Saturday, May 31, 2014

Di Antara

Awalnya, ide untuk hidup seorang diri itu menyenangkan.

Kemudian saya mulai senang dengan konsep hidup sendirian.

Sarapan sendirian. Bepergian sendiri. Membaca seorang diri. Belanja tanpa ditemani. Bekerja sendiri. Menunggu kereta sendirian.

Sendirian membuat saya bebas memilih menu makanan yang saya makan. Bebas memutuskan ke mana arah tujuan saat jalan-jalan. Bebas membuat pendapat tanpa perdebatan. Bebas saat dihadapkan pilihan: Good Day atau Nescafe. Bebas untuk membuat kesimpulan: baik atau buruk. Bebas menentukan saat kapan akan pergi dan harus pulang, tanpa harus bertanya karena tidak ada teman seperjalanan.

Tetapi ketika saya melihat sepasang muda mudi bercanda saat berdiri di pinggir rel kereta; saat mendengarkan tawa beberapa orang yang duduk satu meja di rumah makan; waktu merasakan betapa nyamannya pundak seseorang di dalam bus malam; saya menyadari bahwa hidup sendirian tidak begitu menyenangkan. Lalu tiba-tiba menyeruak rasa benci dengan pikiran saya selama ini. Sepertinya ingin marah dengan diri saya sendiri: mengapa selalu menyenangi hidup di dalam gua tiap malam hari.

Walaupun semuanya terlihat lebih baik jika dikerjakan sendiri, hidup seorang diri membutuhkan biaya lebih untuk emosi.

Saya tidak senang hidup sendirian.

Karena sendirian tidak semewah yang saya bayangkan.

Terlihat lebih kurus dari samping :D

-Diterjemahkan dari buku: "About a Man",
buku yang belum beredar di pasaran-

Tuesday, May 13, 2014

Mempromosikan Iblis

Berikut adalah cerita rakyat Naples (Italia) dan diterjemahkan sesuai kondisi negara tempat tinggal penerjemahnya. Judul asli: "Anak Muda dan Sang Iblis".

"Kamu tahu tidak, gubernur itu bisa terus-terusan menjabat hingga membuat dinasti keluarga, karena mengikat perjanjian dengan setan." Kata seorang caleg kepada anak muda di sebuah warung makan. Anak muda ini heran.

Beberapa hari kemudian anak muda ini mendengar percakapan di pasar, "Loe tahu gak? Tokonya si A Fui bisa laris karena dia rutin bawa sesaji ke gunung Kawi." Kata seorang buruh kepada rekan-rekannya. Anak muda itu menjadi penasaran.

Hari berganti bulan, anak muda ini melihat seorang ibu penjual gado-gado menunjuk-nunjuk seorang pria tampan yang baru saja lewat di depan warungnya, "Tuh lihat, gak cuma cewek yang pasang susuk. Cowok itu juga. Kan aye tahu aslinya pegimane."

Setelah kejadian itu, anak muda tersebut mulai berusaha mencari sang iblis. Dan ternyata iblis tak pernah susah untuk ditemui.

Setelah bertemu dan duduk bersama di bangku tua, anak muda ini berkata: "Saya ingin menanyakan ini padamu: apakah benar kamu bisa membuat manusia menjadi berkuasa, tampan dan sangat kaya?"

Sang iblis tersenyum licik, "Ah, itu kan hanya ucapan mereka yang sedang mempromosikan diriku."

********/*******

Terkadang beberapa orang tanpa sadar menjadi "buzzer" kekuatan iblis, di tengah-tengah orang banyak yang tidak berani menjadi "buzzer" kuasa Tuhan. Sering banyak orang dibuat takjub dengan kebolehan iblis yang dipertontonkan oleh para pengikutnya, alih-alih kagum dengan mujizat yang Tuhan tunjukkan pada orang-orang di sekitar mereka. Tidak sesekali ketakutan pada kuasa iblis menghinggapi orang-orang percaya, sehingga membuat mereka lupa pada kuasa Tuhan yang memiliki bumi dan segala isinya, serta dunia yang diam di dalamnya.

Cerita tadi saya dapatkan beberapa hari lalu. Lalu saya teringat pada topik di persekutuan KDM GKI Gejayan saat membicarakan tentang integritas. Kami saat itu membahas ayat Amsal 3:16, "Umur panjang ada di tangan kanannya, di tangan kirinya kekayaan dan kehormatan."
Lalu saya sekarang berpikir: kalau semuanya itu (kekayaan, kesehatan -umur panjang-, kehormatan) adalah milik Tuhan, mengapa masih percaya pada promosi pengikut setan?
Akhir cerita, saya ingat sebuah cuplikan dialog film (saya lupa judulnya apa) : "Seburuk apa pun kondisinya atau sedalam apa pun terpuruknya orang benar (seperti dia), paling tidak Tuhan tetap berada di pihaknya."




Lebih suka jadi pengikut Decepticon?

Thursday, May 8, 2014

L.O.V.E *

Apa yang kita ingat dari kenangan-kenangan yang terekam oleh kita? Nama tempat, nama permainan, nama teman atau kejadian, adalah hal-hal yang lambat laun mungkin bisa terlupa, tapi... tidak dengan rasa.


Rasa senang, rasa sedih, yang akan terus kita bawa tanpa mudah tercecer di sepanjang perjalanan kita.


Dan semakin kita dewasa, kita akan menyadari bahwa diantara kenangan-kenangan tersebut ada satu rasa yang paling besar, yaitu CINTA. Karena ketika satu per satu cerita berhenti dan menjadi kenangan, cinta akan terus bergerak seiring harapan yang menyertai dia.

Cinta yang tak terlihat oleh mata, tak teraba oleh tangan, tapi dia ada... bahkan sejak kita belum bisa mengucapkannya.

Cinta yang sejati, cinta yang ketika kita kira sudah pergi, ternyata cuma bersembunyi menunggu untuk kembali lagi...

*diambil dari narasi film dengan judul yang sama