Monday, March 1, 2010

Obrolan di Angkringan

Sore kemarin, saya makan di angkringan (maklum anak kost di tanggal 2*). Suasana angkringan sebenernya enak, cuma mulai risih dan gak nyaman saat ada kabut asap rokok di depan muka saya. Tapi untungnya, kemarin sore gak ada perokok yang makan di tempat itu.

Selain suasana, saya suka dengan obrolan yang ngasal njeplak (asal bicara) tentang apa saja. Pernah, saya dengar percakapan seperti ini :

A : "eh, mau aku kuliah bareng cah semester 4" (tadi saya kuliah bersama anak semester 4)
B : "kok iso? lha kowe emange njupuk opo?" (kok bisa? emangnya kamu ngambil apa?)
A : "lha aku kan mendalami meneh kuliah ekonomi mikro" (aku kan mendalami lagi kuliah ekonomi mikro)
C : "gayamu... mendalami. Ngulang wae, sok."
B : "iyo, bahasamu kuwi ra nyandak" (iya, bahasamu itu ketinggian)
A : "mbok ben, sakarepku to?" (biarin, terserah aku kan?)
D : "emang kowe wis semester piro?" (memang kamu udah semester berapa?)
C : "semester 16, pak... wis 8 tahun ra lulus-lulus"

semuanya ketawa -termasuk saya- *kesindir*
:-/

D : "ra popo le, wajib belajar raan 9 taun to? Teruske wae, nanggung, setahun engkas" (ga papa nak, wajib belajar 9 tahun kan? Teruskan saja, nanggung, setahun lagi)

lagi-lagi semua ketawa, cuma si A yang misuh-misuh...

Lucu... lumayan, denger guyonan gratis. Cuma makannya bayar.

********/*******

Sore kemarin juga ada percakapan di angkringan itu,

A : "eh, ngerti ra, Bagus mau kelangan hape neng kos." (eh, tau gak, Bagus tadi kehilangan hape di kos)
B : "kok iso? Sing njupuk sopo?" (kok bisa? Yang ngambil sapa?)
A : "yo maling... sopo eneh?" (ya maling... sapa lagi?)
C : "halah, mbok ben. Deknene nek dewe njaluk tulung yo ra tau gelem nulungi. Mbasan mau kelangan hape neng kamare, gek kelingan konco. (halah, biarin aja. Kita kalo minta tolong ke dia, dianya gak pernah mau nolong. Setelah tadi kehilangan hape di kamarnya, baru inget teman).
B : "lha kan emang dewe koncone? Kowe yo sok nyilih motore deknene" (lha kan memang kita temannya? Kamu ya suka pinjem motornya)

********/*******

Saat mendengar itu, saya jadi teringat cerita ini,

Sepasang petani pulang ke rumah setelah berbelanja. Ketika mereka membuka barang belanjaan, seekor tikus memperhatikan dengan seksama sambil menggumam "hmmm...makanan apa lagi yang dibawa mereka dari pasar??"

Ternyata, salah satu yang dibeli oleh petani ini adalah perangkap tikus.

Sang tikus kaget bukan kepalang. Ia segera berlari menuju kandang dan berteriak "Ada perangkap tikus di rumah... di rumah sekarang ada perangkap tikus..."

Ia mendatangi ayam dan berteriak "ada perangkap tikus". Sang Ayam berkata, "Tuan Tikus, aku turut bersedih, tapi itu tidak berpengaruh terhadap diriku".

Sang Tikus lalu pergi menemui seekor Kambing mengatakan hal yang sama. Sang Kambing pun berkata, "Aku turut bersimpati... tapi tidak ada yang bisa aku lakukan".

Tikus lalu menemui Sapi. Ia mendapat jawaban yang sama. "Maafkan aku. Tapi perangkap tikus tidak berbahaya buat aku sama sekali".

Ia lalu lari ke hutan dan bertemu Ular. Sang Ular berkata "Ahhh... perangkap tikus yang kecil tidak akan mencelakai aku".

Akhirnya Sang Tikus kembali ke rumah dengan pasrah mengetahui kalau ia akan menghadapi bahaya sendiri.

Suatu malam, pemilik rumah terbangun mendengar suara keras perangkap tikusnya berbunyi menandakan telah memakan korban. Ketika melihat perangkap tikusnya, ternyata seekor ular berbisa. Buntut ular yang terperangkap membuat ular semakin ganas dan menyerang istri pemilik rumah. Walaupun sang Suami sempat membunuh ular berbisa tersebut, sang istri tidak sempat diselamatkan. Sang suami harus membawa istrinya ke rumah sakit dan kemudian istrinya sudah boleh pulang, namun beberapa hari kemudian istrinya tetap demam.

Ia lalu minta dibuatkan sop ceker ayam oleh suaminya (sop ceker ayam sangat bermanfaat buat mengurangi demam). Suaminya dengan segera menyembelih ayamnya.

Beberapa hari kemudian sakitnya tidak kunjung reda. Seorang teman menyarankan untuk makan hati kambing. Ia lalu menyembelih kambingnya.

Masih, istrinya tidak sembuh-sembuh dan akhirnya meninggal dunia. Banyak sekali orang datang pada saat pemakaman. Sehingga sang Petani harus menyembelih sapinya untuk memberi makan orang-orang yang melayat.

Dari kejauhan... Sang Tikus melihat satu per satu kematian teman-temannya, menatap dengan penuh kesedihan, dan akhirnya dia pergi meninggalkan rumah itu.

Jadi, ketika suatu hari ANDA MENDENGAR SESEORANG DALAM KESULITAN, dan mengira ITU BUKAN URUSAN ANDA... pikirkanlah sekali lagi cerita tadi.

********/*******

Seringkali, saat kita melihat berita di TV, melihat masalah-masalah negeri ini, dari kasus Century sampai bencana di Sukabumi, kita sering tidak ambil peduli. Kita berpikir, "itu gak ada hubungannya dengan saya". Tapi apakah benar demikian adanya?

Memang, kita tidak harus langsung turun tangan di setiap masalah negara ini, tapi bukankah kita masih bisa berperan? Misal, berdoa untuk semua permasalahan bangsa dan negara ini. Bukankah doa orang benar sangat besar kuasanya? Kalau melihat keadaan sekarang, semua bisanya saling menyalahkan. Ya presidennya, DPRnya, menterinya. Apa kalau saling menyalahkan gitu persolan selesai? Lakukanlah yang bisa dilakukan. Kalau kata sebuah iklan sabun mandi, "Pemikiran, keinginan, dan harapan tidak akan terwujud tanpa diawali dengan perbuatan yang nyata."

Kata seorang filsuf, "jangan tanyakan apa yang sudah negara ini berikan untukmu, tapi tanyakanlah apa yang sudah kamu berikan untuk negara ini dalam bentuk yang nyata".

*) Untuk Indonesia yang lebih baik ;)

No comments:

Post a Comment