Friday, October 15, 2010

Perspektif Victor: Dokter Gigi

Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan. [Yeremia 29:11]


Untuk pertama kalinya dalam hidup saya yang sudah beranjak ke angka 23, saya pergi ke dokter gigi seorang diri. Karena selama ini selalu ditemani mama saya yang juga seorang perawat gigi.

Ada perasaan takut juga saat memasuki rumah sakit yang memang dikhususkan untuk orang-orang yang bermasalah dengan gigi dan mulutnya. Atau yang sekedar ingin cek-up rutin kesehatan gigi dan mulutnya. Tetapi saya kira, lebih banyak orang Indonesia yang pergi ke dokter gigi karena sedang menderita sakit ketimbang yang rutin memeriksakan giginya. Walaupun ada himbauan dari PDGI, bahwa untuk kesehatan gigi dan gusi, selain menggosok gigi rutin 2x sehari, juga sebaiknya cek-up ke dokter gigi tiap 6 bulan sekali.

********/*******

Ada kejadian yang menyentak diri saya ketika antri di ruang tunggu. Seorang gadis kecil berteriak, "Mama jahat! Mama jahat!" sambil menangis ketika namanya dipanggil oleh seorang perawat disitu. Saya lihat mamanya hanya terdiam. Mungkin tertegun mendengar teriakan dari mulut anaknya yang masih kecil itu. Lalu ibu muda itu beranjak berdiri, mengikuti perawat yang menggandeng tangan anaknya masuk ke ruang dokter gigi.

Gadis kecil itu seperti saya, yang selalu berteriak: “Tuhan jahat! Tuhan jahat!” sambil menangis ketika menghadapi masalah yang berat. Atau ketika diajak Tuhan ke “dokter gigi” yang (biasanya) setelah keluar ruangan menimbulkan sakit yang amat sangat. Tetapi apakah Tuhan itu jahat? Bukankah Tuhan ingin melatih saya untuk menjadi lebih dewasa karena masalah yang Dia ijinkan terjadi? Juga sebenarnya Tuhan ingin menyembuhkan penyakit saya dengan menambah sakit sedikit, supaya nantinya bisa sembuh kembali.

Untunglah Tuhan itu seperti ibu muda tadi. Yang hanya menghela nafas ketika mendengar tangisan dan teriakan anaknya. Tidak kemudian menampar anaknya agar diam. Mungkin saja ibu muda itu sakit hati ketika anaknya mengatakan dirinya jahat. Tetapi ibu itu mahfum, karena anaknya belum tahu dan belum mengerti kalau yang dilakukan ibunya, sebenarnya lebih karena rasa sayangnya. Karena ingin anaknya sembuh dari sakit giginya.

Untuk sembuh dari rasa sakit, biasanya memang harus melewati rentetan peristiwa yang menyakitkan. Disuntik pasti sakit. Dipijat refleksi pasti sakit. Dicabut giginya pasti sakit. Diinfus pasti sakit. Dan sebagainya dan seterusnya. Tetapi bukankah setelah melewati pengobatan yang menyakitkan, penyakit yang diderita akan hilang? Sehingga bisa merasa sehat kembali. Juga seperti sakit saat disuntik imunisasi, setelahnya akan membuat tubuh menjadi kebal terhadap suatu penyakit.

Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak." Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang. Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup? Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya. Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya. [Ibrani 12:5-11]

Tuhan ingin agar kita tidak menjadi anak-anak gampang. Tuhan memberikan rasa sakit dan masalah yang sepertinya berat untuk dijalani, itu karena Dia masih sayang dan peduli.

Memang berat untuk menerima kebenaran ini. Saya sebenarnya juga berat untuk menuliskan pengalaman saya tadi. Sampai akhirnya Tuhan “memaksa” saya untuk menuliskan pengalaman pertama ke dokter gigi di blog saya ini.

Sekali lagi, tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Mengapa saya akhirnya berani ke dokter gigi sendiri. Mengapa saya pergi pagi-pagi sekali. Itu semua sudah sesuai dengan rencana Tuhan yang ingin memperlihatkan kejadian di ruang tunggu itu kepada saya pribadi. Untuk menjawab semua keluhan saya selama ini: “mengapa hidup saya terasa berat sekali?

Well, juga tidak kebetulan kalau Anda sedang membaca tulisan ini. Semoga Anda dan saya tidak lagi berkata di dalam doa: “Mengapa Engkau jahat kepadaku?” saat menghadapi sakit atau masalah hidup yang berat. Tapi mengubah kalimat itu menjadi: “terima kasih Tuhan. Engkau masih sayang dan peduli kepadaku. Tolonglah aku dan berilah kekuatan kepadaku agar bisa melewati semua sakit dan masalah ini. Karena rencana-Mu pasti indah untuk hidupku. Amin.


Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. [Mazmur 55:8]

Ia (Tuhan) membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir. [Pengkotbah 3:11]


Yogyakarta, 29 September 2010

2 comments:

  1. judul lagu dan penyanyi untuk lagu yang kedua itu apa ya mas? ga ktemu ketemu..hho

    ReplyDelete