hanya kebisuan sepanjang asa

Otak saya sudah mati
kenangan sudah tiada
ingatan entah kemana
hanya bau anyir di udara

Otak saya sudah mati
bersepakat dengan nurani
menjadikan saya sebuah arca
yang dipandang sebelah mata

Otak saya sudah mati
tapi,
entah kenapa
saya bisa menulis ini

Otak saya belum mati
dia berdenyut
bernafas
dan bersuara lagi

***
Mencoba mencari kenormalan
dalam dunia yang mulai abnormal

Kisah Sedih di Pagi Hari

Kisah ini terjadi di suatu pagi yang cerah. Mungkin tidak begitu cerah untuk seorang ayah, yang kebetulan memeriksa kamar putri sulungnya. Dia mendapati kamar itu sudah rapi, dengan selembar amplop bertuliskan "Untuk Ayah" di atas kasurnya. Begini isi surat itu,

Ayahku yang tercinta, aku menulis surat ini dengan perasaan sedih dan sangat menyesal.
Saat ayah membaca surat ini, aku telah pergi meninggalkan rumah. Aku pergi bersama kekasihku. Dia cowok yang baik dan sayang padaku. Setelah bertemu dia, ayah juga pasti akan setuju dia menjadi suamiku, meski dengan tato dan piercing yang melekat di tubuhnya, juga dengan motor butut serta rambut gondrongnya. Dia sudah cukup dewasa meskipun belum begitu tua (aku pikir jaman sekarang 45 tahun tidaklah terlalu tua). Dia sangat baik terhadapku, lebih lagi dia ayah dari anak di kandunganku saat ini. Dia memintaku untuk membiarkan anak ini lahir dan kita akan membesarkannya bersama.
Kami akan tinggal berpindah-pindah, dia punya bisnis perdagangan obat bius yang sangat luas. Dia juga telah meyakinkanku bahwa ganja tidaklah begitu buruk. Kami akan tinggal bersama sampai maut memisahkan kami. Para ahli pengobatan pasti akan menemukan obat untuk AIDS, jadi dia bisa segera sembuh. Aku juga tahu dia punya wanita lain, tapi aku percaya dia akan setia padaku dengan cara yang berbeda.

Ayah, jangan khawatirkan keadaanku. Aku sudah 18 tahun sekarang, aku bisa menjaga diriku. Salam sayang untuk kalian semua. Oh iya, berikan bonekaku untuk adik, dia sangat menginginkannya.

********/*******

Masih dengan perasaan terguncang dan tangan gemetaran, sang ayah membaca lembar kedua surat dari putri tercintanya itu...

Ayah, tidak ada satupun dari yang aku tulis di kertas tadi itu benar. Aku hanya ingin menunjukkan ada ribuan hal yang lebih mengerikan daripada hasil semesterku yang buruk. Kalau ayah sudah melihat Kartu Hasil Studiku di atas meja,
jangan marah ya. Aku akan berusaha lebih baik lagi semester depan.

PS. Aku tidak kemana-mana, saat ini aku lagi main di rumah tetangga sebelah.

[anonim]

********/*******

Sebagai orang tua, seberapa sering kita menetapkan standar yang terlalu tinggi untuk anak-anak kita? Harus ranking satu lah, harus bisa bahasa inggris lah, harus bisa main musik, sepak bola, dan lain sebagainya. Gak salah memang kita selalu menginginkan yang terbaik dari anak kita. Tapi terkadang, hal ini dianggap egoisme orang tua semata oleh anak-anak kita.

Juga dalam hal sepele lainnya. Saat sedang mencuci piring, dan anak kita datang bermaksud membantu kita. Tapi yang terjadi, anak kita malah memecahkan piring atau gelas. Apa yang biasanya orang tua lakukan? Marah. Sepertinya hal itu adalah kesalahan terbesar yang pernah diperbuat oleh si anak. Padahal, saat piring atau gelas kita dipecahkan oleh rekan kerja atau teman kita, reaksi kita tidak lah sebesar reaksi terhadap anak kita. Mengapa kita bisa memaklumi orang lain yang tidak hidup dengan kita, tapi tidak toleransi kepada anggota keluarga sendiri, meskipun dia adalah anak kandung kita.

Anak bukanlah sebuah investasi, yang diharapkan nantinya memberikan keuntungan tersendiri. Anak adalah seorang pribadi, yang berhak mendapat perlakuan sama seperti orang lainnya. Seorang anak tidak pernah mengharap untuk dilahirkan, oleh karena itu bukan hak orang tua untuk memperlakukan mereka seenaknya. (film "Pintu Terlarang")

Tiap anak berpotensi membuat hal-hal yang baik, tapi juga berpotensi berbuat hal yang buruk bahkan di luar akal kita sebagai orang tua. Oleh karena itu, bersyukurlah jika anak anda masih menjadi anak yang baik, yang masih bisa membedakan apa yang harusnya dia lakukan dan yang tidak boleh dilakukan.
"Biar bagaimana pun juga, dia anak anda," kata seorang psikolog anak saat seorang tua konsultasi mengenai kesalahan yang telah diperbuat anaknya.

Kadang orang tua melihat anak mereka sebagai cermin dirinya, baik kebiasaan yang baik atau kebiasaan buruknya. Tapi, seringnya, orang tua enggan mengakui kebiasaan buruknya yang terpantul dalam tingkah anaknya. Dan, para orang tua selalu ingin mengubah itu, dengan berbagai macam cara. Dan memang, hal itu kadang susah untuk dilakukan. Tapi jika kita, para orang tua, bisa menerima hal yang baik dari anak kita, mengapa kita tidak bisa menerima yang buruk?

********/*******

Suatu hari terdengar pembicaraan ini dalam sebuah keluarga,
"Kok kamu bisa bodoh seperti ini? Kamu liat si Andi tetangga sebelah rumah, kenapa dia bisa ranking satu tapi kamu ranking tujuh?"
"Kan dia bapaknya pintar", jawab si anak dengan masygul.

[anonim]

********/*******

Pesan Bunuh Diri

Pernah denger orang ngancem mau bunuh diri? Saya baru aja baca artikel tentang hal ini, dan terinspirasi untuk menulis sesuatu.

Sebelumnya saya juga pernah berurusan dengan kasus model gini. 2 cewek, 1 cowok. Mereka cerita ingin bunuh diri kepada saya. Dan saya selalu menganggap serius hal seperti ini. Walaupun kadang itu cuma ancaman, atau dibawa bercanda.

Orang yang bisa mengeluarkan kata-kata "aku mau mati" atau "aku mau bunuh diri" dari mulutnya, karena hal itu sudah ada di dalam kepalanya. Yang harus dilakukan, bisa gak ngeluarin pikiran itu dari kepalanya dan menggantinya dengan hal lain. Kalau orang itu dekat sama kamu, bila perlu pantau terus keadaannya. Orang yang sudah pernah berpikiran gitu, dan kalau didiemin, dia jadi tambah merasa sendirian dan pikiran itu jadi menjadi-jadi. Dan kalau sudah terlalu lama menumpuk di kepalanya, percayalah sama saya, dia akan bunuh diri di saat yang enggak diduga orang-orang di sekitarnya.

Saya dulu waktu dekat sama psikolog, pernah buat survey tentang "seberapa sering anda berpikir untuk bunuh diri". Hasilnya mengejutkan, 74% orang sudah pernah berpikir seperti itu. Artinya dari 100 orang yang kami tanyain, ada 74 orang yang mempunyai benih pikiran "aku mau bunuh diri" dalam kepalanya. Dan... dari 74 orang itu, 52 orang berjenis kelamin laki-laki.

Makanya enggak heran lebih banyak kasus bunuh diri itu korbannya adalah pria. Tapi gak menutup kemungkinan wanita juga bisa melakukannya.

Lain waktu, saya akan tuliskan kisah saya dengan "pasien-pasien" saya tadi.

Tapi, saya kasih contoh kasusnya (alm) Robert Enke, kapten tim Hannover 96 (Bundesliga) dan kiper ketiga timnas Jerman. Dia mati karena ditabrak kereta cepat (baca: menabrakkan diri ke kereta). Saksi mata bilang, dia turun dari mobilnya, melepas jaketnya, mengeluarkan dompet dan ponselnya dari kantong celananya. Saksi mata itu bilang katanya perilakunya biasa aja di dekat perlintasan kereta api itu. Dia melakukan itu semua di luar mobil (kalau kata teman saya, maksudnya ingin diperhatikan... tapi nyatanya tidak ada yang memperhatikan bahkan mengenalinya). Secaranya dia kiper timnas setelah Jens Lehmann dan Oliver Kahn. Tapi rakyat Jerman yang melihatnya berdiri di luar mobilnya, gak sadar itu Enke, baru tau setelah dia mati di perlintasan itu.

Setelah Enke melepas jas, jam tangan, menaruh dompet dan ponselnya ke dalam mobil, dia terlihat mengamati rel kereta api beberapa saat. Kemudian kereta pembawa maut (untuk Enke) itu datang, dan Enke berjalan ke rel menuju ke arah kereta itu. Begitu keterangan saksi mata yang lihat kejadian itu. Coba kalo itu di Indonesia, pasti udah dicegah massa mungkin. Orang luar emang cuek-cuek sama sekitarnya.

Saya masih menebak-nebak, kira-kira apa aja ya yang dipikirkan Robert Enke saat melakukan ritual sebelum bunuh dirinya, terus berjalan ke arah kereta yang mendekat ke arahnya...

Seperti yang diketahui penggemar sepak bola, Robert Enke karirnya tidak cerah-cerah banget. Sering pindah-pindah klub besar (pernah di Barcelona), tapi gak pernah dapet kesempatan jadi kiper utama sebelum di Hannover. Di timnas juga begitu, pamornya masih kalah sama Lehmann atau Kahn. Dan hal lain yang membuatnya tambah depresi, saat anak perempuan satu-satunya meninggal. Setelah peristiwa itu, Enke memang telah mendapat pengobatan dari psikiater setelah pernah mencoba bunuh diri. Tapi setelah (dianggap) sembuh, dia kembali beraktivitas. 'Robert jadi pendiam', kata rekan-rekannya. Tapi mereka memaklumi, mungkin karena habis kehilangan anaknya. Dan Enke, walaupun jadi kapten di Hannover, dia tidak akrab dengan para pemain atau official klub. Juga di timnas Jerman. 'Dia orangnya tertutup', kata Ballack waktu pemakamannya.

Dan ternyata, sebelum dia mati, dia sempat bilang "aku mau mati" sama istrinya. Tapi, karena istrinya menganggap hal itu hal yang biasa, buat seorang yang frustasi, istrinya gak menganggapi serius ucapan suaminya itu. Keesokan harinya, barulah istrinya tau maksud suaminya. Dia langsung ingat kata-kata itu sehari sebelumnya.

Banyak lagi orang mati bunuh diri, pasti meninggalkan pesan sebelumnya, cuma terkadang si penerima pesan menganggap itu hal yang biasa bahkan dikira bercanda. Kisah ibu setengah baya yang loncat dari apartemennya, juga gak jauh beda. Sebelum dia loncat indah, dia kirim sms ke temennya, minta ditemani karena lagi merasa sangat tertekan. Tapi temannya reply kalo dia lagi sibuk, lain waktu saja mampir ke apartemennya. Setelah menerima pesan balasan itu, dia langsung loncat. Bisa bayangin gimana shocknya temennya itu, orang terakhir yang berkomunikasi dengan si almarhumah?

Sebenarnya keliatan kok ciri-ciri orang mau bunuh diri. Dia udah merencanakannya. Dan seberapa pun tertutupnya dia, pasti meninggalkan pesan pada seseorang (bisa yang dikenalnya maupun yang tidak dikenalnya). Makanya, polisi kalau menyelidiki kasus bunuh diri, melihat motif dari hal ini juga, ada gak pesan terakhirnya. Dan cara yang paling baik buat mencegahnya, buatlah orang itu mengeluarkan pikiran itu dari otaknya, bisa dengan cara menemaninya atau mengajaknya berbicara. Mungkin hal itu akan menunda orang itu melakukan niatnya, dan kalau beruntung, orang itu akan membuang-buang jauh hal itu dari "to do list" dalam kehidupannya.