Thursday, September 23, 2010

Pagi Ini

Ada tertulis: hitunglah berkatNya pasti kau lelah, dan bernyanyi t'rus penuh bahagia.

Memang terkadang, rasanya susah sekali untuk bersyukur. Apalagi kalau segala rencana kita tidak pernah terlaksana dengan baik. Lalu uang di dompet tinggal beberapa lembar, dan jumlah rekening di bank hanya 5 digit. Tetapi sebenarnya, setiap kita mempertanyakan ini semua, apa berkatNya dalam hidupku... Tuhan selalu menjawab dengan caraNya yang unik.

Pagi ini, saya mengambil uang di ATM. Karena masih pagi dan ATM masih sepi, entah kenapa, sebuah niat iseng muncul di benak saya. Saya kemudian mengambil beberapa catatan transaksi ATM yang dibuang di tempat sampah. Sekali lagi saya percaya, tidak ada sesuatu sekecil apapun yang berjalan diluar kendali Tuhan, termasuk saat saya memungut kertas-kertas itu.
Sebelum pergi ke ATM, saya mengeluhkan uang saya yang tinggal dua (2) lembar di dompet. Setelah bertransaksi, saya mengeluh lagi saat melihat sisa jumlah rekening saya. Tetapi setelah melihat beberapa kertas catatan transaksi orang-orang sebelumnya di mesin ATM itu, saya akhirnya bisa bersyukur kalau nyatanya jumlah rekening saya bukan yang paling sedikit di bank tersebut!

Saya bisa tahu, kalau ada orang yang baru saja menarik dua puluh ribu (20000) rupiah, dan menyisakan 10.427 rupiah di rekeningnya. Ada juga yang sisa jumlah rekeningnya kurang dari itu!

Saya kemudian teringat sebuah pepatah lama: "kalau ingin bersyukur, lihatlah ke bawah. Jika ingin mempunyai semangat untuk hidup lebih baik, lihatlah ke atas. Jika ingin mawas dalam menjalani hidup, lihatlah ke belakang. Jika ingin berjalan dengan baik di hidup ini, lihatlah lurus ke depan."

Jadi hidup harus seimbang. Kalau berjalan dengan kepala selalu mendongak, lehernya capek. Kalau berjalan dengan kepala selalu menunduk, lehernya pegel. Jadi berjalanlah dengan kepala tegak lurus ke depan, sambil sesekali menunduk, mendongak, dan menengok ke belakang.

Selamat pagi!

Wednesday, September 22, 2010

Menangkap Inspirasi ala Dewi ‘dee’ Lestari

When it comes to inspiration, the skill is just about how to be perceptive, sensitive, and agile enough to 'catch' it. [Dewi Lestari]

Mungkin banyak diantara kita, pecinta novel Indonesia, yang sudah mengenal sosok penulis yang satu ini. Dewi Lestari, yang dikenal dengan nama pena ‘Dee’, adalah seorang penulis sekaligus penyanyi dalam trio vokal ‘RSD’ (Rida, Sita, Dewi). Namanya mulai dikenal di dunia tulis-menulis sejak buku triloginya yang berjudul ‘Supernova’ mendapat tempat di hati banyak orang. Tapi saya belum pernah membaca Supernova. Sudah gak ada di toko buku soalnya. Maklum, saya mulai tertarik dengan dunia sastra baru beberapa bulan belakangan. Sebelumnya, saat masuk ke toko buku, saya lebih sering berdiri di depan rak buku “sains dan teknologi” atau deretan buku “psikologi”.

Saya sendiri mulai mengenal tulisan Dee dalam bukunya yang berjudul ‘Rectoverso’ dan ‘Filosofi Kopi’. 'Rectoverso’ yang sudah saya baca puluhan kali dan dengarkan ratusan kali, menurut saya adalah sebuah karya yang sangat berekspresi, sangat bervisi, dan juga sangat penuh dengan emosi. Oleh karenanya saya sedikit kecewa ketika buku selanjutnya, Perahu Kertas, mempunyai bahasa yang “biasa” (beda dengan sebelum-sebelumnya yang “sangat sastra”) dan cerita yang cenderung “ngepop”, istilahnya.

Dari semua karya Dewi Lestari, saya paling suka dengan Rectoverso. Alasannya sudah saya tuliskan tadi. Ide buku ini juga bisa dibilang sangat brilian, karena bisa menggabungkan dua indera manusia untuk menikmatinya: pendengaran dan penglihatan; yang bisa membuat pembaca mudah mengimajinasikannya. Seperti jargon buku ini: sentuh hati dari dua sisi; dengarkan fiksinya, bacalah musiknya ... membuat saya bisa termenung lama setiap selesai membaca salah satu kisahnya, sembari mendengarkan lagunya. Langsung kena di hati pokoknya!

Dari 11 lagu dan 11 kisah di dalam buku ini, menurut saya, lagu “Hanya Isyarat” dan kisah “Cicak di Dinding” adalah juaranya. Bagaimana menurut Anda, yang sudah menikmatinya juga?

********/*******

Penasaran dengan “behind the scene”nya? Dewi Lestari beberapa waktu lalu menuliskannya dalamaccount twitternya (@deelestari), dengan hashtag ‘#trivia’. Berikut beberapa diantaranya:

  • Lagu ‘Curhat Buat Sahabat’ diciptakan saat Dee sakit, dan gak ada orang di rumah, lalu kepaksa beli obat sendiri di warung. Saat pulangnya, Dee membuat lagu itu.
  • Refrein dan lirik lagu ‘Malaikat Juga Tahu’, muncul saat Dee sedang sikat gigi.
  • ‘Selamat Ulang Tahun’ terinspirasi saat Dee mencari wartel (warung telkom) dan tidak ketemu (belum jaman seluler).
  • Kisah ‘Aku Ada’ dibuat saat Dee membayangkan kalau anaknya sudah besar, dan Dee sudah tiada. Hanya bisa menemani dalam wujud yang tak lagi sama.
  • Kisah ‘Peluk’ adalah hasil eksplorasi tema “putus cinta” yang bermartabat dan tidak termehek-mehek.
  • ‘Cicak di Dinding’ dibuat tanpa piano/alat musik. Melodi dan lirik tercipta begitu saja saat trio vokal ‘RSD’ sedang show di Papua tahun 1998.
  • ‘Firasat’ tercipta satu lagu lengkap plus liriknya, tanpa alat musik, saat Dee sedang rebahan di kamar kosnya dan melihat plafon kamarnya (Jakarta, 2002).

Lalu Dee menambahkan, “suka banyak yang tanya: ‘dapat inspirasi dari mana?’ Tapi kalau melihat pengalaman sendiri, inspirasi datang dari tempat yang tidak terduga. Dia (inspirasi) yang menghampiri, tanpa dicari.”

********/*******

Lalu bagaimana dengan Anda? Apakah sering susah mencari inspirasi? Atau sebenarnya Anda sedang memilah-milah inspirasi yang mendatangi Anda, lalu melewatkannya begitu saja karena menganggap semuanya biasa saja? Tapi bukankah sesuatu yang luar biasa datang dari hal-hal yang sebenarnya terlihat biasa?

Menurut pengalaman saya yang baru saja memasuki dunia tulis-menulis, apa yang Dee katakan itu benar adanya. Inspirasi itu lah yang sering datang menghampiri. Gak perlu dicari. Dia ada di sekitar kita, dimanapun kita berada. Kipas angin bisa menghembuskan inspirasi. Tuts keyboard bisa berubah menjadi inspirasi. Semut-semut yang sedang mengerumuni remah-remah di lantai kamar juga bisa membawa inspirasi. Bahkan kejadian-kejadian biasa yang dialami sehari-hari sebenarnya adalah sumber inspirasi. Hanya masalahnya, apakah Anda akan segera menangkapnya, mendokumentasikannya dengan segera menulisnya, ataukah hanya membiarkannya berlalu begitu saja?

Salah satu kebiasaan buruk manusia adalah menunda. Menunda makan yang berakibat sakit maag. Menunda istirahat yang berakibat sakit kepala. Menunda pekerjaan yang berakibat stres belakangan. Hingga menunda menulis saat inspirasi itu datang dan menyapa Anda. Bisa saja sebuah karya sastra besar atau cerita yang unik yang seharusnya bisa Anda tuliskan, terlewat begitu saja.

Menurut saya, hanya ada dua jenis penundaan yang berakibat baik. Pertama, menunda berhubungan seks sebelum menikah. Kedua, menunda berkata-kata jika belum yakin yang akan dikatakan adalah sebuah kebenaran yang bisa dipertanggung jawabkan [ajining diri ono ing lati: siapa yang mau mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik, ia harus menjaga lidahnya terhadap yang jahat.]

Sebuah cerita/artikel atau tulisan berbentuk dan berjenis apapun, saat pertama kali ditulis tidaklah harus langsung jadi. Bisa dibuat garis besarnya saja. Yang penting saat inspirasi itu mendatangi Anda, tidak dilewatkan begitu saja.

Dalam pengantar buku ‘Filosofi Kopi’, Dee mengatakan kalau karir seorang penulis adalah sebuah karir yang panjang. Dee banyak menulis cerita yang tak selesai, cerpen yang terlalu panjang hingga tak bisa dikirim ke majalah, novel terlalu pendek hingga tak bisa diikutkan dalam lomba, puisi setengah prosa atau prosa kepuisi-puisian, dan aneka bentuk lain yang sulit diberi nama hingga akhirnya didiamkan. Dan setelah melewati semua proses itu, Dee akhirnya bisa membuat sebuah buku.

Jadi, masihkah kita menunda mengerjakan segala sesuatu yang harusnya dilakukan saat ini?

Hari bekerja untuk si pemalas adalah besok, hari liburnya adalah hari ini. [John Wesley]

Lakukan, maka engkau akan mempunyai kekuatan untuk melakukannya. [Jenderal (Purn) Soetanto]

Bahan mentah karya-karya besar hanyut mengapung mengitari dunia, menunggu untuk dibungkus dengan kata-kata. [Thornton Wilder]

Tuesday, September 21, 2010

Tujuan Hidup

Dulu, 10 tahun yang lalu, saya menganggap kawasan hotel Ambarukmo adalah kawasan yang susah dijangkau. Jauh sekali rasanya kalau mau ke daerah itu. Juga kawasan kampus 3 Sanata Dharma yang ada di daerah Paingan, Maguwoharjo. Dulu rasanya kalau ingin kesana, seperti ke luar kota jaraknya. Padahal hanya beberapa kilometer saja. Sampai akhirnya saya mengerti, mengapa kawasan-kawasan itu rasanya jauh sekali: karena tidak ada tujuan kalau hendak pergi ke daerah itu. Sekarang, kawasan Ambarukmo terasa dekat karena ada plaza terbesar di Jogja dan Jawa Tengah, yakni Ambarukmo Plaza, yang tiap hari selalu ramai dikunjungi orang. Kawasan Paingan juga terasa tidak jauh karena ada kampus sebagai tujuan jika pergi kesana. Dari situ saya belajar: jikalau suatu tempat dianggap jauh, sebenarnya hal itu disebabkan karena tidak ada tujuannya pergi kesana.

Atau pernahkah kita naik motor atau mobil tanpa tujuan? Jalan muter-muter kota tanpa adanya tujuan yang jelas? Pasti kita akan menjalankan mobil/motor dengan kecepatan lambat. Berbeda seandainya kita sudah mempunyai tujuan ke suatu tempat. Pergi ke restoran “A” misalnya. Pasti kita akan memacu kendaraan dengan lebih cepat di jalan raya.

Seperti itulah kira-kira hidup kita. Apakah kita mempunyai tujuan hidup? Adakah kita sudah mengerti maksud Allah menciptakan kita di dunia ini? Karena kita ada bukan karena kebetulan. Seseorang yang sudah menemukan tujuan hidupnya, cenderung berlari lebih cepat daripada mereka yang masih mencari-cari apa tujuan Allah menciptakannya.

Juga bukannya tidak mungkin, orang yang belum menemukan tujuan hidupnya, diperalat oleh iblis sehingga melakukan sesuatu yang salah di kehidupannya. Karena salah pergaulan akibat tidak menemukan jati dirinya, akhirnya menjadi pelaku kekerasan di jalanan, melakukan pemberontakan-pemberontakan, hingga kemudian berpikir kalau hidupnya sia-sia saja, dan seterusnya.

Padahal segala sesuatunya yang ada di bumi dan di surga, diciptakan Allah untuk sebuah tujuan. Tidak ada manusia yang diciptakan hanya sebagai pelengkap derita di dunia. Akibat salah menerjemahkan apa tujuan hidupnya, seseorang juga bisa menyimpang jauh dari fungsinya. Misalnya, orang yang tidak paham apa tujuan sebuah batangan emas diciptakan, bisa saja malah menggunakannya sebagai pengganjal pintu, atau untuk memasang paku di dinding layaknya palu. Atau seseorang yang tidak mengerti apa tujuan kain sutra diciptakan, bisa saja kemudian menggunakannya sebagai korden atau taplak meja. Apakah salah menggunakan batangan emas sebagai pengganjal pintu atau pengganti palu? Apakah salah menggunakan kain sutra untuk bahan korden atau taplak meja? Tidak salah. Tetapi harga dan fungsi sesungguhnya dari benda-benda itu menjadi tidak kelihatan.

Bukankah kita seringkali, menaruh cincin emas diantara tumpukan cincin imitasi, sehingga cincin emas itu tidak keliatan harganya sama sekali? (Mario Teguh)

Kenalilah diri kita. Lalu temukan tujuan hidup kita. Kalau kita tahu tujuan hidup kita adalah untuk kemuliaan Allah, bukankah kita kemudian akan menjaga baik-baik kehidupan yang sudah diberikanNya?

Yang paling tahu siapa diri kita adalah diri kita pribadi. Bukan teman kita, bukan saudara kita, bahkan bukan orang tua kita. Karena diri kitalah yang 24 jam sehari, 7 hari seminggu, yang selalu bersama dengan kita. Jadi, jangan pernah membohongi diri sendiri jika ingin menemukan apa tujuan hidup kita di dunia ini. Lalu libatkan Tuhan agar campur tangan dalam kehidupan kita. Kata-kata orang tua memang harus kita dengar, tapi bukan berarti harus selalu kita turuti. Gunanya hanya untuk “rambu-rambu” hidup kita saat mulai kehilangan arah.

Setelah kita menemukan apa yang menjadi tujuan hidup kita, paculah semangat dari dalam diri untuk meraihnya. Bersama Tuhan, niscaya kita akan mencapai apa yang direncanakanNya saat menciptakan diri kita.


Hidup itu sederhana. Berani bermimpi lalu mewujudkannya. Caranya, tentukan pilihanmu. Lalu berkompetisilah dalam arena pilihan hidupmu. [anonim]

Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang. [Amsal 23:18]

...karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, ... segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia. [Kolose 1:16]

Follow your passion, not the money. Passion is what you enjoy doing it. [Parah Cin]

'Vic' for 'Victor'

Nama saya Victor Hasiholan. Nama panggilan saya 'Vic', bukan 'Vik'!

Mungkin kelihatannya sepele, hanya beda huruf 'c' dan 'k'. Tetapi buat saya pribadi, hal ini sangat penting. Pertama, arti nama 'Victor' adalah 'menang'. Kalau diganti menjadi 'Viktor', gak ada artinya sama sekali. Kedua, saya lebih menghargai seseorang yang mengirimkan pesan teks (SMS, email, dsb) dengan sapaan 'Vic' daripada 'Vik'. Jadi, untuk "mempromosikan" nickname saya itu, saya mengganti email saya menjadi: vic.hasiholan@gmail.com dan account twitter saya menjadi @vic_hasiholan. Agar nama 'Vic' lebih diingat oleh orang-orang di sekitar saya. Juga saya ingin "meresmikan" nickname 'Vic' sebagai nama pena saya.

Menyenangkan rasanya sudah menemukan nickname/nama pena yang sesuai. Jika diingat-ingat ke belakang, saya pernah mempunyai banyak nama alias. Saat SMA, saya menggunakan nickname "VCR" saat mural atau coret-coret tembok :D
Saat di penghujung SMA, saya menggantinya menjadi "VHS", singkatan nama lengkap saya. Lalu di awal kuliah, nickname saya ganti lagi menjadi "badboys". Entah kenapa, saat itu saya sangat suka sekali nonton film dengan judul yang sama. Tidak lama kemudian, saya mengubahnya lagi menjadi "iceman", karena katanya saya orangnya "dingin". Tapi karena nickname "iceman" sudah jamak digunakan, sudah dipakai juga oleh teman saya Kimi Raikkonen, saya ganti lagi menjadi "ice9". Selain karena angka '9' adalah tanggal lahir saya, alasan lainnya karena pelafalannya mirip: "icenine". Nickname ini bertahan lumayan lama, bahkan hingga beberapa bulan yang lalu.

Itulah sebabnya, selama ini saya juga sudah beberapa kali mengganti alamat email. Dari mulai "vh_badboys@yahoo.com" (masih digunakan untuk YM), kemudian berganti menjadi "vh_iceman@yahoo.com" dan "vh.badboys@gmail.com, lalu berubah lagi menjadi "victor.hasiholan@arsenal.or.id" dan "ice9.mobile@gmail.com". Yang terakhir masih saya gunakan karena sudah terlanjur tersebar kemana-mana (juga digunakan di beberapa web social network saya pribadi).

Beberapa keluhan teman (yang menganggapnya sulit dingat karena aneh), ditambah alasan saya ingin mempunyai alamat email yang lebih "formal", akhirnya hari ini saya menggantinya. Lagipula nama 'Vic' katanya lebih catchy. Lebih mudah diingat. Mungkin seperti nama 'Dee' alias Dewi Lestari :D

Itulah sebab-sebab saya akhirnya mengganti alamat email dan account twitter milik saya pribadi. Seterusnya, mungkin akan tetap saya gunakan (belum berpikir untuk ganti lagi). Lagipula cape juga kalau berganti terus-menerus. Sama seperti nomor ponsel saya yang sudah enam (6) tahun saya gunakan (hanya pernah ganti sekali), semoga email saya yang sekarang akan terus saya pakai hingga puluhan tahun mendatang (selama Google masih eksis dan internet masih ada).

Kata seorang teman: orang yang suka gonta ganti nomor ponsel dan alamat emailnya itu menandakan dirinya enggak penting.

Karena saya ingin menjadi orang penting, makanya saya ingin belajar untuk tetap setia menggunakan nomor dan alamat email yang sama. Semoga bisa.


*) tulisan ini juga untuk mengklarifikasi riwayat alamat email yang pernah saya gunakan.

Thursday, September 16, 2010

Tips dari Fira Basuki

Berikut adalah tips-tips menulis/untuk menjadi seorang penulis, dari Fira Basuki (penulis novel “Rojak” dan 25 buku lain). Fira menuliskan ini semua di account twitter pribadinya (@FiraBasuki) dalam hashtag #Fira's tips. Semoga bermanfaat.

  1. Ide dapat dari mana? Dari mana-mana! Sehari-hari, imajinasi, bahkan mimpi! Kata siapa tokohnya gak boleh aneh-aneh? Harry Potter gimana?
  2. Jangan meremehkan apapun. Dari hujan sampai cacing, bisa memberi ide. Buka indera kepekaan.
  3. Bagaimana jika ada ide baru yang datang dan beda sama sekali? Ngetik dengan ide baru! Bisa jadi 2 buku atau yang lama lupakan/diamkan dulu.
  4. Terus jangan tidur-tiduran berharap ide jatuh dari atap, cari dong ah! Jalan-jalan, baca, nonton, buka wawasan!
  5. Writer's block? Biasa! Santai aja, tinggal aja dulu untuk refreshing. Jalan-jalan, senang-senang, ntar juga nemu ide lagi :)
  6. Tapi paling penting jangan stres. Nulis mesti menyenangkan, bikin hati happy. Jangan merasa terpaksa.
  7. Menghargai karya orang lain bisa jadi proses pembelajaran menulis bagi Anda.
  8. Jangan pernah menghina karya/buku orang lain. Kalau tidak suka dan tidak puas, bikin yang lebih baik!
  9. Kalau gak ngerti/gak suka pas baca suatu buku, simpen. Baca lagi di kurun waktu beda. Kematangan bisa jadi buat buku tadi tiba-tiba menarik.
  10. Gak suka baca? Sorry, gak usah jadi penulis aja. Bener deh, baca buku, koran, majalah dan lain-lain itu wajib bagi penulis :)
  11. Jadilah diri sendiri, cari gaya bahasa dan gaya penulisan yang sesuai. Sudah ada Dewi Lestari, sudah ada Raditya Dika, jadi ngapain ikut-ikut gaya mereka?
  12. Konsisten gaya! Kalo sudah pake bahasa gaul jangan tiba-tiba di tengah nikung jadi bahasa bak pidato kepresidenan dong ah :)
  13. Tata bahasa tidak harus EYD. Mau bahasa gaul, gaya teenlit/chiclit, campur istilah, formal ... semua boleh. Tergantung target pembaca.
  14. Ada orang suka gado-gado, tapi dia gak suka pizza. Ada mie ayam yang banyak orang suka termasuk si penyuka gado-gado tadi. Pilih mau 'masak' apa?
  15. Ciptakan signature style, that's you. Jadi penulis berkarakter, khas, percaya diri. Pikirkan gaya yang 'sangat gue banget' jadi nyaman berkarya.
  16. Penting! Kalau pake QUOTE/KUTIPAN jangan lupa akreditasi, disebut siapa atau diambil dari mana. Hormati ucapan/karya orang!
  17. Seperti atlet yang latihan tiap hari/teratur, untuk lancar menulis pun demikian. Kalo bisa tiap hari nulis! Apapun! Walau sedikit.
  18. Mau masukkin ini itu biar tulisan bagus? Halooo.. yang nentuin bagus atau gak itu pembaca. Makanya jangan segan-segan suruh orang baca.
  19. Tanya pendapat? Jangan tanya keluarga, sahabat, apalagi ibu. Yang ada pujian-pujian yang diterima. Cari orang yang netral!
  20. Paragraf pertama amat sangat penting. Gunakan kata-kata atau kalimat yang 'catchy'. Bikin orang senyum, tertarik, penasaran.
  21. Gak bisa semua dimasukin ke 1 buku. Pilih fokusnya apa? Tujuannya apa? Sebuah masakan kalau kebanyakan bumbu juga eneg.
  22. Tidak ada yang tidak mungkin dalam dunia fiksi. Tapi! Bener mau njelek-jelekin agama/ budaya orang misalnya? Buku itu abadi!
  23. Campur fakta dan imajinasi? Kalo fiksi kenapa gak? Mau bikin karakter berkuping panjang ngopi di Starbucks? Silakan :)
  24. Untuk pemula, nulis novel supaya teratur, rapi, dan gak lupa ... catet ringkasan para karakter dan alur ceritanya.
  25. Siapa bilang nulis harus dari depan, tengah, belakang ... per bagian berurutan? Kalau memang kepikiran/tahu akhirnya dulu, silakan lho!
  26. Selalu lampirkan ringkasan novel biar memudahkan penerbit tahu isi garis besarnya. Jadi efisien.
  27. Pilih penerbit yang sama 'soul'-nya dengan tulisan Anda. Kalau banyak nerbitin buku-buku religi, ya jangan kirim novel 'heboh' misalnya.
  28. Gak apa-apa kok telepon penerbit apakah naskah sudah diterima, siapa yang terima, siapa editornya. Ngomong ama editor juga gak apa-apa.
  29. Uang dan ketenaran itu hadir setelah hasil, dan juga takdir. Saat proses menulis, jangan mikirin ini. Menulislah karena ingin menulis.
  30. Banyak hal yang tidak bisa diukur dengan uang, termasuk karya yang abadi. Bayangkan anak cucu baca buku-buku yang ada di perpustakaan. Nama sesudah tiada. Priceless!
  31. Paling penting: menulislah dari dalam hati. Jadi tanpa paksaan.

*) Penulisan tips-tips tadi sudah melalui proses editing agar lebih mudah dibaca, tanpa mengurangi makna dari yang sudah dituliskan Fira Basuki di account twitternya.

Wednesday, September 15, 2010

Tuhan Yesus Berjalan-Jalan di Dunia

[Matius 25 : 31-46]

Suatu hari, Tuhan Yesus memutuskan untuk turun lagi ke bumi untuk melihat dari dekat apa saja yang dilakukan oleh makhluk yang paling dikasihi dan disayangiNya.

Sebelumnya, Dia mendengar keluh kesah dari malaikatNya, bahwa manusia di jaman sekarang mulai saling membunuh, saling membenci, selalu berselisih, berbuat kekerasan kepada sesamanya, bahkan banyak yang menghujat Tuhan. “Tuhan, daripada Engkau selalu bersedih karena manusia, mengapa Engkau tidak menghukum dan memusnahkan mereka saja?

Lalu Tuhan mengajak pimpinan malaikat untuk menemaniNya jalan-jalan di dunia.

Pertama kali Dia mengunjungi kawasan Timur Tengah. Kawasan yang selalu bergejolak karena perang saudara dan perselisihan memperebutkan pengaruh di wilayah itu. Tuhan Yesus mengambil rupa seorang pejuang militan yang sekarat di pinggir jalan. Tak lama kemudian patroli militer lewat. Salah seorang tentara turun dan hendak membunuh militan yang sedang terluka itu. Tapi ada suara yang menghardiknya dari dalam mobil: “apa yang kau lakukan? Cepat beri pertolongan pada orang itu.

Walau sebal, tentara itu tak bisa membantah komandannya. Dia memapah militan sekarat itu, dan menidurkannya di bak belakang truknya, untuk kemudian diberi minum dan dibasuh luka-lukanya. Komandannya lalu membawa militan itu ke markas untuk mendapat pertolongan lebih lanjut.

Dari jauh sang malaikat melihat itu semua. Tiba-tiba Tuhan Yesus muncul di sampingnya. “Lihat? Manusia tidak sejahat yang kau pikirkan bukan?

Setelah itu Tuhan Yesus berjalan-jalan ke Afrika. Tempat banyak orang yang mati kelaparan akibat peperangan dan kemiskinan. Tuhan Yesus mengambil rupa seorang anak yang busung lapar. Tidak lama kemudian, sebuah truk bantuan makanan datang ke daerah itu. Seorang wanita muda turun dari truk lalu menghampiri kawanan ibu-ibu menyusui dan anak-anak busung lapar. Wanita itu membawa satu kardus berisi susu dan biskuit, lalu membagi-bagikannya pada mereka. Tanpa terlihat jijik, wanita itu menggendong seorang anak yang dekil dan terlihat seperti mayat hidup, lalu menyuapinya.

Lusa kami akan datang lagi untuk membawa selimut dan obat-obatan. Dan tentu saja makanan.” Kata supir truk sebelum meninggalkan daerah terpencil itu.

Dari jauh sang malaikat melihat itu semua. Tuhan Yesus menepuk pundak malaikat itu. “Lihat? Masih ada manusia yang peduli pada sesamanya.

Dari Afrika, Tuhan Yesus pergi ke Amerika. Di wilayah itu, Dia sering mendengar laporan tentang manusia yang melakukan kekerasan karena perbedaan ras. Tuhan Yesus lalu mengambil rupa seorang kulit hitam yang terkena luka tembak dan berjalan terseok-seok di wilayah orang kulit putih. Sudah satu jam berjalan tetapi tidak ada orang membuka pintu rumahnya untuk menolong. Hingga kemudian dia terkapar dan pingsan di pinggir jalan. Saat membuka matanya, dia berada di sebuah kamar dengan tempat tidur yang nyaman, dan lukanya sudah dibalut dan diobati. Seorang wanita kulit putih masuk ke kamar itu dan memberinya minum lalu menyuapinya makan. “Saat bapak melewati depan rumahku, aku ingin menolong bapak. Tapi suamiku takut dengan orang sekitar jika melihat kami menolong orang kulit berwarna. Jadi suamiku hanya memperhatikan bapak dari kejauhan, untuk berjaga-jaga seandainya ada orang yang akan melukai bapak. Kemudian saat hari sudah petang, kami beranikan diri untuk membawa bapak yang sudah tergeletak di jalan. Saya hanya berdoa, semoga bapak masih bertahan. Dan Tuhan menjawab doa saya.” Wanita itu tersenyum.

Malaikat itu terduduk di pojok ruangan itu memperhatikan semuanya. Tuhan Yesus lalu tersenyum padanya, “Lihat? Manusia masih mempunyai hati yang mengasihi, bukan?

Dari Amerika, Tuhan Yesus beranjak ke Asia. Dia ingin ke Cina, tapi malaikat yang ada di sampingNya mendesakNya untuk pergi ke Indonesia. “Lihatlah negara itu. Engkau pasti akan menghujani negara itu dengan api begitu melihat tingkah manusia yang ada disana.

Tuhan Yesus hanya tersenyum simpul kepada sang malaikat.

Lalu tibalah Dia di Indonesia. Dia berjalan-jalan di Jakarta ditemani malaikat yang ada di sisiNya. “Lihatlah anak-anak di jalanan itu. Tidakkah Engkau sedih melihat orang-orang di sekitarnya yang seolah-olah tidak mempedulikan mereka?

Tuhan Yesus lalu duduk di pinggir jalan dan memperhatikan. Dia ingat ketika dulu menggendong seorang anak di tengah murid-muridNya dan berkata, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.” [Matius 18:1-11]

Di siang yang terik itu, Dia melihat anak-anak jalanan itu mengemis dan mengamen. Tuhan Yesus lalu berkata pada sang malaikat: “lihatlah itu.

Di perempatan saat lampu menyala merah, seseorang menurunkan kaca mobilnya dan mengeluarkan plastik-plastik berisi makanan dan minuman. Anak-anak di perempatan itu berebut mengambilnya. Karena kejadian itu, banyak pengendara kendaraan lain berpaling ke mobil itu. Tapi hanya terlihat tangan yang terjulur keluar, tidak terlihat siapa pemberi makan siang bagi puluhan anak jalanan di tempat itu. Saat lampu berubah hijau, mobil itu melaju kembali.

Apakah kau belajar dari semua ini?“ kata Tuhan Yesus pada malaikat yang duduk di sampingNya.

Iya. Aku mengerti. Engkau menyediakan apa yang dibutuhkan. Tidak semua manusia jahat dan tidak peduli pada sesamanya. Masih ada manusia yang mengasihi sesamanya.

Tepat sekali.” Tuhan Yesus tersenyum pada malaikat itu.

Tapi Tuhan... bagaimana dengan manusia yang jahat, manusia yang acuh pada lingkungannya, manusia yang hanya memikirkan dirinya sendiri, manusia yang membenci sesamanya, manusia yang...” malaikat itu seperti protes pada Tuhan. Tapi Tuhan Yesus segera memotong kalimat-kalimat tanya malaikat itu. “Engkau berarti belum mengerti arti semuanya ini, semua hal yang telah Aku tunjukkan kepadamu.

Aku sangat mengasihi manusia. Aku bahkan rela mati sekali lagi di kayu salib demi seorang manusia. Aku memberi kebebasan pada tiap manusia untuk berbuat apa saja. Baik itu hal yang baik atau hal yang jahat sekalipun. Baik mereka akan memuji namaKu, atau menghujat namaKu. Itu semua kulakukan karena Aku tidak menginginkan kasih manusia yang semu, kasih yang palsu. Aku ingin manusia mengasihiku dengan kesadaran mereka. Aku ingin manusia mengasihi sesamanya juga dengan kesadaran mereka tanpa adanya paksaan. Mengenai manusia yang jahat dan tidak peduli akan sesamanya, Aku tetap mengasihi mereka karena ada manusia yang baik dan masih peduli pada sesamanya. Aku tidak akan menghukum dunia hanya karena sebagian besar manusianya menghujat namaKu dan menghilangkan nyawa sesamanya. Oleh karena Aku sangat mengasihi manusia dan masih memandang kepada orang-orang yang mengasihi Aku lewat perbuatan mereka, Aku masih mengarahkan pandanganKu kepada dunia. Dunia memang milik iblis dan para pengikutnya, sehingga ada manusia-manusia yang dibutakan mata hatinya. Tapi ingatlah, Aku telah mengalahkan dunia.

Malaikat itu lalu mengangguk tanda mengerti. Tuhan Yesus lalu melanjutkan perjalanannya ke Yogyakarta.

********/*******

Sudahkah anda berbuat baik hari ini?

Diawali dengan kalimat sapaan seperti itu, sebuah stasiun radio di Yogyakarta memulai tiap program siarannya. Kemudian kalimat: “semoga kita bisa lebih banyak berbuat baik” di tiap penghujung siaran acaranya, mengingatkan pendengarnya agar tidak lupa berbuat baik setiap saat.

Kreatif. Unik. Kalimat penggugah itu kadang membuat saya berpikir, “apakah saya sudah berbuat sebuah kebaikan hari ini?

Tapi nyatanya, saya sering takut untuk berbuat kebaikan. Mungkin saja beberapa dari kita juga demikian. Misalnya saat menumpang sebuah kereta. Di depan saya berdiri seorang ibu tua. Kadang saya malu dan takut untuk menawarkan tempat duduk saya kepadanya, karena mempertimbangkan segala hal termasuk untung ruginya. Hingga akhirnya saya melewatkan kesempatan untuk berbuat baik.

Atau saat melihat sebuah kecelakaan. Saya sering takut untuk berhenti menolong karena berpikir “jangan-jangan nanti malah ikut ditanya-tanyai polisi” atau ketakutan salah memberikan pertolongan. Karena mempertimbangkan banyak hal, saya jadi urung menolong korban kecelakaan itu dan berlalu begitu saja, sambil berdoa di dalam hati semoga semuanya baik-baik saja.

Tapi sebuah kalimat yang tertulis di dinding kos teman AIS Jogja seperti menyentak saya. Kalimat itu tertulis demikian: "dalam masalah hati nurani, pikiran pertama lah yang terbaik. Dalam masalah kebijaksanaan, pemikiran terakhir lah yang paling baik."

Memang, pikiran pertama yang ada di otak saya ketika melihat seorang ibu tua berdiri di kereta adalah menawarkan tempat duduk saya. Tapi kemudian, karena banyaknya pertimbangan di kepala saya, hal baik itu tidak jadi saya lakukan. Juga pikiran pertama yang melintas di benak saya ketika melihat pengendara motor yang terjatuh di depan saya adalah menolongnya. Tetapi karena banyaknya pikiran yang melintas setelahnya, saya tidak jadi berhenti dan berlalu begitu saja.

Oh Tuhan, ampunilah saya.

Saya kemudian berpikir lagi tentang kebaikan-kebaikan “kecil” yang seharusnya bisa saya lakukan, tetapi karena pertimbangan berbagai macam hal, akhirnya urung saya lakukan. Ketika melihat seseorang mengendarai motor dan lupa menaikkan standar motornya, saya harusnya mengingatkannya. Ketika melihat seorang lansia susah menyebrang jalan, saya harusnya menolongnya. Ketika melihat pengemis tua kelaparan, saya harusnya memberinya makan. Dan seterusnya, dan sebagainya.

Bisa jadi karena kebaikan-kebaikan itulah, Allah masih memandang dunia, melihat Indonesia. Karena masih ada orang-orang baik di negeri ini yang mengasihi sesamanya. Siapa tahu Tuhan Yesus saat ini sedang mengambil rupa seorang pengemis tua, ibu hamil tua yang berdiri di atas kereta, atau bahkan Dia mengambil rupa seorang anak kecil yang tumbuh cacat saat berjalan-jalan di dunia. Dia ingin tahu, apakah manusia yang dikasihiNya masih memiliki hati untuk sesamanya.


Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa. [Yakobus 4:17]


Tuhan berfirman: "Jika Kudapati lima puluh orang benar dalam kota Sodom, Aku akan mengampuni seluruh tempat itu karena mereka." [Kejadian 18:26]


All that is necessary for evil to succeed is for good men to do nothing. [Kejahatan hanya akan menang, jika orang baik tidak berbuat apa-apa.] -Edmund Burke-

Friday, September 3, 2010

"Siapa Sih Kamu?"

Suatu hari Pablo Picasso pergi ke sebuah toko pembuat perkakas dari kayu. Picasso hendak memesan sebuah rak untuk rumah barunya. Setelah menjelaskan panjang lebar perihal bentuk dan ukuran rak yang akan dipesannya, rupanya pegawai toko itu masih belum mengerti.

Bisa minta kertas dan pensil?

Ada pak. Sebentar.” Pegawai toko itu pergi mengambil kertas dan pensil. “Ini, pak.

Setelah menerima kertas dan pensil, Picasso kemudian menggambar bentuk dan model rak yang dia inginkan, “nah, rak seperti ini yang saya maksud tadi. Bisa membuatnya?

Oh, bisa pak.

Lalu, berapa harganya?” Kata Picasso sambil mengeluarkan dompetnya.

Gratis untuk bapak. Bapak cukup menandatangani sketsa rak buku ini.

********/*******

Sering saya berpikir: ah, cuma tebak-tebakan gitu aja apanya yang lucu? [Lihat iklan XLnya Baim]

Atau, cuma omongan gitu aja kok dianggap penting sih? Sampai jadi headline berita [Ruhut Poltak perihal usulan presiden menjabat 3 periode]

Juga saat melihat tayangan infotainment tentang artis yang berfilosofi soal Indonesia. Saya pun bisa berfilosofi dan mengucapkannya dengan lebih baik. Tapi kenapa ucapan filosofis artis itu menjadi terkenal dan didengarkan? Kenapa saya kalau bicara, atau menulis, yang lebih baik dari apa yang dikatakan artis itu, ditanggapi biasa saja?

Ya siapa saya? Siapa elo? Siapa sih kamu?

Tendangan Beckham ke tiang gawang yang melenceng jauh dimaklumi orang-orang. Tapi tendangan Budi di liga antar kampung yang membentur tiang gawang, membuatnya dimaki-maki oleh teman-temannya dan disoraki penontonnya. Pertanyaannya sama: siapa Budi?

Yoyo ‘Padi’ saat konser, stik drumnya patah dan permainannya berhenti sejenak. Tetapi penonton tetap tenang dan menanggapinya biasa saja. Rudi ‘Beras’ saat bermain drum sebagai band pembuka di sebuah konser, dan mengalami hal yang serupa dengan Yoyo ‘Padi’, langsung mendapat sambitan botol air mineral dari penontonnya. Pertanyaannya sama: siapa Rudi?

Kobe Bryant saat mendribel bola di keramaian, langsung dikerumuni orang banyak. Babenya Ryan, saat mendribel bola di keramaian, langsung diusir satpam karena mengganggu kenyamanan. Pertanyaannya masih sama: siapa babenya Ryan?

Inilah yang kadang kurang kita sadari. Untuk mendapat penghargaan dari orang lain itu butuh sebuah kerja keras sebelumnya. Butuh pengorbanan dan latihan yang tidak ringan. David Beckham, Kobe Bryant, dan Yoyo ‘Padi’ sebelumnya juga orang-orang yang biasa saja dan tidak dikenal siapa-siapa. Tapi mereka kemudian berjuang, menjadi berhasil, dan dikenal orang banyak. Sebenarnya, itulah penghargaan untuk mereka, yang jika membuat kesalahan kecil akan dimaklumi, atau jika mengatakan pernyataan yang sederhana saja, akan diperhatikan orang banyak dan media.

Tapi seperti kata pamannya Peter Parker (Spiderman), “with great power, comes great responsibility,” semakin besar kekuatan, semakin besar tanggung jawabnya. Semakin besar penghargaan yang diterima dari orang banyak, semakin besar tanggung jawab pribadinya terhadap apa yang dilakukannya. Semakin besar dirimu, semakin besar pengaruhmu. Itulah sebabnya ada istilah “public figure”.

Para buruh demo: turunkan harga, pasti akan ditanggapi berbeda dengan para artis dan tokoh masyarakat jika mereka menyerukan hal yang senada. Artis yang tersorot kamera sedang melakukan kerja bakti membersihkan lingkungan, pasti akan lebih dihargai dibanding orang lain yang membersihkan sungai sendirian. Iwan Fals berteriak di panggung menenangkan massa yang mulai adu jotos, pasti akan lebih didengarkan daripada panitia konser yang berteriak untuk menenangkan penonton yang mulai merusak acara. Dan seterusnya, dan sebagainya.

Tetapi, jika artis melakukan adegan video mesum dan kemudian tersebar di dunia maya, pasti juga akan mendapat tanggapan masyarakat yang lebih heboh daripada Surti dan Tejo membuat video yang sama. Jika presiden terlihat marah-marah kepada anaknya dan tersorot media, pasti akan mendapat tanggapan masyarakat yang lebih meluas daripada pak Sukro yang gamparin anaknya sampai babak belur. Jika seorang dosen terlambat mengajar kuliah umumnya, pasti akan lebih merugikan orang lebih banyak daripada seorang mahasiswa yang terlambat datang ke kelasnya. Dan seterusnya, dan sebagainya.

Itu semua sudah hukum alam, hubungan sebab-akibat, realita di masyarakat, yang selalu bergulir dari masa ke masa.

Jadi, jika dirimu seorang yang besar, orang tenar, bersikaplah bijak saat berbuat atau mengatakan sesuatu. Memang tidak mudah. Tapi percayalah, banyak orang di luar sana yang bermimpi ingin menjadi artis, bintang lapangan bola, pebasket MVP, pemain band terkenal, penulis terlaris, pelukis legendaris, hingga menjadi tokoh masyarakat yang disegani, seperti anggota DPR, menteri, dan presiden.

*) terinspirasi dari renungan ini.

Yogyakarta, 03 September 2010 (12:14 PM)