Thursday, July 22, 2010

Menulis itu Sebuah Katarsis

Tidak ada tulisan yang salah menurut saya. Tidak ada artikel, puisi, prosa, cerita, bahkan tidak ada novel yang jelek... selama ditulis dengan hati. Hanya saja, semua tergantung pada mood (baca: suasana hati) pembacanya. Saya rasa semua novel yang ditulis dengan hati layak terbit dan dicetak massal, hanya saja perlu mencari penerbit yang cocok dan editor yang moodnya sesuai dengan isi novel. Ah... saya masih penasaran dengan cara kerja seorang editor :-/

Sama seperti mendengarkan musik atau lagu. Lagu "Menerobos Gelap" tentu bagus saat pendengarnya sedang membutuhkan semangat, tapi akan terdengar biasa saja jika yang mendengarkan lagi jatuh cinta. Tidak ada yang mengatakan kalau lagu "Kasih Tak Sampai" itu gak enak didengar telinga. Tapi jika mood saya sedang tidak ingin mendengarnya, saya akan langsung menekan tombol "next" di MP3 player saya, untuk mencari lagu yang tepat dengan suasana hati saya saat itu.


Jadi, untuk apa masih takut menulis? Tulislah apa yang ada di hatimu, apa yang ingin anda katakan pada dunia.


Menulis itu seperti terapi, untuk lebih mengenal diri sendiri, untuk mencurahkan isi hati, juga untuk menghindari percobaan bunuh diri... percayalah. Karena saya pernah mendengar kisah, seorang penulis terkenal yang hampir saja melakukan bunuh diri karena masalah di keluarganya. Saat orang tuanya bertengkar, saat mendengar ibunya dihajar, bahkan saat si penulis itu sedang merasa kesepian di kamar. Awalnya dia hanya menulis, "saya ingin bunuh diri..."
Begitulah yang dia tuliskan dari hari ke hari, hingga dia mengembangkan pemikirannya, "saya ingin bunuh diri, tapi saya takut mati. Saya tidak mau meninggalkan ibu saya seorang diri. Saya juga masih ingin pergi ke Hawai, berlibur bersama ibu..." dan seterusnya. Saya lupa siapa dia. Tapi karena catatan-catatan hariannya, akhirnya dia menemukan alasan untuk tetap bertahan hidup, sampai kemudian menjadi seorang novelis terkenal yang mem"fiksi"kan pengalaman hidupnya. (sumber: iseng waktu searching acak di Google -dulu-)

Tuliskan apa yang mau kamu tulis. Tidak peduli jika nantinya tulisanmu dikatakan jelek, bahasanya picisan, atau jika dirimu dikatakan cerpenis gagal, sastrawan kurang pergaulan, dan sejenisnya. Seperti yang saya bilang diawal, tidak ada tulisan yang jelek dan salah, hanya saja tulisan anda sedang dibaca oleh orang yang suasana hatinya sedang jelek dan salah (saat membaca tulisan anda).

Saya juga berpendapat bahwa setiap orang berhak mengutarakan pendapatnya. Setiap orang berhak berfilosofi. Setiap orang berhak memberikan nasehat kepada orang lain sesuai pengalaman hidupnya. Setiap orang juga berhak menuliskan pikirannya berdasarkan apa yang ia tahu dari lingkungan, pergaulan, juga buku-buku yang sudah dibacanya. Hanya saja, orang lain juga berhak memberikan pendapatnya atas apa yang sudah anda tuliskan. Apakah dikatakan memberi inspirasi, menyetujui, atau malah mengatakan tulisan anda salah dan terkesan menggurui. Itu hanyalah reaksi pembaca. Sah-sah saja, sama seperti anda "sah-sah saja" menuliskan apapun yang ingin anda tulis. Ingatlah satu hal: tidak seorang pun dapat membahagiakan semua orang dan tidak ada satu pun pemikiran manusia di dunia yang mutlak salah atau mutlak benar. Apapun, ambillah hikmahnya yang menurut anda benar.

Akhir kalimat, apakah tulisan ini jelek? Itu tergantung bagaimana mood anda saat membaca tulisan saya :)


PS.
- Lagu "Menerobos Gelap" dan "Kasih Tak Sampai" adalah lagu dari grup band PADI.
- Terinspirasi dari artikel ini

1 comment: