Sunday, October 10, 2010

Perspektif Victor: All is Well

Ketika Arsenal kalah 2-0 melawan Chelsea, saya tidak begitu kecewa. Karena sebelumnya, Arsenal kalah dari West Bromich Albion (WBA) di kandang sendiri, kalah dari sebuah tim promosi Premier League di Liga Inggris, dengan skor 2-3.

Kadar kekecewaan yang saya rasakan berbeda saat melihat Arsenal kalah dari Chelsea dan ketika melawan WBA. Karena saat melawan WBA, harapan saya Arsenal pasti menang dengan skor telak. Tetapi ternyata, kenyataan di lapangan berkata sebaliknya.

Saya kemudian berpikir lebih jauh.

Saya pernah berpikir dan bercita-cita ingin mengubah dunia. Hal ini saya tuliskan di buku tahunan kala SMA. Tetapi kemudian, ternyata semuanya tidak berjalan sesuai dengan rencana saya. Dunia tidak berubah sesuai apa yang saya inginkan. Saya kecewa karena keadaannya semakin bertambah buruk saja. Lalu ketika saya menceritakan ini kepada teman saya, dia hanya berkata: “kalau semua berjalan dengan semestinya, di bumi sudah seperti di surga. Lagipula daripada kamu berpikir ingin mengubah dunia, pernahkah kamu berpikir untuk mengubah dirimu terlebih dahulu? Siapa tahu cara pandang kamu tentang dunia yang lebih baik juga ikut berubah.

Tingkat (kadar) kekecewaan tergantung dari seberapa besar harapan seseorang terhadap sesuatu hal. Tapi jika saya pernah berkata, "janganlah seperti yang aku kehendaki, melainkan rencanaMU yang terjadi," apakah saya kemudian akan menyalahkan apa yang sudah terjadi? Padahal sebelumnya saya sudah menyerahkan semua kehendak saya pada Tuhan. Lalu ketika semuanya tidak berjalan sesuai dengan apa yang saya rencanakan, sangat aneh bukan kalau saya menyalahkan Tuhan?

Bercita-cita boleh, berangan-angan tidak salah, tetapi sejak kapan manusia seperti saya tahu apa yang terbaik buat kehidupan saya?

Saya lalu mengubah cara pandang saya terhadap dunia. Berpikir bahwa semuanya ada dalam kendali tanganNya. Berpikir bahwa semua yang terjadi ada dalam rencana besarNya untuk dunia ini. Lalu semuanya menjadi baik-baik saja. Semudah itu kah? Ya, semudah seperti kata teman saya.

Saya dulu selalu pesimis karena apa yang terjadi tidak sesuai dengan rencana dan keinginan saya. Tapi ketika saya mengubah diri saya, mengubah cara saya memandang dunia, bahwa segala yang terjadi di kolong langit berada dalam kendali tanganNya, saya lalu yakin bahwa saya telah mengubah dunia. Saya telah mengubah dunia dengan mengubah cara pandang saya.

Perubahan dipengaruhi sudut pandang pikiran. Ketika mempunyai pikiran yang positif, pikiran itu akan keluar dan terpancar. Saya mengalami hal ini ketika membaca sebuah buku. Awalnya, buku itu terasa sangat membosankan. Tetapi ketika saya mengubah cara pandang saya mengenai isi buku itu, tiba-tiba saja buku itu menjadi sangat menarik.

Sejatinya sebuah buku tidak pernah mempunyai tanggal kadaluwarsa. Ketika buku-buku lama dibuka, pasti selalu saja ada hal baru yang bisa memberi inspirasi kepada pembacanya, meskipun buku itu cetakan tahun 1945.

Kemudian saat melihat kriminalitas dan kekerasan yang merajalela, merasakan hawa yang panas di dunia, atau mengalami kemacetan lalu lintas di jalan raya, semuanya itu tidak akan membuat kita pesimis. Lalu memandang dunia dengan sinis. Jika saja kita mempunyai sudut pandang pikiran yang berbeda, bahwa Tuhan mengendalikan semuanya, sebuah kalimat yang terlintas di benak kita pasti akan berkata: “semua akan baik-baik saja.

Atau seperti kata iklan sebuah produk teh botol, “ambil enaknya aja.”

Westminster Abbey, arsitek kerajaan Inggris yang terkenal di jamannya, di akhir ajalnya menyadari kekeliruannya. Pada batu nisannya terukir pernyataannya yang luar biasa:

"Ketika aku anak-anak, aku bermimpi ingin mengubah dunia agar bisa menjadi lebih baik. Tetapi beranjak dewasa, aku mendapati dunia tidak pernah menjadi lebih baik. Ketika dewasa, aku mengubah impianku. Aku ingin mengubah negeriku sendiri terlebih dahulu. Tetapi semakin aku tua, impian itu tidak membawa pengaruh apa-apa di negeriku tercinta. Dan ketika usiaku semakin senja, dengan semangat yang masih tersisa, aku memutuskan untuk mengubah keluargaku saja, namun ternyata yang aku dapati hanya sebuah kekecewaan seperti yang sudah-sudah, karena tidak ada yang berubah. Pada saat aku terbaring menanti ajalku, tiba-tiba saja aku berpikir bahwa semestinya yang harus aku ubah adalah diriku. Dengan menjadikan diriku panutan, mungkin aku akan bisa mengubah keluargaku. Lalu berkat inspirasi dan dorongan mereka, bisa jadi aku akan mampu memperbaiki negeriku. Kemudian aku bisa mengubah dunia!"

Semoga belum terlambat untuk menyadari ini semua. Bahwa untuk mengubah dunia, yang pertama kali dibutuhkan hanyalah mengubah sudut pandang dan cara berpikir kita. Dimulai dari yang sederhana saja. Dimulai dari apa yang kita bisa.

Kalau kemudian semuanya tidak berjalan sesuai harapan kita, maka berpikirlah: “semuanya akan baik-baik saja. Semuanya berjalan di bawah kendali tanganNya.


"...Dan ketahuilah, Aku (Tuhan) menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir jaman." [Matius 28:20b]

"Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak; Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti terang, dan hakmu seperti siang. Berdiam dirilah di hadapan Tuhan dan nantikanlah Dia;" [Mazmur 37:5-7b]

*) terinspirasi dari film “3 Idiots”

No comments:

Post a Comment