Sunday, July 4, 2010

Bukan Bakat Saya

Kalau ada tawaran pekerjaan untuk menggantikan Pak Bondan, yang kerjanya wisata kuliner sambil mencicipi makanan, saya gak akan terima pekerjaan itu.

Bukan karena saya gak mau, jalan-jalan sambil makan-makan, cuma saya tidak punya bakat untuk hal ini. Alasan lain karena saya membayangkan olahraga yang harus saya lakukan untuk mengeluarkan lemak-lemak dalam tubuh saya akibat makan lima kali sehari. Saya juga gak bisa bayangkan, hal-hal yang harus saya lakukan untuk membakar kalori akibat over dosis makan makanan yang berkalori tinggi.

Saya suka makan, tapi saya gak punya bakat untuk membedakan makanan.

Hari ini saya tiga kali makan mie ayam, dengan jeda kurang dari dua jam, di tiga tempat yang berbeda. Tapi lidah saya mengirimkan sinyal ke otak saya, bahwa semua mie ayam itu rasanya sama saja. Gak ada bedanya. Enak semua. 'Maknyus' istilahnya. Tapi mungkin beda ceritanya kalau Pak Bondan yang melakukannya.

Saya juga tidak bisa makan semua jenis makanan. Keju, mayonaise, susu putih, dan olahan makanan yang mengandung terong, pare, dan pete. Susah ditelan jika masuk ke mulut saya. Kalau dipaksa, malah bisa muntah. Ya begitulah...
Tapi sekarang udah mendingan. Dulu saat saya masih kecil, ada makanan lain yang tidak bisa diterima sistem pencernaan saya selain makanan tadi, yaitu: buah durian, kismis, dan ham(burger).

Atas kesadaran itu, saya menolak tawaran dari pihak Transcorp untuk menggantikan Pak Bondan Winarno di acaranya yang sudah terkenal dimana-mana, WISATA KULINER. *)

Bukankah melakukan pekerjaan yang sesuai minat dan bakat akan lebih baik hasilnya? Daripada mengerjakan sesuatu hanya karena paksaan atau tidak sesuai dengan keinginan. Biasanya tidak akan maksimal jadinya.


*) imajiner saja.

No comments:

Post a Comment