Thursday, November 10, 2011

Menjadi Pahlawan Sejati

"Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota." (Amsal 16:32)

Saya pernah mendengar cerita tentang Napoleon Bonaparte yang dalam masa tuanya, menangis ketika melihat lukisan Yesus Kristus di dinding kamarnya. Ia berkata, "Aku menaklukkan dunia dengan membunuh dan membinasakan banyak manusia. Tetapi Dia menaklukkan dunia dengan mengorbankan nyawa-Nya sendiri demi cinta-Nya pada manusia."

Seorang manusia yang dicap sebagai "pahlawan" oleh dunia, seringkali memerolehnya dengan mengorbankan orang lain demi kepentingannya. Padahal jika direnungkan, pantaskah dia memerolehnya dengan mengorbankan orang lain demi cita-citanya?


Kalimat di awal tadi menyebutkan, bahwa orang yang sabar melebihi seorang pahlawan. Karena orang yang sabar sanggup menanggung segala sesuatu tanpa pernah merasa disakiti.

Bukankah itulah karakter seorang pahlawan sejati?

Orang yang sanggup berjuang tanpa memikirkan sebuah penghargaan atau pengakuan. Kadang sendirian, karena semua orang yang tadinya bersamanya telah kehilangan keyakinan. Orang yang mampu berjuang di tengah derasnya arus yang menentang. Tetap sendirian, karena dia tidak mau orang lain dikorbankan agar dia meraih apa yang dicita-citakan. Dalam kesunyian, dengan tetap memegang teguh keyakinan, bahwa perubahan memang tidak pernah instan. Dan kebenaran pada akhirnya selalu menang, tanpa pernah tahu kapan ia akan datang.

Kalimat di awal tadi juga mengatakan, bahwa orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota. Karena orang yang menguasai dirinya, tidak mudah diombang-ambingkan oleh suasana di sekitarnya.

Bayangkan orang yang merebut kota... Pastilah mereka dikuasai oleh emosinya, agar mempunyai kekuatan lebih untuk menumpas orang-orang yang melawannya. Saat merebut kota, pastilah ada mereka yang memertahankannya. Dan orang yang merebut kota, pastilah harus membinasakan mereka semua. Ada pertumpahan darah di sana. Ada yang dikorbankan demi tujuan merebut kota.

Dan sekarang bayangkan orang yang bisa menguasai dirinya... Pastilah mereka telah menguasai emosinya, sehingga tidak pernah terpancing oleh keadaan di lingkungannya. Bahkan seringkali mereka seperti termostat yang mampu mengubah lingkungan, menjadi seperti apa yang ia inginkan.

Sehingga jika ada manusia yang sabar dan mampu menguasai dirinya, bukanlah ia melebihi seorang pahlawan yang merebut kota?

Apakah manusia itu kamu?

Semoga kamu menjadi manusia seperti itu di lingkunganmu.



Tulisan terkait: Tidak Ada Yang Ingin Menjadi Pahlawan

Wednesday, November 2, 2011

Yakin Sudah Sukses?

Sukses. Kata ini sering didoakan oleh setiap orang tua kepada semua anaknya. Atau ketika teman kita merayakan hari lahirnya; “Semoga kamu menjadi orang yang sukses di kemudian hari.

Tapi sebenarnya apa arti dari kata “SUKSES”?

Menurut kamus lengkap bahasa indonesia, sukses bisa berarti berhasil, beruntung, lulus atau dapat dicapai dengan baik. Jadi kata sukses sangat abstrak maknanya.

Ingin sukses?” Kalimat itu juga sering menjadi kalimat promosi sebuah acara motivasi, atau kalimat ajakan untuk mengikuti sebuah bisnis yang modalnya harus mengajak orang sebanyak mungkin. Tapi nyatanya, tidak semua orang yang mengikuti acara motivasi atau bisnis tersebut menjadi orang yang (dianggap) sukses. Jadi adalah salah kalau orang mengartikan kata sukses dengan banyak uang atau memiliki jabatan dan kedudukan.

Kata “sukses” adalah kata sifat. Jadi artinya relatif bagi setiap orang. Tidak ada tolok ukur untuk menilai apakah seseorang sudah sukses dalam hidupnya.

Karena jika kesuksesan diukur dengan uang, berarti tidak ada tukang kebun yang sukses; supir yang sukses; office boy yang sukses; kasir supermarket yang sukses; bahkan tidak ada pembantu rumah tangga yang sukses. Padahal setiap orang ingin dikatakan sukses. Dan nyatanya, mereka yang banyak uangnya, masih membutuhkan tukang kebun, supir, office boy, kasir supermarket dan pembantu rumah tangga. Bisakah kalian bayangkan, hai orang-orang yang mengatakan kesuksesan hanya dapat diukur dengan uang, jika tidak ada mereka yang kalian katakan “tidak cukup sukses” tersebut?

Atau jika kesuksesan diukur dengan pangkat dan jabatan, berarti tidak ada sersan yang sukses; staf manager yang sukses; perawat yang sukses; satpam yang sukses; bahkan tidak ada sekretaris yang sukses. Padahal setiap orang ingin menjadi sukses. Dan nyatanya, mereka yang berpangkat jenderal atau direktur utama sebuah perusahaan, atau dokter spesialis kenamaan, masih membutuhkan seorang sersan, staf, perawat, sekretaris dan satpam. Bisakah kalian bayangkan, hai orang-orang yang menganggap kesuksesan hanya dapat diukur dengan pangkat dan jabatan, jika tidak ada mereka yang kalian anggap “tidak cukup sukses” tersebut?

Saya percaya, setiap manusia diciptakan dengan fungsi dan tugas yang berbeda-beda. Seperti Tuhan menciptakan tubuh manusia. Semua organ tubuh kita mempunyai fungsi dan tugas yang berbeda-beda. Bisakah mata berkata pada telinga, “Aku tidak membutuhkanmu”? Atau seorang pemain sepak bola memandang remeh tangannya, karena dia memandang kakinya lebih berharga?

Jadi, sukses adalah sebuah pengertian. Untuk mencapainya, yang pertama harus dilakukan adalah mengerti apa yang menjadi tujuan hidup kita. Tahu apa yang menjadi cita-cita kita. Setelah itu, jika kita ingin sukses, kejarlah apa yang menjadi tujuan dan cita-cita hidup kita itu.

Sukses bukan berarti harus punya banyak uang. Sukses juga bukan berarti punya pangkat dan jabatan. Sukses berarti mengerti, kalau tujuan Tuhan menciptakan kita di dunia sudah tercapai.

Ketika kita sukses, kita tidak harus menjadi kaya atau terpandang di mata orang-orang. Ketika kita sukses, yang pasti kita akan puas dan bahagia dengan apa yang telah kita kerjakan selama ini. Tidak peduli apa kata orang lain pada diri kita saat ini. Yang paling tahu apakah diri kita sukses saat ini adalah diri kita sendiri. Karena ada seorang tua yang kaya dan mempunyai keluarga bahagia, tapi dirinya belum menganggap bahwa kesuksesan telah diraihnya. Orang tua itu berkata: “Masih ada cita-cita saya yang belum terlaksana.


Saya pribadi sering bertemu dengan orang-orang (yang dianggap) sukses di negeri ini. Dan kalimat yang sering meluncur dari mulut mereka adalah: “Saya bangga dengan apa yang telah saya lakukan dalam hidup saya.

Jadi, apakah Anda puas dan bahagia dengan apa yang telah Anda kerjakan selama ini? Jika iya, itu artinya Anda sedang berjalan dalam kesuksesan hidup Anda.

Salam sukses.

Tidak ada orang yang benar-benar sukses, jika ia tidak benar-benar menyukai apa yang dikerjakannya. -Andrias Harefa-