Saturday, July 10, 2010

Serendipity? I Don't Think So...

Hidup dan nasib, bisa tampak berantakan, misterius, fantastis, dan sporadis, namun setiap elemennya adalah subsistem keteraturan dari sebuah desain holistik yang sempurna. Menerima kehidupan berarti menerima kenyataan bahwa tak ada hal sekecil apa pun terjadi karena kebetulan. Ini fakta penciptaan yang tak terbantahkan. [Karena tiap kejadian, pasti punya maksud dan tujuan]
(Harun Yahya) [FIKSI 'movie']

Kita membuka mata pukul 5, mandi, sarapan pukul 6, bertemu orang-orang yang tidak kita kenal di warung makan, atau saat kita antri di halte busway, bertemu dengan teman kantor di dalam busway, bekerja, merusak komputer dengan tidak sengaja, makan siang, ditegur atasan karena istirahat kelamaan, bekerja lagi, pulang, dicopet di dalam bus kota, kecapekan mengejar pencopet kemudian mampir di sebuah warung minuman, bertemu seorang teman lama yang ternyata sekarang menjadi preman, hape kita yang dicopet "disetor" padanya karena dia kepala preman, hape dikembalikan, kita traktir dia minuman, pulang, nonton berita tengah malam tentang seorang preman yang baru saja ditangkap aparat keamanan, beranjak tidur sambil memikirkan apa saja yang terjadi hari ini. Merenungkan kebetulan-kebetulan yang ada: ketemu teman kantor di bus, merusak komputer perusahaan, diomelin bos, dicopet, ketemu teman lama, hape dikembalikan, hingga nonton berita yang memperlihatkan wajah teman lama yang baru saja ditemuinya.

Ya, bisa saja kita menganggap itu semua adalah kebetulan-kebetulan yang aneh. Kemudian kita mengira itu hanya rutinitas harian biasa, yang siapa saja bisa mengalaminya. Tapi menurut saya, TIDAK ADA YANG NAMANYA KEBETULAN DI DUNIA INI. Hidup ini terlalu dangkal jika kita memaknai semuanya sebagai sebuah kebetulan. Serendipity? Kebetulan (ketidak sengajaan) yang indah? Tidak juga.

Hidup bukan serangkaian ketidaksengajaan tanpa arti. Tapi peristiwa-peristiwa yang tertata indah sesuai rencanaNYA. Tuhan sudah mengatur tiap detil kehidupan pada tiap ciptaanNYA, termasuk manusia. Jam berapa kita bangun pagi (atau siang), bertemu dengan siapa di jalan, pergi makan di manapun, ditimpa musibah apapun, hingga hal-hal kecil yang kita anggap sepele: macet di jalan, kena tilang, antri di ATM, salah naik angkutan, nyasar cari alamat, dan lain sebagainya yang kita tidak sadari, berlalu begitu saja, karena kita sudah menganggapnya sebagai rutinitas biasa. Bahkan untuk hal-hal yang kelihatannya buruk, seperti kehujanan terus kecelakaan atau terlambat datang saat ujian.

"Aku sudah menikah! Wow.. sepertinya baru kemarin saja kita duduk berdua disini sebagai orang bebas."
"Bagaimana kamu bertemu suamimu?"
"Sederhana saja peristiwanya. Aku duduk sendirian di kafe, membaca novel 'Chocolat', kemudian dia datang menghampiriku, menanyakan isi dari novel itu, kemudian kita ngobrol tentang banyak hal. Tiga hari kemudian, dia melamarku. Bayangkan saja, seandainya aku saat itu tidak pergi ke kafe itu tapi memilih kafe lain. Seandainya saja aku memilih novel lain yang akan aku baca. Atau seandainya aku memilih untuk menonton film di bioskop saat itu, atau malah window shopping ke mal. Apakah aku akan bertemu dengannya? Apakah dia akan mendekatiku saat aku mencari majalah di toko Gramedia? Aku tidak tahu. Yang terjadi adalah aku pergi ke kafe itu, dan dia menghampiriku, dan saat kami ngobrol, aku tahu bahwa dia adalah pasangan jiwaku. Sesederhana itu."

Benar kan? Tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini. Bahkan saat kita memutuskan akan makan apa malam ini, buku apa yang kita baca hari ini, situs apa yang kita kunjungi di dunia maya, artikel apa yang kita baca disana, akan pergi kemana esok hari, bertemu dengan siapa saja hari ini, duduk di kursi nomor berapa di bioskop 21, hingga akan pakai baju apa saat pergi ke kampus nanti. Semuanya sudah tertulis dalam sebuah skenario film kehidupan, dan Sang Sutradara sudah membuatnya menjadi cerita yang berakhir indah untuk kita.

Andai saja setiap kita bisa melihat detil-detil peristiwa yang terjadi, seandainya kita mengerti bahasa-bahasa dunia melalui hal-hal yang kita lihat dan rasakan, merenungkan setiap makna di balik itu semua, kita akan tahu bahwa tidak ada sedetik pun kehidupan kita yang berlalu tanpa sebuah campur tangan Sang Pencipta. Karena Tuhan selalu mengetahui, dan rancanganNya selalu baik untuk masa depan kita.

Bagaimana kalau kita ganti kata "kebetulan" dengan kalimat "karena rencana Tuhan yang indah"?
Seperti kalimat: "Kebetulan tadi saya ketemu dengan dia waktu nunggu angkutan yang tak kunjung datang, jadi saya gak terlambat sampai di kantor." Menjadi: "Karena rencana Tuhan yang indah, tadi saya ketemu dengan dia waktu nunggu angkutan yang tak kunjung datang, jadi saya gak terlambat sampai di kantor."

Bukan sebuah kebetulan, jika suatu hari anda ditabrak mobil, dan ternyata mobil itu milik seorang produser atau sutradara film, kemudian dia mengajak anda bermain dalam sebuah film garapannya. Karena rencana Tuhan yang indah, film itu kemudian menjadi box office di jagat perfilman Indonesia. Setelah semuanya anda lalui, kemudian anda menyadari bahwa peristiwa demi peristiwa hanyalah sebuah skenarioNYA, untuk mempertemukan anda dengan pasangan hidup anda, yang ternyata seorang artis ibu kota. (yah.. sebut saja namanya :P)

Atau...

Bukan sebuah kebetulan, jika suatu hari dompet anda hilang dan ditemukan oleh seorang perempuan yang bekerja di restoran tempat anda makan siang. Kemudian dia mengantar dompet itu ke rumah anda bersama kakak laki-lakinya, dan ternyata dia adalah cinta lama anda yang telah menghilang. Karena rencana Tuhan yang indah, dompet anda hilang dan ditemukan oleh adik suami anda sekarang. (pikiran kita terlalu pendek memang, untuk menyelami pekerjaan Tuhan dari awal hingga akhirnya)

Well, once again.. master Oogway said, "there are no accident." (Kungfu Panda 'movie')

No comments:

Post a Comment