Friday, May 8, 2020

Joker: Bukan Orang Baik

Kalau Joker ada di Indonesia, mungkin lagu favoritnya itu "Secukupnya" dari band Hindia.

Salah besar jika ada yang memiliki kesimpulan kalau film Joker (2019) ini menunjukkan kalau orang jahat itu adalah orang baik yang tersakiti. Orang baik akan tetap jadi orang baik, seberapa pun ia disakiti. Juga menurut saya, film ini malah menjadi representasi buruk dari mereka, Orang-orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ), yang digambarkan akan menjadi pelaku kriminal jika dibiarkan.

Arthur Fleck (yang lalu dijuluki: Joker) adalah seorang dengan gangguan jiwa: schizophrenia. Diperlihatkan kalau dia memang minum obat-obatan untuk menekan efek sakitnya: delusional/berhalusinasi. Dia juga punya banyak luka batin, kepahitan hidup, dan seorang korban perundungan (bully).

Seseorang yang seumur hidupnya selalu menempatkan diri sebagai korban (playing victim), memang hidupnya kebanyakan akan selalu berakhir seperti Arthur: menyalahkan semua orang akan apa yang terjadi di hidupnya, seolah-olah dia tidak punya kendali sedikit pun pada kebahagiaannya, pada emosinya, pada pikirannya, pada kebebasannya. Oleh karenanya dia, Joker, dijadikan simbol kaum yang senang berpikir dirinya adalah korban.

Poster film "Joker" (2019)

Saya pikir semua orang yang sudah dianggap dewasa, pasti punya pengalaman menjadi Arthur Fleck di dalam sebuah masa di hidupnya. Bedanya, ada mereka yang kemudian sadar bahwa hidupnya itu tidak dalam kendali orang lain, melainkan sepenuhnya dalam kuasa dirinya sendiri... dan ada mereka yang percaya bahwa dirinya tidak bisa melawan kehendak "semesta", sehingga tidak bisa berbuat apa-apa untuk dirinya, sehingga selalu menyalahkan siapa saja: pemerintah, sistem hukum, kesepakatan masyarakat, dll., yang membuat dirinya berakhir menjadi seorang yang delusional, selalu mengasihani diri sendiri saat tidak terlihat oleh orang-orang. Sakit? Iya. Memang sudah dan akan makin banyak orang sakit seperti Arthur Fleck ini di zaman sekarang. Di Indonesia saja, yang saat ini tercatat, ada 1 dari 10 orang yang menderita gangguan kejiwaan.

Tapi apa bisa sebuah negara, atau kota seperti Gotham, akan mampu bergerak maju (menjadi lebih baik) jika semua penduduknya menganggap apa yang dilakukan oleh Joker itu benar? Lalu tiap hari terjadi kerusuhan di mana-mana, kekacauan karena selalu ada ketidakpuasan, pemberontakan pada pemerintahan... dan ketika kehidupan bergerak mundur secara perlahan, semuanya berlagak menjadi korban. Ya kalau begitu selamanya Gotham akan menjadi kota mati. Kalau sudah begitu siapa yang bisa disalahkan? Mereka akan saling terus menyalahkan, lalu bunuh-bunuhan di antara mereka yang berpikir dirinya adalah korban. Terus?
Terus ya akan looping, berputar di situ-situ saja; bergerak di tempat, gak akan ke mana-mana.

Sudah sering digambarkan kalau kejahatan itu hanya akan menghasilkan kejahatan lain. Kekerasan hanya akan menyublim menjadi kekerasan dalam bentuk lain. Begitu seterusnya... kapan selesainya?

Jadi gak usahlah memperbaiki sistem (pemerintahan) dengan cara membuat atau jadi jalan kerusuhan, lalu berdalih 'jika gak gitu, gak akan diperhatikan'.

Padahal digambarkan di film Joker, Arthur Fleck itu sesungguhnya adalah korban kekerasan orangtua angkatnya. Dia diadopsi bukan untuk disayangi, tapi malah dijadikan pelampiasan, dibuat sasaran ketidakwarasan, akibat sakit jiwa yang diderita ibunya. Setelah dewasa, Arthur lalu membunuh ibunya yang sudah selama ini dirawatnya. Kekerasan terjadi lagi. Pembunuhan dianggap hal yang wajar jika terjadi. Kebrutalan-kebrutalan yang selalu dijadikan pembenaran bagi mereka yang menganggap dirinya adalah korban... yang salah selalu orang lain. Dirinya selalu benar... apakah mulai terdengar familiar?

Cuma saya juga menangkap pesan kalau "menjadi korban" itu juga diakibatkan oleh ketidakpekaan orang lain juga, akibat hilangnya rasa empati pada sesamanya. Oleh sebab itu apa yang bisa dilakukan pada fakta bahwa saat ini sudah ada "Arthur Fleck" di sekitar kita, dan akan bertambah lagi di masa yang akan datang di Indonesia?

Ya... milikilah rasa empati pada sesama, jangan selalu ingin menguasai semuanya; atau ingin memiliki segalanya. Sebab akan selalu ada korban pada sistem yang dibuat oleh mereka yang serakah dan hanya berpikir soal dirinya. Juga kembali lagi, realitanya tidak semua korban di sini bisa berpikir jernih untuk menyadari bahwa dirinya adalah pengendali hidupnya sendiri.



Setiap orang yang kamu temui di luar sana memiliki masalah dan beban yang berat menurutnya, yang kamu tidak tahu seberapa besar itu memengaruhi dirinya. Jadi tetaplah bersikap baik pada siapa saja dan lakukanlah ini pada tiap kesempatan yang ada. Mungkin dengan demikian, para "Arthur Fleck" di sekitar kita tidak akan berubah menjadi "Joker" di masa depan.

Sekian.

No comments:

Post a Comment