Thursday, November 18, 2010

Putih

Pagi ini saya mencuci tumpukan pakaian yang telah terabaikan seminggu belakangan. Alasannya sederhana: sudah tidak ada baju ganti lagi. Mau tidak mau, saya harus mencuci pakaian-pakaian itu.

Ketika mencuci tumpukan pakaian yang berwarna putih, seperti biasanya saya memisahkan pakaian berwarna dengan yang tidak berwarna, saya mendapati kalau pakaian putih tidak semuanya benar-benar putih. Apa standar warna putih? Apakah jika mulai kusam tidak bisa lagi dikatakan putih? Ataukah jika ada bercak kotoran tidak bisa lagi dikatakan putih? Adakah pakaian yang benar-benar berwarna putih? Putih, seputih warna pakaian di iklan pemutih. Bukankah putih itu relatif?

Itulah gambaran manusia sesungguhnya. Ketika lahir, kita seperti kain putih. Tetapi lama kelamaan, seiring bertambahnya usia, warna putih itu menjadi kusam. Tidak ada putih yang benar-benar putih, bukan? Walaupun sepotong pakaian direndam dengan pemutih, lalu dicuci dengan detergen yang mengandung pemutih, warna putihnya tidak akan benar-benar putih seperti baru lagi. (Saya tidak percaya dengan iklan di TV)

Kita, manusia, seperti tumpukan pakaian putih yang kotor dan tiap minggu menunggu untuk dicuci. Tetapi walau dicuci sebersih apapun, warna putih itu tidak akan kembali seperti semula. Kotoran atau noda yang menempel mungkin akan hilang, tetapi tindakan mencuci, tidak akan mengembalikan warna putih seperti sediakala.

Jadi saya heran jika ada orang, atau sekelompok orang, yang mengklaim dirinya, atau diri mereka, adalah "putih" yang benar-benar putih. Lalu menganggap orang lain lebih kotor daripada diri mereka. Well, sepertinya mereka tidak sadar kalau pakaian putih yang mereka kenakan, tidak benar-benar berwarna putih seperti putihnya bunga melati yang ditanam oleh Tuhan.

Karena tidak ada warna putih yang benar-benar putih.

"Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu." [Yohanes 8:7b]

No comments:

Post a Comment