Friday, June 25, 2010

You Want to Change The World?

Dulu saya pernah berpikir, cara untuk mengubah dunia adalah dengan menjadi seseorang yang berpengaruh. Seperti presiden Amerika Serikat, sekjen PBB, atau direktur bank dunia. Tapi ternyata untuk mengubah dunia tidak memerlukan lobi-lobi politik, menjilat anggota dewan, mengekor kemanapun seseorang yang penting, atau hal-hal picik seperti yang dipikirkan orang-orang tengik yang hanya menginginkan kekuasaan. Untuk mengubah dunia, hanya butuh hal yang sederhana, yaitu pulpen dan kertas. Di jaman modern, bisa berupa seperangkat komputer dan printer. Ditambah sebuah ide yang unik, menarik, dan selalu mengejutkan.

Ya, untuk mengubah dunia hanya diperlukan kesepuluh jari untuk mengetik, dan sebuah komputer untuk menemani. Atau sepucuk pena dan berlembar-lembar kertas. Untuk mengubah dunia, cukup dengan menjadi seorang penulis.


Tidak percaya?

Baiklah.

Apakah kebanyakan orang di dunia ini tahu siapa presiden Amerika Serikat ke 13? Apa saja kebijakan-kebijakan politiknya? Ada yang tahu apa saja yang pernah dibuatnya? Saya rasa mantan presiden hanya akan menjadi sebuah sejarah saja di sebuah peradaban umat manusia.

Apakah sebagian besar penduduk dunia tahu siapa sekjen PBB kedua? Darimana dia berasal? Apakah ada yang tahu apa saja keputusan-keputusan yang telah diambilnya? Sama seperti presiden, sekjen PBB hanya sebuah jabatan politik saja, namanya hanya terdapat di dalam buku sejarah dunia.

Ada yang tahu siapa direktur bank dunia? Dimana dia tinggal? Ada yang tahu apa saja yang telah dilakukannya untuk mempengaruhi milyaran manusia? Sama seperti presiden dan sekjen PBB, direktur bank dunia hanyalah seorang yang mempunyai kedudukan penting, tapi pengaruhnya terhadap kehidupan dan gaya hidup orang banyak hanya sejenak.

Ada yang tidak tahu Shakespeare? Ada yang tidak tahu Sir Arthur Conan Doyle? Ada yang tidak tahu Dan Brown? Ada yang tidak tahu Agatha Christie? Ada yang tidak tahu Paulo Coelho?

Tulisan-tulisan mereka, menyerap ke dalam pikiran, hati, dan alam bawah sadar di dunia. Hingga tanpa sadar, tokoh-tokoh khayalan mereka sering menjadi inspirasi kehidupan jutaan bahkan milyaran manusia. Romeo dan Julliet wanna be, Sherlock Holmes dan Dr. Watson wanna be, Hercule Poirot wanna be, dan seterusnya.

Tidak hanya mereka, ratusan penulis lainnya yang dikenal lewat buku-bukunya, lewat film yang diadaptasi dari buku ciptaannya, atau penulis naskah film yang menginspirasi jutaan orang, dan penulis cerita atau dongeng masa kecil yang tetap hidup selama ratusan generasi; bukankah mereka lah yang sesungguhnya telah mengubah dunia dengan pemikiran, imajinasi, dan impian yang mereka cetak di hitam diatas putih?

Jika tidak ada penulis, maka kehidupan akan berjalan statis. Begitu-begitu saja, dari abad ke abad. Beda dengan jabatan politis, yang hanya akan diingat sebatas belum ada kebijakan politis baru lainnya.

Para politisi boleh saja mengubah dunia dengan peraturan-peraturan yang mereka buat dan terapkan. Tapi para politisi tidak bisa memiliki hati jutaan orang karena mereka tidak bisa masuk sampai ke dalamnya, kemudian mempengaruhinya. Jika tidak ada yang menuliskan kehidupan George Washington, Abraham Lincoln, Butros-Butros Ghali, dan ratusan pemimpin dunia lainnya, saya rasa nama mereka tidak akan dikenang sepanjang masa.

Menjadi penulis bisa mengubah dunia. Karena dengan menulis, mereka bisa mempengaruhi pikiran dan alam bawah sadar pembacanya. Jika ingin dunia lebih baik, satukanlah semua penulis di dunia, dan mulailah menulis hal-hal yang baik saja. Jika ingin dunia kacau balau, satukanlah semua penulis di dunia, dan mulailah menulis tentang peperangan dan perselisihan. Jika ingin dunia menjadi damai, satukanlah semua penulis di dunia, dan mulailah menulis tentang kehidupan surga. Dan seterusnya, dan sebagainya.

Jadi, pengaruh dan tanggung jawab seorang penulis sangatlah besar untuk sebuah jaman kehidupan. Lewat pikiran yang digoreskan melalui tangan dan tercetak oleh tinta di atas kertas, dari sanalah sebuah jaman berasal. Karena sebuah tulisan mempunyai kekuatan. Kekuatan yang bisa mengubahkan sebuah jaman.

Jika tidak percaya, buat apa para politisi ikut campur tangan dalam pergerakan sebuah media? Cetak maupun elektronik. Buat apa para politisi menangkap, bahkan mengasingkan para penulis yang pemikirannya berseberangan dengan kebijakan politik para politisi yang berwenang? Karena mereka tahu, sebuah tulisan mempunyai sebuah kekuatan, kekuatan yang bisa menggerakkan.

Ada juga cara lain untuk mengubah dunia, yakni dengan mengubah persepsi kita tentang dunia. Mengubah cara pandang kita tentang hal-hal yang tengah terjadi saat ini. Kekuatan kebahagiaan ada di pikiran, bukan? Jadi jika ingin melihat dunia lebih baik, lebih damai, dan lebih teratur; pikirkan hal-hal yang baik, damai, dan teratur.

Ingin mengubah dunia? Lakukan hal yang sederhana saja, tapi konsisten untuk terus dilakukan. Tidak perlu bermimpi untuk menjadi orang besar terlebih dahulu, atau memaksakan kehendak kita untuk dilakukan oleh orang banyak. Hal-hal yang dilakukan dengan terpaksa, bukankah tidak akan berjalan dengan maksimal? Jadi lakukan yang bisa kita lakukan. Itu intinya.

Wednesday, June 23, 2010

Ampunilah (Maafkanlah) Kami

Bila kamu bisa 'tuk memaafkan atas kesalahan manusia yang mungkin tak bisa dimaafkan,
tentu Tuhan pun akan memaafkan atas dosa yang pernah tercipta yang mungkin tak bisa diampuni.
(DEWA - Cintailah Cinta)


Setelah pasukan Jerman kalah dalam perang dunia kedua, beberapa utusan dari pemerintahan Jerman Barat mendatangi negara Polandia, dengan maksud ingin meminta maaf atas apa yang pernah dilakukan pemerintahan Nazi kepada rakyat Polandia. Tapi rakyat Polandia mengecam kedatangan bangsa Jerman, karena mereka masih merasa kehilangan sanak keluarga akibat perang yang dipimpin oleh Hitler, seorang Jerman.

Tidak jauh beda dengan kedatangannya yang pertama kali, saat beberapa utusan dari Jerman Barat datang untuk yang kedua kalinya ke Polandia, dengan maksud yang sama ingin meminta maaf dan menawarkan bantuan untuk memperbaiki situasi dan kondisi negara Polandia, rakyat Polandia masih memprotes kedatangan bangsa Jerman dan meneriaki mereka sebagai pembunuh.

Saat kedatangan bangsa Jerman untuk yang ketiga kalinya, seorang pendeta dari Polandia mendampingi mereka. Pendeta itu mengumpulkan rakyat Polandia dan beberapa utusan bangsa Jerman di sebuah gereja, yang sudah porak poranda akibat perang dunia kedua. Situasi semakin memanas, karena orang-orang Polandia teringat kembali kekejaman militer Nazi saat menginvasi negara mereka. Beberapa dari mereka bersepakat akan membunuh para utusan negara Jerman Barat usai ibadah di gereja.

Tapi pendeta Polandia mendapatkan visi dari Tuhan, dan dia memulai kotbahnya dengan doa Bapa Kami. Dia menyuruh semua rakyat Polandia dan para utusan dari Jerman mengikutinya mengucapkan doa.


Bapa kami yang di sorga,
Dikuduskanlah nama-Mu,
datanglah Kerajaan-Mu,
jadilah kehendak-Mu
di bumi seperti di sorga.

Berikanlah kami pada hari ini
makanan kami yang secukupnya
dan ampunilah kami seperti kami juga
mengampuni orang yang bersalah
kepada kami;

dan janganlah membawa...


Suasana hening. Beberapa jemaatnya terisak. Pendeta itu kemudian melanjutkan doanya sendiri,


dan janganlah membawa kami ke
dalam pencobaan,
tetapi lepaskanlah kami dari pada
yang jahat.
Karena Engkaulah yang empunya
Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan
sampai selama-lamanya. Amin.


Terdengar tangisan dari segala penjuru gereja itu. Bahkan terdengar beberapa gumaman, "buatlah kami sanggup untuk mengampuni ya Tuhan..."

"Saudara-saudaraku yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus, saya juga kehilangan istri dan dua orang anak laki-laki saya saat perang terjadi. Saat itu saya sangat marah pada Tuhan. Mengapa, mengapa Kau lakukan ini semua kepadaku? Saya juga ikut turun ke jalan saat kawan-kawan Jerman ini datang ke negara kita untuk meminta maaf." Pendeta itu berhenti sejenak.

"Tapi kemudian Tuhan menyuruh saya membaca Matius 6 : 9-13, tentang hal berdoa. Setelah itu, saya disadarkan akan satu hal: bahwa kita semua orang berdosa. Tidak ada orang yang luput dari kesalahan. Lalu, jika kita ingin Tuhan mengampuni dosa-dosa kita, bukankah Tuhan juga ingin kita mengampuni kesalahan orang lain terlebih dahulu?"

Saat itu juga, meledaklah tangis rakyat Polandia. Mereka akhirnya mau menerima permintaan maaf dari bangsa Jerman yang dahulu telah menyengsarakan hidup mereka, merampas hidup orang-orang yang mereka cintai, hingga meluluh lantahkan negara mereka.

Rakyat Polandia sadar, bahwa mereka juga orang berdosa. Lebih lagi mereka mengerti, bahwa mereka adalah sesama manusia yang seharusnya saling mengasihi, seperti mereka mengasihi diri mereka sendiri.



Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni kesalahan orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.
(Matius 6 : 14-15)




*) Terinspirasi dari cerita rakyat Polandia dan kisah-kisah perang dunia kedua.

FW: Mengapa Berteriak?

Suatu hari sang guru bertanya kepada murid-muridnya,
"Mengapa ketika seseorang sedang dalam keadaan marah, ia akan berbicara dengan berteriak?"
Seorang murid setelah berpikir cukup lama mengangkat tangan dan menjawab,
"Karena saat seperti itu ia telah kehilangan kesabaran, karena itu ia lalu berteriak."

"Tapi..." sang guru balik bertanya, "lawan bicaranya justru berada di sampingnya. Mengapa harus berteriak? Apakah ia tak dapat berbicara secara pelan?"

Hampir semua murid memberikan sejumlah alasan yang dikira benar menurut pertimbangan mereka. Namun tak satu pun jawaban yang memuaskan. Sang guru lalu berkata, "ketika dua orang sedang berada dalam situasi kemarahan, jarak antara kedua hati mereka menjadi amat jauh, walau secara fisik mereka begitu dekat. Karena itu, untuk mencapai jarak yang sedemikian jauh, mereka harus berteriak. Tapi anehnya, semakin keras mereka berteriak, semakin pula mereka bertambah marah, dan dengan sendirinya jarak hati yang ada di antara keduanya pun menjadi lebih jauh lagi. Karena itu mereka terpaksa berteriak lebih keras lagi. Begitu seterusnya."

Sang guru masih melanjutkan,
"Sebaliknya, perhatikan apa yang terjadi ketika dua orang saling jatuh cinta? Mereka tak hanya tidak berteriak, namun ketika mereka berbicara, suara yang keluar dari mulut mereka begitu halus dan pelan. Sehalus apa pun, keduanya bisa mendengarkannya dengan begitu jelas. Mengapa demikian?"
Sang guru bertanya sambil memperhatikan para muridnya. Mereka nampak berpikir amat dalam, namun tak satupun berani memberikan jawaban.

"Karena hati mereka begitu dekat, karena hati mereka tak berjarak. Pada akhirnya, sepatah kata pun tak perlu diucapkan. Sebuah pandangan mata saja amatlah cukup membuat mereka memahami apa yang ingin mereka sampaikan."

Ketika kita sedang dilanda kemarahan, janganlah hati kita ikut menciptakan jarak. Lebih lagi, hendaknya kita tidak mengucapkan kata-kata yang bisa mendatangkan jarak. Mungkin di saat seperti itu, tak mengucapkan sedikit pun kata-kata adalah cara yang bijaksana. Karena waktu akan membantu menyembuhkannya. Saat hati sudah mulai dekat, kepala sudah mulai dingin, itulah saatnya kita mulai berbicara tentang masalah yang sedang terjadi. Biar bagaimanapun, peribahasa itu benar adanya, bahwa diam itu emas.

Semua orang dapat menjadi marah. Tapi marah pada orang yang tepat, dengan kadar yang tepat, untuk tujuan yang tepat, dalam cara yang tepat, tidak semua orang bisa. Itu tidak mudah. (Aristoteles)

Wednesday, June 16, 2010

KASIH (Yang Sempurna)

Seorang teman pernah berkata: "mau tahu bagaimana seharusnya cinta itu? Baca deh I Korintus 13:13."

  • ... itu sabar;
  • ... itu murah hati;
  • ... tidak cemburu.
  • ... tidak memegahkan diri dan tidak sombong.
  • ... tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri.
  • ... tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.
  • ... tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.
  • ... menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.

Ganti semua kata 'KASIH' dengan nama orang yang kamu yakini sebagai pasangan hidupmu. Lebih banyak miripnya atau enggaknya?

********/*******

Seorang teman lain juga pernah berkata, "manusia tuh gak ada yang sempurna, jadinya ya gak ada yang bakal bisa mencintai dengan sempurna. Oleh karenanya, Tuhan menciptakan manusia berpasang-pasangan agar manusia bisa mencintai dengan sempurna."


Jadi, cinta (kasih) yang sempurna itu ... (yup, itu jawabannya!)

Wednesday, June 9, 2010

Selamat Ulang Tahun

Ribuan detik kuhabisi
Jalanan lengang kutentang
Oh, gelapnya, tiada yang buka
Adakah dunia mengerti?


Laki-laki itu menyusuri jalan yang masih penuh sesak dengan manusia. Hampir jam 9 malam. Dengan sigap dia mengendalikan laju motornya, dengan kecepatan sedang, menerobos keramaian di tengah kota. Dia berpacu dengan waktu. Dia tidak ingin terlambat tiba di toko kue langganannya.

Gerbang di depan toko itu sudah tertutup setengah. Laki-laki itu melesat masuk. Dengan sedikit terengah, dia memberi isyarat pada wanita penjaga toko yang sudah setengah baya. Laki-laki itu menunjuk sebuah kue blackforest berukuran sedang yang ada di dalam etalase kaca.

Dengan senyum kemenangan, laki-laki itu keluar dari toko roti. Dia memegang kue itu erat dalam pelukannya, seolah-olah itu adalah benda paling berharga di hidupnya.

"Semoga ritual tengah malam nanti bisa berjalan dengan lancar," begitu batinnya.


Miliaran panah jarak kita
Tak jua tumbuh sayapku
Satu-satunya cara yang ada
Gelombang tuk ku bicara


Laki-laki itu merindukan suara bidadarinya. Bidadari yang selalu ada di hatinya, meskipun berjarak ribuan mil jauhnya.

"Orang yang pertama kali menegokmu di rumah sakit ketika kamu terbaring disana, dialah orang yang paling peduli denganmu. Kamu tahu itu? Juga orang yang pertama kali mengucapkan selamat ulang tahun padamu, dialah orang yang paling sayang sama kamu. Percaya deh omonganku itu."

Kata-kata itulah yang selalu dikenang lelaki itu dari bidadarinya.

Memang, bidadarinya tidak pernah lupa akan peringatan hari lahirnya. Tiap malam, jam 12 lewat 1 detik, pasti ada ucapan darinya. Dua tahun lalu, bidadarinya mengirimkan SMS ucapan selamat ulang tahun tepat saat hari berganti. Tahun lalu, bidadarinya meneleponnya tepat 1 menit sebelum pukul 00.00, untuk bersama-sama menghitung mundur detik-detik bergantinya tahun usia lelaki itu.

Malam ini, bidadarinya berencana akan melakukan video call, bersama-sama meniup lilin ulang tahun tepat ketika jam berdentang 12 kali. Oleh karenanya, laki-laki itu menyiapkan segala sesuatunya untuk ritual di malam istimewanya. Dia akan ditemani bidadarinya pada detik-detik pertama peringatan bertambahnya tahun usia.


Tahanlah, wahai Waktu
Ada "Selamat ulang tahun"
Yang harus tiba tepat waktunya
Untuk dia yang terjaga
Menantiku


Pukul 11:55. Kue ulang tahun dan dua buah lilin berbentuk angka 2 dan 3, berikut dua gelas minuman soda sudah disiapkan laki-laki itu di atas meja. Posisi kamera ponselnya juga sudah diatur sedemikian rupa terhadap letak kue istimewanya. Tak lupa dia mengatur ponselnya agar selalu standby pada sinyal 3G, dan selalu siap menerima panggilan video call.

Pukul 11:58. Laki-laki itu sudah tak sabar ingin melihat wajah dan mendengar suara bidadarinya di layar ponselnya, dan melakukan ritual tiup lilin bersama.


Tengah malamnya lewat sudah
Tiada kejutan tersisa
Aku terlunta, tanpa sarana
Saluran tuk ku bicara


Pukul 00:07. Tidak ada tanda-tanda dari bidadarinya. Lelaki itu terdiam. Tidak biasanya demikian. Dia masih meyakinkan dirinya, mungkin saja ada perbedaan waktu yang mulai berubah aturannya, atau seluruh jam di kamarnya terlalu cepat berdetak. Lelaki itu masih menunggu.

Pukul 00:38. Lilin itu mulai meleleh ke kue ulang tahunnya. Seolah-olah lilin itu turut bersedih dan menangis karena tidak ada kejadian menggembirakan, seperti yang biasa disaksikan kawan-kawannya saat orang meniup lilin yang berbentuk angka. Tidak ada yang istimewa di malam yang seharusnya penuh tawa dan canda. Malam itu sama seperti malam-malam biasanya.

Laki-laki itu kemudian mengecek semua emailnya, facebook, friendster, hingga twitternya. Tak ada satu pun pesan dari bidadarinya yang mengirimkan kabar mengapa dia tidak menghubunginya sesuai rencana. Bahkan tidak ada satu pun pesan darinya yang mengucapkan selamat ulang tahun untuknya, seperti biasanya.

Pukul 01:12. Lilin itu sudah habis setengahnya, melumuri bagian atas kue ulang tahunnya. Kamar kos lelaki itu tiba-tiba terasa hampa.


Jangan berjalan, Waktu
Ada "Selamat ulang tahun"
Yang harus tiba tepat waktunya
Semoga dia masih ada
Menantiku


Pukul 01:17. Laki-laki itu akhirnya mengusap sebulir air mata yang turun di pipinya. Detik berikutnya, dia memejamkan mata, meniup lilin itu dengan mesra, seolah-olah ada bidadari yang duduk di dekatnya.

Sangat lirih, hampir tak terdengar oleh telinga, lelaki itu berbisik, "selamat ulang tahun, Vic."


Mundurlah, wahai Waktu
Ada "Selamat ulang tahun"
Yang tertahan tuk kuucapkan
Yang harusnya tiba tepat waktunya
Dan rasa cinta yang s'lalu membara
Untuk dia yang terjaga
Menantiku


Di malam dan jam yang sama, ribuan mil dari kamar kos yang menantikan ritual ulang tahun penghuninya, seorang wanita sibuk dengan ponselnya, mencari-cari sinyal yang tidak ditemukan di rumahnya. Jaringan internet di wilayahnya juga lagi terputus akibat gangguan cuaca.

Wanita itu kemudian hanya berbisik lembut pada microphone ponselnya, "selamat ulang tahun, Vic."


Semoga itu yang terjadi pada dirimu...
Malam tadi aku masih memimpikan kamu, dengan senyuman indah yang melekat di bibirmu.






Yogyakarta, 9 Juni 2010 (09:06 AM)

*) terinspirasi dari lagu "Selamat Ulang Tahun" (Dewi Lestari)

TT #Peterporn

Peterporn sudah menjadi TT (Trend Topic) nomor satu di twitter hari ini. Sampai-sampai beberapa orang terkenal di luar negeri, seperti (yang mengaku) Justin Bieber menulis, "who is peterporn?" di twitnya. Mungkin karena dia bingung, kok terkenal banget ya ni orang.

Program acara 'Suara Anda' di MetroTV juga membahas topik yang sama sore tadi. Tentang video "makan rujak" (karena isinya desahan cewek kepedesan) yang dilakukan oleh vokalis band yang belum ada namanya, dengan kekasihnya yang pamornya pernah disaingi kawanan kera. Dengan bintang tamu yang salah satunya Maria Eva, acara ini mendiskusikan langkah-langkah apa yang sebaiknya dilakukan pemerintah terhadap kasus peredaran film pendek amatir selanjutnya.

Saya sependapat dengan wakil dari Depkominfo, yang mengatakan bahwa media terlalu membesar-besarkan berita ini. Masyarakat yang tadinya gak tahu, jadi tahu. Yang tadinya biasa aja sikapnya, tapi karena tiap televisi dan koran memberitakannya tiap hari dan tiap jam, jadinya membuat masyarakat penasaran; yang kemudian karena ingin mengobati rasa ingin tahu itu, banyak orang mencari-cari di Google dan search engine lainnya. Akhirnya bertambah ramai dimana-mana, hingga menjadi TT di twitter dan beberapa situs esek-esek yang sudah ada.

Skandal seks, perceraian, dan perselingkuhan memang makanan empuk media untuk menaikkan pamornya. Yang tadinya tabloid-tabloid jarang dilirik apalagi dibeli masyarakat, karena adanya berita-berita tadi, kemudian tabloid dan majalah yang memuatnya (dan menjadikan headline berita) menjadi laris manis dibeli warga. Tapi coba dilihat dari segi tanggung jawab moralnya, apakah sepadan dengan pemasukan yang didapatkan? Cobalah bersikap bijak, dengan tidak memberitakan hal-hal picisan yang gak penting terlalu berlebihan. Misal, cukup diberitakan sehari saja. Itu sudah. Besoknya ganti berita. Misal tentang "uang aspirasi 15 milyar yang diterima anggota DPR tiap tahunnya," saya rasa itu lebih berguna.

Bukannya bermaksud mau membungkam media. Saya hanya ingin mengusulkan, kalau media juga harus selektif dalam memberitakan hal-hal yang nantinya akan dikonsumsi khalayak banyak. Sadar atau tidak, perspektif media massa sangat menentukan bagaimana arah langkah ke depan suatu bangsa. Masih banyak berita baik yang lebih layak diberitakan. Misalnya saja, artis yang "ketahuan" memberi sumbangan ke panti asuhan, atau artis yang bersimpati atas tragedi kemanusiaan di Gaza. Kemana larinya berita-berita itu? Apakah karena tidak mengundang sensasi? Apakah karena sudah terlalu biasa? Kalau itu jawabannya, bukankah artis melakukan hubungan seks pra nikah juga sudah biasa? Cuma gak ketahuan aja, karena tidak direkam dengan kamera.

Saya juga setuju dengan pendapat aktivis gerakan "Anak Indonesia Jangan Bugil di Depan Kamera." Kalau kita cuek-cuek saja dengan berita esek-esek yang beredar di media massa, dengan tidak mendownloadnya apalagi menyebar luaskannya, apakah video-video itu akan booming? Bukankah ada hukum "permintaan penawaran"? Jadi jangan hanya salahkan orang yang beradegan "makan rujak", tapi koreksilah juga masyarakat banyak. Kalau tidak ada permintaan, bukankah penawaran juga akan berkurang? Seandainya saja, tidak ada orang yang mau mendownload atau membeli video porno, apakah ada industri film yang adegannya bisa membuat 'O'?

Sudahlah, gak perlu diperpanjang lagi persoalan #peterporn. Soal para pelakunya yang tidak mau membuka mulut di media, itu hak pribadi mereka. Seperti Bapak RBK alias RYN, salah seorang responden di kompasiana dan keluarga salingsilang (politikana, publikana, ngerumpi,dsb), yang menjadi penulis lepas (maksudnya setelah nulis lalu dilepas), bukankah sikap diamnya itu merupakan hak pribadinya?

Kalau A dan L tidak mau berbicara kepada media, cobalah kita mengambil sudut pandang mereka. Misal kalau kita melakukan hal yang sama, apakah kita juga mau membicarakannya kepada media massa? Kalau mereka bilang "bukan saya," bisa saja ditanggapi "terus siapa?" dan beritanya tetap gak ada habisnya. Apalagi kalau mereka bilang "ya itu saya," bisa-bisa malah dirajam massa. Serba salah bukan? Saya kira sikap diam yang mereka lakukan ada baiknya juga.

Menghukum para pelaku filmnya? Rasanya kok gak adil juga. Menghukum penyebar filmnya? Sama saja mengejar hantu yang tak kasat mata. Menghukum para penikmat filmya? Penuh dong penjara :))
Saya rasa semua stake holder dunia perfilman biru seperti ini sudah mendapat hukumannya. Pelakunya sudah mendapat malu dari khalayak banyak, penyebarnya sudah mendapat kutukan dari pelaku filmnya, dan penikmat filmnya sudah mendapat hukuman dari perasaan bersalah di hatinya dan juga dari orang tuanya (kalau ketahuan :p).

Jadi, mengapa harus dibesar-besarkan sih berita seperti ini? Masih banyak berita penting lainnya yang lebih layak untuk diberitakan, daripada sekedar kasus beredarnya video porno yang bisa merusak generasi bangsa ini. Semoga media di negara kita bisa mengambil pelajaran dan lebih bijak lagi dalam menanggapi masalah yang seperti ini.


Untuk Indonesia yang lebih baik.

Tuliskanlah...!

Think is not enough.
Talk is not enough too.
So, write it all.

(Victor Hasiholan)

********/*******

Sering, pikiran saya hanya dipenuhi oleh rangkaian kata. Istilah saya, "drown in seaword". Tenggelam dalam lautan kata, tanpa pernah bisa mengungkapkannya. Hingga akhirnya pemikiran-pemikiran saya menguap begitu saja, tanpa pernah diketahui oleh siapa-siapa.

Tidak jarang juga, ketika pikiran saya penuh dengan hal-hal yang membuat saya resah, akhirnya saya bercerita kepada teman saya melalui telepon atau bertatap muka langsung. Tapi, pikiran-pikiran saya hanya terdengar di ruangan itu saja, dan mungkin akan dilupakan keesokan harinya. Tidak ada jejak yang tertinggal. Karena saya tidak mendokumentasikannya, menuliskan apa yang pernah terjadi dan apa yang menjadi solusi.

Jadi, tuliskanlah apa yang pernah menjadi pemikiran kita. Sebagai bukti hitam diatas putih masa-masa kehidupan yang pernah kita lewati. Mungkin akan berguna di suatu hari nanti, jika akhirnya kita tua dan lupa akan esensi hidup ini. Atau sebagai solusi jika seandainya anak-anak atau cucu-cucu kita bertanya hal yang sama, seperti yang pernah kita tanyakan sebelumnya kepada kehidupan. Paling tidak kita pernah merekam jejak kita, merekam apa yang pernah menjadi pikiran kita, merekam apa yang pernah kita lakukan.


Seperti gelas yang penuh oleh air, ibaratnya otak kita yang penuh dengan persoalan dan kenangan. Jika isinya tidak dibagikan, maka selamanya gelas (baca: otak) itu hanya terisi oleh "air" yang sama, hal yang sama, berisi ide-ide yang sama, sehingga kita akhirnya tidak bisa menerima "air" yang baru, hal-hal baru yang membuat hidup kita jadi lebih baik. Selalu berpikir kuno dan ketinggalan jaman, karena hal-hal baru di kehidupan, tidak bisa lagi masuk ke dalam gelas (baca: otak) kita.
(Mirip filosofi memberi dan menerima)

Jadi, tunggu apa lagi? Tuliskanlah itu semua, apa yang ada di pikiran kita, sekarang. Jangan pedulikan berapa baris yang akan tertulis, jangan pedulikan padanan kata yang akan tercipta, jangan pedulikan berapa banyak yang akan membacanya, dan jangan pedulikan penilaian orang terhadap tulisan kita. Karena itu pikiran kita.

Jika tulisan kita dikritisi oleh orang, bukankah itu berarti ada yang peduli pada kita? Sehingga kita dapat menjadi orang yang lebih baik lagi, dengan pemikiran-pemikiran yang terus diperbaharui. Ambil enaknya aja ;)

Selamat menulis!



PS. Dengan menulis, sedikit banyak kita ikut memberi warna pada dunia. Karena tiap orang itu unik dan punya imajinasi yang spesifik.

Thursday, June 3, 2010

Sampai Sebaik Apa?

Pernah frustasi karena tidak pernah dihargai? Pernah stres karena selalu dicaci maki? Atau bahkan pernah ingin bunuh diri karena merasa selalu melakukan yang salah di mata keluarga dan di tempat kerja?


Anda tidak sendiri. Simak cerita berikut ini.

Seorang penjual daging mengamati suasana sekitar tokonya. Ia terkejut saat melihat seekor anjing datang ke tokonya. Dia mengusir anjing itu, tetapi anjing itu kembali lagi. Kemudian dia menghampiri anjing itu dan melihat ada kertas di mulut anjing itu. Dia mengambil catatan itu dan membacanya, "saya ingin membeli 10 sosis sapi dan 5 pon daging domba. Uangnya ada di mulut anjing ini."

Si penjual daging melihat ke mulut anjing itu, dan ternyata ada uang sebesar 10 dolar disana. Segera dia mengambil uang itu, dan memasukkan sosis serta daging domba ke dalam kantung plastik, dan diletakkan kembali ke mulut anjing itu.

Si penjual daging sangat terkesan. Dia juga penasaran dengan pemilik anjing hebat itu. Dia ingin mengetahui bagaimana pemiliknya melatih anjingnya. Karena saat itu adalah waktu tutup tokonya, dia menutup tokonya dan berjalan mengikuti si anjing.

Anjing tersebut berjalan menyusuri jalan dan sampai ke tempat penyeberangan jalan. Anjing itu meletakkan kantung plastiknya, melompat dan menekan tombol penyeberangan, dan menunggu dengan sabar sampai lampu penyeberangan berwarna hijau. Setelah lampu menjadi hijau, ia menyeberang. Sementara si penjual daging tetap mengikutinya sambil berdecak kagum atas apa yang dilihatnya barusan.

Anjing itu sampai ke halte bus, dan mulai melihat "papan informasi jam perjalanan".

Si penjual daging makin terkagum-kagum melihatnya. Ada anjing bisa melihat "papan informasi jam perjalanan" dan kemudian duduk di salah satu bangku yang disediakan.

Sebuah bus datang, si anjing menghampirinya dan melihat nomor busnya. Karena tidak sesuai dengan jurusan yang hendak menjadi tujuannya, anjing itu kemudian kembali ke tempat duduknya. Kemudian bus lain datang, dia melakukan hal yang sama, melihat nomor busnya. Setelah melihat bahwa bus itu adalah bus yang benar, si anjing naik.

Si penjual daging, masih dengan kekagumannya, mengikuti anjing itu dan naik ke bus yang sama.

Bus berjalan meninggalkan kota, menuju ke pinggiran kota. Si anjing duduk dekat jendela, melihat pemandangan sekitar. Akhirnya ia bangun dan bergerak ke depan bus. Ia berdiri dengan kedua kakinya, dan menekan tombol agar bus berhenti, dan ia keluar. Kantung plastik berisi daging segar dan sosis tadi, masih tergantung di mulutnya. Tidak sedikit pun dia mencoba untuk memakannya.

Anjing tersebut berjalan menyusuri jalan, sambil diikuti si penjual daging. Si anjing kemudian berhenti pada suatu rumah, ia berjalan menyusuri jalan kecil dan meletakkan kantung plastik pada salah satu anak tangga.

Setelah itu, ia mundur, berlari, dan membenturkan dirinya ke pintu. Ia lakukan hal itu hingga dua kali. Tidak ada jawaban dari dalam rumah. Jadi si anjing kembali melalui jalan kecil, melompati tembok kecil, dan berjalan di sepanjang batas kebun yang terletak di samping rumah tersebut. Ia menghampiri jendela dan membenturkan kepalanya beberapa kali, berjalan mundur, melompat balik, dan menunggu di pintu.

Pintu rumah terbuka. Si penjual daging melihat seorang wanita yang gemuk dan besar, membuka pintu, dan mulai menyiksa anjing itu. Wanita berbadan besar itu menendang anjingnya, memukulinya, serta memaki-makinya.

Si penjual daging berlari untuk menghentikan tindakan wanita itu pada anjingnya.

"Hei! Apa yang kau lakukan?! Anjing ini adalah anjing yang jenius. Ia dapat masuk televisi dan mendapat penghargaan untuk kejeniusannya."

Wanita pemilik anjing itu menjawab, "Apa?! Kau katakan anjing ini pintar? Dalam minggu ini sudah dua kali anjing bodoh ini lupa membawa kunci rumah!"


********/*******

Sampai sebaik apa sih manusia dinilai baik oleh orang di sekitarnya? Sampai sebaik apa seorang anak bisa disebut membanggakan orang tuanya? Sampai sebaik apa seorang istri agar mendapat pujian dari sang suami? Sampai sebaik apa seorang suami agar bisa mendapat predikat suami teladan? Sampai sebaik apa seorang karyawan hingga bisa mendapat penghargaan dari atasan?


Harus sampai sebaik apa??!

  • Ada seorang manusia dianggap orang baik oleh orang-orang di lingkungannya, tapi tidak cukup baik di keluarganya.
  • Ada seorang anak pintar di sekolahnya, selalu mengundang decak kagum gurunya, tapi tidak di mata orang tuanya.
  • Ada seorang perempuan yang terlihat anggun oleh para tetangganya, tapi tidak di hadapan suaminya.
  • Ada seorang laki-laki yang selalu dipuji para istri koleganya, tapi tidak oleh istri dan anak-anaknya.
  • Ada seorang karyawan yang dianggap teladan oleh perusahaan saingannya, tapi tidak menurut atasannya.

Standar apa sih yang dipakai untuk menilai orang lain? Bukankah tidak ada yang sempurna di dunia ini? Mengapa selalu melihat kelemahan orang tanpa melihat kelebihannya?

Apakah karena memang manusia, pada dasarnya selalu tidak pernah merasa puas? Selalu ingin lebih dan lebih. Entahlah. Yang pasti, tidak ada seorang pun manusia, yang bisa memuaskan semua manusia di sekitarnya.

Tidak ada standar "baik" di dunia ini. Karena standar itu ternyata berbeda-beda, tergantung manusianya. Jadi yang harus kita lakukan adalah melakukan semuanya dengan sebaik-baiknya, sambil terus mengembangkan bakat atau talenta yang sudah dimiliki, sambil tetap meningkatkan kualitas diri, melalui saran dan masukan dari orang-orang yang kita sayangi.

Seperti kata seorang bijak:
Berikan pada dunia milikmu yang terbaik,
dan mungkin itu tak akan pernah cukup.
Biar begitu, tetaplah berikan pada dunia milikmu yang terbaik.

Damai Kristus

Sama seperti lagu sebelumnya, lagu ini juga umurnya udah lama. Pencipta lagu ini adalah mantan calon pendeta di mantan gereja saya :)

DAMAI KRISTUS

Damai Kristus menyertaimu
di dalam hidupmu.
Terang Kristus menuntunmu
dalam jalan-jalan yang 'kan kau lalui.
(aaa.. aa.. aa.. hoo..)

Kadangkala bisa membuatmu ragu (hoo)
Dan kadang jadi cobaan hidupmu (hidupmu)
Tapi bila kau lekatkan pandanganmu,
pada lahir Kristus, damai hidupmu.

Tak mungkin...

Air mata s'gala duka dan nestapa
datang menghampiri hidupmu.
Rasa berat dan hampir-hampir
tak berdaya.
Kelahiran Yesus Kristus
lebih besar dari semuanya itu.
Damai oh damai ujung jalanmu.

Kadangkala bisa membuatmu ragu (hoo)
Dan kadang jadi cobaan hidupmu (hidupmu)
Tapi bila kau arahkan pandanganmu,
pada lahir Kristus, damai hidupmu.

Tak mungkin...

Air mata s'gala duka dan nestapa
datang menghampiri hidupmu.
Rasa berat dan hampir-hampir
tak berdaya.
Kelahiran Yesus Kristus
lebih besar dari semuanya itu.
Damai oh damai ujung jalanmu.

*) diciptakan oleh: Pdt. Chandra Setiadi

TIAP JAM

Ini lagu udah lama banget. Dulu saya nyanyikan waktu masih ikut sekolah minggu. Jadi ya kira-kira udah 10 tahun yang lalu. Belum pernah dipopulerkan siapa-siapa, karena sang penciptanya menghilang entah kemana...

TIAP JAM

(Oh Hu.. pimpinlah.. pimpinlah)

Tiap jam, tiap waktu
'ku perlu Kau Tuhan.
TanpaMu, hidupku
tak berarti.

###
Jangan Kau diam (jangan)
Walau sekejap (jangan)
Daku berjalan sendiri,
pimpinlah jiwa yang lemah ini.

Tiap jam, tiap waktu
dampingi hambaMu.
Seteru 'kan jauh,
bila Kau dekat.

###

Tuhan perisaiku,
Tuhan gunung batuku
yang teguh.
Damai yang sempurna,
hanya ada padaMu.
Biar rencanaMu,
yang jadi jalan hidupku
(jalan hidupku)
Pimpinlah jiwa yang lemah ini.

*) diciptakan oleh: Pdt. Chandra Setiadi

Wednesday, June 2, 2010

Topeng

Saya pernah mendengar cerita: seorang perokok, setelah membaca literatur tentang bahaya merokok, dia kemudian berkata, "setelah membaca semua hal tentang bahaya sebatang rokok, dan segala bahan kimia mematikan yang ternyata ada di dalamnya, sejak saat itu saya memutuskan untuk berhenti membaca."


Saya kemudian teringat sebuah pepatah: buruk muka, cermin dibelah.


Yang saya artikan secara bebas, yakni sebuah perilaku manusia, yang tidak bisa menerima kenyataan yang terpantul dari dalam dirinya. Yang kemudian disalahkan adalah cerminnya, memecahkannya, bukan berusaha untuk menerima atau melihat lebih dekat bayangan yang terlihat di dalam cermin tersebut.

Pepatah bukan sekadar kembang gula susastra. Dibutuhkan pengalaman pahit untuk memformulasikannya. Dibutuhkan orang yang setengah mati berakit-rakit ke hulu agar tahu nikmatnya berenang santai ke tepian. Dibutuhkan orang yang tersungkur jatuh dan harus lagi tertimpa tangga. Dibutuhkan sebelanga susu hanya untuk dirusak setitik nila.
(Dewi 'dee' Lestari - Mencari Herman)

Jadi menurut saya, orang yang pertama kali menyampaikan pepatah itu pastilah seorang yang sudah pernah melewati masa-masa melihat dirinya sendiri di dalam sebuah cermin. Entah bagaimana dirinya sekarang, apakah masih tetap "membelah" setiap cermin yang menampilkan dirinya apa adanya, ataukah sudah belajar untuk menerima dirinya apa adanya, kemudian berubah untuk menjadi lebih baik, jika bayangan yang terpantul di "cermin" tidak sesuai dengan hati kecilnya.

Salah satu bentuk sebuah cermin adalah sebuah tulisan. Bentuk yang lain masih banyak; bisa sebuah film, sebuah potret kehidupan, sebuah dokumentasi: foto atau video, sebuah petuah kehidupan, bahkan para demonstran.

Seorang pemakai narkotika, pastilah jengah dengan tulisan-tulisan akan bahaya narkoba. Tapi bisa saja dia adalah sebuah penulis garis kiri, yang selalu menulis tentang bahaya korupsi dan nepotisme yang terus merajalela, karena dia bukan pelaku korupsi atau mafia.

Seorang pelaku kehidupan free sex, bisa saja marah saat membaca tulisan-tulisan yang menyudutkan dan memandang negatif kehidupan seks bebas. Tapi ada diantara mereka, yang menjadi aktivis atau bahkan duta anti narkoba, karena mereka tidak pernah menyentuh kokain, heroin, ganja dan sejenisnya.

Seorang koruptor, kadang tertawa saat mendengar demo tentang korupsi. Bisa jadi, dia juga emosi saat membaca tulisan-tulisan yang mengutuk setiap perilaku korupsi. Tapi tidak sedikit diantara mereka yang menjadi penyokong dana gerakan anti narkoba, atau ikut kampanye yang menyerukan bahaya kehidupan seks bebas, karena mereka tidak pernah melakukan itu semua.

Dan seterusnya.. dan sebagainya..

********/*******

Pada dasarnya manusia enggan bersikap munafik. Pastilah ada gejolak batin yang luar biasa, saat berkata hal-hal yang tidak sesuai dengan perilakunya. Jadi lebih baik diam saja, saat mendengar atau melihat hal-hal yang tidak seharusnya, karena dirinya pun pernah melakukan itu semua. Cari amannya saja, daripada terkena tudingan yang menyebut dirinya "muna".

Manusia mulai memakai topeng untuk menutupi apa yang sebenarnya, akan terpantul dari dirinya saat berhadapan dengan cermin-cermin yang terpampang di luar kuasanya. Topeng orang bijak, topeng seorang dermawan, topeng artis, topeng seniman, topeng komedian, topeng aktivis, topeng mahasiswa, topeng anggota dewan yang mulia, bahkan topeng sang penguasa. Topeng untuk menutupi bopeng.

Bahkan jika perlu, para manusia bertopeng itu akan mencari manusia bertopeng sejenisnya, mengumpulkan kekuatan untuk memecahkan cermin yang menampilkan sosok mereka yang sebenarnya. Cermin yang dipasang oleh manusia bertopeng lainnya. Dan begitulah seterusnya. Tidak ada habisnya, tidak pernah ada kesudahannya. Karena memang jujur dengan dirinya, dengan nuraninya, adalah hal yang paling susah dilakukan manusia.

Susah, bukan berarti tidak bisa bukan?

NB (NamBah) :
Hingga hari ini, saya masih suka bertanya-tanya saat mendengar VJ-VJ MTV berkata di akhir acara mereka: "stay away from drugs, stop piracy, stop global warming, MTV gue banget..."
Kenapa enggak ditambah atau diubah sesekali dengan : "stay away from corruption, stop smoking, stop free sex, save the tree, MTV gue banget..."
Apakah karena mereka hanya bukan pemakai narkoba dan selalu membeli VCD/CD original? Entahlah... saya belum pernah jadi VJ MTV sih ;))