Saturday, May 31, 2014

Di Antara

Awalnya, ide untuk hidup seorang diri itu menyenangkan.

Kemudian saya mulai senang dengan konsep hidup sendirian.

Sarapan sendirian. Bepergian sendiri. Membaca seorang diri. Belanja tanpa ditemani. Bekerja sendiri. Menunggu kereta sendirian.

Sendirian membuat saya bebas memilih menu makanan yang saya makan. Bebas memutuskan ke mana arah tujuan saat jalan-jalan. Bebas membuat pendapat tanpa perdebatan. Bebas saat dihadapkan pilihan: Good Day atau Nescafe. Bebas untuk membuat kesimpulan: baik atau buruk. Bebas menentukan saat kapan akan pergi dan harus pulang, tanpa harus bertanya karena tidak ada teman seperjalanan.

Tetapi ketika saya melihat sepasang muda mudi bercanda saat berdiri di pinggir rel kereta; saat mendengarkan tawa beberapa orang yang duduk satu meja di rumah makan; waktu merasakan betapa nyamannya pundak seseorang di dalam bus malam; saya menyadari bahwa hidup sendirian tidak begitu menyenangkan. Lalu tiba-tiba menyeruak rasa benci dengan pikiran saya selama ini. Sepertinya ingin marah dengan diri saya sendiri: mengapa selalu menyenangi hidup di dalam gua tiap malam hari.

Walaupun semuanya terlihat lebih baik jika dikerjakan sendiri, hidup seorang diri membutuhkan biaya lebih untuk emosi.

Saya tidak senang hidup sendirian.

Karena sendirian tidak semewah yang saya bayangkan.

Terlihat lebih kurus dari samping :D

-Diterjemahkan dari buku: "About a Man",
buku yang belum beredar di pasaran-

1 comment:

  1. Pada dasarnya manusia manapun tdk bisa hidup sendiri, baik dg lawan jenis maupun sesama jenis, manusia butuh adanya orang lain agar hidupnya terus berkesinambunga.. #justcomment

    ReplyDelete