Saturday, March 27, 2010

Kepada: Yth. Pak Jenggot

Hai, gimana kabar? Baik-baik saja kan? Masih hidup kan? Atau sudah mati? Maksud saya, apakah jiwa anda sudah mati?

Imagine this:

Anda, bertukar tubuh dengan mereka...

Ah, tidak. Saya kira otak anda tidak cukup imajinatif seperti saya.

Begini saja.

Anda berada di sebuah negara, dimana anda menjadi minoritas. Lalu, anda dan kaum minoritas anda, saat berkumpul, melakukan hal yang menurut anda dan pengikut anda benar, tiba-tiba, diserang oleh kaum mayoritas. Mereka menghakimi anda, dengan mengatakan bahwa anda dan pengikut anda sedang melakukan hal yang menentang hukum menurut keyakinan mereka.

Tanpa pengadilan, tanpa peringatan.

Lalu, anda dan pengikut anda diserang, tempat pertemuan kalian dikepung, kalian diteriaki sebagai pendosa dan harus mati. Gedung tempat pertemuan kalian akan dibakar atau . . . kalian harus mau diusir dengan paksa dari tempat itu, tanpa berhak mengucapkan kata pembelaan sepatah kata pun.

Apa yang akan anda dan pengikut anda katakan di dalam hati?

"Hai.. kami juga manusia. Kami punya hak yang sama dengan kalian."

atau,

"Hai.. jangan hukum kami. Kami tidak tahu salah kami. Kami hanya menganggap yang kami lakukan ini benar."

atau bisa juga,

"Kenapa kalian memusuhi kami? Apa salah kami terhadap kalian, sehingga kalian dengan sedemikian rupa membenci kami, dengan memperlakukan kami seperti ini? Apakah karena kami minoritas dan kalian mayoritas?"

********/*******
Orang bijak bilang: kalau ingin melakukan sesuatu kepada orang lain, tariklah hal itu terlebih dahulu kepada diri kita. Mau gak kita diperlakukan seperti itu? Seperti kita melakukannya kepada orang lain?

Kekerasan hanya menghasilkan sebuah kekerasan lain. Oleh karenanya, kekerasan dalam bentuk apapun, untuk tujuan apapun, walaupun hal itu benar, kekerasan tidak pernah dapat dibenarkan.

Apa sih yang buat kita bisa beringas terhadap sesama kita? Mereka juga sama-sama manusia. Singa saja tidak pernah menyerang sesamanya. Apakah memang kodrat kita sudah lebih rendah daripada binatang?

Terus mereka berteriak: "Mereka kan berdosa..." atau "mereka kan melanggar hukum Allah" atau "mereka kan bla bla bla... dst"

Lalu? Apakah dengan begitu kita bisa dibenarkan saat menghakimi mereka? Melakukan kekerasan terhadap mereka? Melanggar hak asasi mereka, yang juga manusia?

Pelaku kekerasan terhadap manusia, itu . . . manusia juga bukan sih? Atau mereka hanya hewan-hewan bertubuh manusia dan berotak ayam?

Jangan menghakimi kalau tidak ingin dihakimi.

Lihat segalanya lebih dekat, maka kau akan mengerti. [Mira Lesmana]

Mengapa mereka melakukan itu, mengapa mereka berperilaku seperti itu, mengapa mereka bisa menjadi seperti itu . . . dengarkanlah mereka, rasakanlah apa yang mereka rasakan, ber-empati-lah terhadap mereka. Kemudian kita akan tahu, bahwa kekerasan itu gak akan pernah menjadi penyelesaian masalah.

Saya menyukai semua manusia, tapi saya hanya membenci iblis di dalam diri mereka. [Italian Job, movie]

Jadi, jangan bunuh orangnya, jangan lukai manusianya, tapi . . . bunuhlah iblis yang ada dalam diri mereka. Bagaimana caranya?

Dekati, dengarkan, tunjukkan sebuah pengertian ... berbagilah, bawalah dia kepada Tuhan. Selanjutnya, terserah Tuhan ingin berbuat apa kepada masing-masing mereka. Bukankah Dialah Sang Raja Manusia? Jadi gak ada hak sesama manusia untuk menghakimi sesamanya, apalagi bawa-bawa niat "membela Sang Raja Manusia".

Sang Raja Manusia itu gak perlu dibela manusia. Dia punya kuasa dan kekuatan yang melebihi apapun di dunia. Justru dengan bergerak "membela Dia", menunjukkan bahwa kelompok manusia itu tidak percaya akan kuasa dan kekuatanNya, dan hal itu berarti merendahkanNya. Merendahkan Sang Raja Manusia, pasti ada hukumannya bukan?

Kalau Tuhan perlu dibela, mungkin Dia tak layak jadi Tuhan. [Jenny Jusuf]

Tuhan gak perlu dibela. Manusia sebenarnya hanya membela simbol dan keyakinannya yang di'cap' sebagai kebenaran. Padahal, apa yang kamu yakini sebagai sebuah kebenaran, mungkin bukanlah sebuah kebenaran buat yang lainnya. [Dewa 19]

Aku benar-benar tidak simpati. Aku ingin melihat mahasiswa-mahasiswa jika sekiranya ia mengambil keputusan yang mempunyai arti politis, walau bagaimana kecilnya, selalu didasarkan atas prinsip-prinsip yang dewasa. Mereka harus berani mengatakan benar sebagai kebenaran, dan salah sebagai kesalahan. Dan tidak menerapkan kebenaran atas nama agama, ormas, atau golongan apapun. [Soe Hok-Gie]

Hiduplah dalam kebahagiaan, matilah dalam damai. Hidup ini singkat. Kehidupan setelah kematian, itulah yang kekal.

********/*******

Ok, itu saja yang mau saya katakan, Pak Jenggot. Semoga anda dan teman-teman anda mengerti yang saya maksudkan.


with love and peace,
LetKol. (SR) Victor Hasiholan
-2nd command in middle earth-

No comments:

Post a Comment