Sunday, May 22, 2011

Penulis Bayangan di Antara Nasib dan Keberuntungan

Penulis bayangan, atau istilah kerennya ghost writer, adalah sebuah “side job” untuk mereka yang hobi menulis. Disebut hantu atau bayangan, karena profesi ini memang tidak akan membuat pelakunya nampak di permukaan. Dan memang dikondisikan demikian. Beda dengan profesi penulis profesional lainnya, seperti penulis sebuah buku cerita, yang namanya akan langsung dikenal oleh pembacanya.

Lalu ada yang bertanya, "Gimana ya caranya jadi ghost writer? Pengin nih. Ada tips gak selain terus menulis?"

Saya lalu bertanya balik padanya: “Bagaimana menjadi ghost writer atau bagaimana (kok bisa) menjadi ghost writer?

Untuk pertanyaan pertama, saya tidak bisa menjawabnya. Atau lebih tepatnya, belum layak memberikan jawabannya. Alasannya: saya juga baru belajar. Baru saja memulainya. Jadi untuk memberikan jawab bagaimana menjadi ghost writer, saya masih kurang kompeten untuk menjelaskannya. Mungkin ada “hantu” lain yang membaca tulisan ini mau memberikan jawabannya? :)

Dan untuk pertanyaan kedua, “Bagaimana (kok bisa) menjadi ghost writer?” Jawaban saya sederhana: karena nasib dan keberuntungan.

Nasib itu bisa diusahakan. Dengan melakukan apa yang terbaik yang bisa dilakukan. Sisanya itu urusan Tuhan. Inilah keberuntungan. Kata pepatah: “Do the best, and let God do the rest.

********/*******


Beberapa waktu lalu saat makan siang bersama orang yang sedang saya “bayangi”, saya menanyakan hal ini. Mengapa saya? Bagaimana dia menemukan saya? Apa yang membuatnya memilih saya?

Jawaban beliau juga sederhana: karena nasib dan keberuntungan.

Percakapan kami selama kurang lebih 30 menit di siang itu, tentang nasib dan keberuntungan, mengingatkan saya pada sebuah dialog di film “Ghost Writer”.

Ruth Lang (RL): “Kau adalah ideku.

Ghost Writer (GW): “Benarkah?”

RL: “Kau menulis buku memoar Christy Costello, bukan?

GW: “Kau membacanya?”

RL: “Kami menginap di rumahnya, di Mustique, musim dingin lalu. Bukunya ada di samping tempat tidur.

GW: “Memalukan.”

RL: “Jangan, mengapa? Itu luar biasa, walaupun mengerikan. Bagaimana kau mengubah ocehannya menjadi sesuatu yang berkesinambungan, itu sangat brilian. Lalu kubilang pada Adam, ‘Inilah orang yang akan menulis bukumu, bukan Mike.’”

********/*******

Intermezzo: Tips Ngeblog ala Vic.

Beberapa orang menganggap, menulis sebuah web log (catatan di web), yang lalu dikenal dengan sebutan “blog”, adalah sesuatu yang tidak perlu diseriusi. Atau dia serius, tapi lama-lama bosan karena tujuannya tak tercapai. Apa tujuannya? Ingin terkenal.

Tetapi sebagai blogger, seharusnya kita menerima kenyataan: bahwa internet itu sebuah media yang ketenarannya masih kalah dengan televisi, koran, majalah dan radio. Ingin cepat terkenal? Bikinlah sensasi di televisi. “Masuk ke TV” akan membuat Anda terkenal. Apalagi di stasiun TV nasional. Jadi kalau Anda menulis sebuah blog, lalu bermimpi menjadi terkenal, sepertinya Anda kurang menyadari realitanya.

Internet saja masih dibagi menjadi beberapa segmen yang punya peminat masing-masing. Ada media sosial seperti Facebook dan Twitter (jadi TT di Twitter gak akan membuatmu jadi terkenal jika tidak dibantu media lainnya). Lalu forum online seperti Kaskus. Ada e-mail dan mailist (ikut semua mailist yang ada, gak bakal membuatmu terkenal juga). Tempat chatting seperti YM dan Mirc. Juga Youtube (gak semua orang yang upload video dirinya ke Youtube menjadi terkenal). Kemudian tempat berbagi file seperti Mediafire dan 4shared.

Masih banyak segmen yang lain di media internet, dan blog menduduki peringkat ke sekian. Fakta lainnya: apa yang membuat orang mau berkunjung ke blog Anda? Padahal ada ribuan blog terdaftar lainnya. Jadi apa yang bisa membuat blogmu dilirik orang?

Tips saya sederhana: buatlah blog yang isinya berguna bagi yang mengunjunginya. Bisa tentang tips dan trik mengelola sebuah gadget. Atau cara-cara menggunakan suatu alat (terkenal dengan istilah: “how to”). Bisa juga berisi kalimat-kalimat motivasi dan cerita yang bisa memberikan pencerahan. Atau sebuah blog yang berisi tentang berbagai macam informasi, seperti resep masakan atau cara membuat berbagai macam jenis roti.

Pernah nonton film “Julie and Julia”? Bagaimana sebuah blog resep masakan yang dia kerjakan, bisa menjadikannya terkenal. Membuatnya mendapat berbagai tawaran untuk menulis buku dan wawancara di televisi. Itu semua dimulai dari sebuah media yang sederhana: blog.

Tetapi jika blog Anda hanya berisi curhat pribadi, ajang narsis atau catatan tentang hidup Anda sehari-hari; orang yang “nyangkut” di blog bisa saja akan berpikir: “Siape elu?”

Meskipun gak salah juga menuliskan hal-hal pribadi di blog Anda. Toh itu blog Anda pribadi, yang bisa dicorat-coret sesuka hati. Tapi blog yang isinya seperti ini, biasanya, jarang dikunjungi. Atau ada yang “nyasar” lalu tidak akan kembali lagi. Kecuali pemilik blog itu adalah orang (lebih dulu) terkenal di media lainnya.

********/*******


Intermezzo: Hubungan Pencari Kerja Dengan Pencari Pekerja.

Sama-sama membutuhkan. Itu yang bisa saya simpulkan dari obrolan saat makan siang dengan seorang CEO sebuah perusahaan nasional. Pencari kerja dengan pencari pekerja itu sama-sama saling mencari sebenarnya. Mencari kecocokkan. Pencari kerja mencari tempat kerja yang cocok, dengan imbal balik (gaji) yang cocok, dengan pekerjaan dan lingkungan kerja yang cocok. Sebaliknya, pencari pekerja juga demikian. Dan untuk menemukan yang sama-sama cocok itu membutuhkan usaha yang tidak gampang. Membutuhkan proses yang lama.

Tetapi dengan sedikit keberuntungan, kecocokkan antara pencari kerja dan pencari pekerja bisa ditemukan dengan mudah. Tidak perlu waktu dan proses pencarian yang lama.

********/*******


Setiap orang pernah mengalami kok saat-saat di mana mereka tidak diakui dan diremehkan. Tapi yang membedakan antara orang sukses dan tidak adalah, orang sukses tetap tekun membina diri di saat-saat demikian.” (Alberthiene Endah via @AlberthieneE)


Seorang penulis bayangan itu tidak perlu mencari. Tapi menunggu untuk ditemukan. Beliau, orang yang saya bayangi pernah berkata (kira-kira) demikian, “Vic, yang harus dilakukan benda berharga itu hanya menunggu. Menunggu untuk ditemukan. Dan tiap orang yang menemukannya pasti merasa jadi orang paling beruntung sedunia. Ya begitulah yang saya rasakan sekarang.”

Tapi dalam proses menunggu itu, tiap “benda berharga” pasti mengalami proses yang tidak gampang. Bahkan menyesakkan. Bisa bayangkan, misalnya Anda menjadi bongkahan emas yang terkubur ratusan meter di bawah permukaan tanah. Juga mutiara yang terpendam di dasar lautan. Atau berlian yang tersimpan dalam perut bumi. Minyak, batu bara dan benda berharga lainnya. Benda-benda itu pasti terkena proses alam yang menyakitkan: panas, dingin, gelap dan sendirian. Tapi proses itulah yang membuat tiap benda berharga menjadi semakin berkualitas.

Kurang lebih begitu juga proses manusia agar menjadi berguna. Tetapi banyak manusia yang tidak tahan pada proses dan bosan menunggu dirinya ditempa, hingga akhirnya mereka terkena seleksi alam dan hilang secara perlahan.


Menulislah selalu dengan kemampuan terbaikmu, sambil terus tingkatkan standar itu. Kemudian publikasikan tulisanmu. Karena siapa yang tahu kalau kamu ada, jika kamu tidak pernah mempublikasikan dirimu kepada dunia? Tulisanmu bisa mempresentasikan siapa dirimu sebenarnya.

Entah saat nge-blog atau menulis buku, menulislah seakan-akan tulisanmu itu akan disertakan dalam nominasi penghargaan untuk penulis (cerpen/novel/artikel/puisi) terbaik di dunia. Karena kamu tidak akan pernah tahu, siapa yang akan mengunjungi blogmu. Atau siapa yang akan membaca bukumu yang terselip di antara ribuan buku, di sebuah toko buku.

Di luar sana ada banyak orang yang tidak punya waktu untuk menulis. Atau punya waktu, tapi tidak tahu bagaimana caranya menulis buku. Padahal bisa saja ada ide baru di kepala mereka, atau pengalaman-pengalaman hidup yang terlalu berharga untuk disimpan sendirian saja. Di sinilah peran seorang penulis bayangan. Menjadi penulis pengganti, hingga seolah-olah dia yang dibayangi adalah penulis bukunya sendiri.

Mereka yang mencari seorang ghost writer biasanya akan mencarinya di toko buku. Tentunya dengan membaca buku-buku yang ada di sana. Dan jika mereka suka dengan gaya bahasa atau pemikiran penulisnya, selanjutnya mereka akan menghubunginya. Atau mereka melakukan "jalan-jalan" di dunia maya. Mengunjungi blog-blog yang ada.

Karena tulisan Anda, biasanya, mencerminkan siapa diri Anda sebenarnya. Itu bisa terlihat dari gaya bahasa saat menuliskan apa yang ada di pikiran Anda. Bahkan caramu menulis SMS bisa mencerminkan kepribadianmu.

Jadi teruslah menulis untuk memublikasikan diri Anda. Teruslah menulis meskipun tidak ada yang baca, kata Seno Gumira Ajidarma.

Tidak hanya pencari ghost writer yang suka jalan-jalan di dunia maya. Simak penuturan Oktavia Erdyan, pendiri Terrant Books, di majalah Femina No. 11/XXXIX (19-25 Maret 2011).

Berani Jemput Bola

...Selain menggandeng penulis yang “sudah punya nama”, Via, sapaan akrab Oktavia, juga rajin mencari penulis baru di dunia maya. Dari pengalamannya, banyak penulis berbakat siap diasah yang bersembunyi di sana. “Kan banyak remaja yang punya blog. Ternyata, selain curhat, mereka suka menulis cerita di blog,” kisahnya. Bahkan, Via sering terinspirasi oleh curhat blogger remaja di blog-nya. “Saya jadi tahu dunia remaja, problemnya, dan tren di kalangan mereka,” katanya.

Dengan cara itu Via berkenalan dengan Cassandra Niki, mahasiswi asal Yogyakarta yang rajin nge-blog dengan nama Casseyburn. “Cassandra sudah terkenal di antara blogger remaja. Dia menulis cerita serial di blog-nya. Saat saya ajak dia untuk menulis buku, dia antusias sekali. Awalnya, dia tidak pede, tapi saya terus menyemangati karena saya tahu dia mampu,” ujarnya. Berkat bimbingan dan arahan dari via, tahun 2010 lalu terbitlah buku perdana Cassandra: Letters, Stories and Dreams.

...Meski menggunakan strategi jemput bola, Terrant Books terbuka menerima naskah novel. Ada tim yang khusus menyeleksi naskah kiriman penulis. Setelah melewati seleksi mereka, barulah Via menyeleksi lagi. Salah satu triknya adalah hanya membaca beberapa halaman pertama. “Kalau setelah 5 halaman saya masih tertarik membaca, berarti naskah tersebut bagus,” ujarnya.


Kadang, orang berhenti corat-coret di blognya, karena dia menganggap hal itu sia-sia. Padahal semua yang kita lakukan untuk pengembangan diri itu berguna. Dan menulis itu baik untuk mengembangkan diri Anda. Jadi menulis di blog itu tidak pernah sia-sia.

Terakhir, simak apa kata Wimar Witoelar tentang anonim di dunia maya: “Kalau niatnya baik, mengapa harus anonim?” (via @wimar)

Jangan malu untuk menunjukkan dirimu melalui blogmu. Tunjukkan dirimu pada dunia lewat karya-karyamu. Menulislah selagi kamu mampu. Anggap blogmu adalah bentuk perkenalan dengan orang-orang di luar sana. Dan jika dirimu unik, pasti ada yang melirik.

Masalah nanti akan dikontrak jadi penulis bayangan atau penulis buku, itu hanya soal waktu. Karena semuanya akan kembali lagi pada nasib dan keberuntunganmu. Itu...


Yogyakarta, 22 Mei 2011

Untuk: Rissa Arisa.