Case:
Istri sedang memasak di dapur. Suami yang sedang disampingnya terus berceloteh tanpa hentinya: Pelan dikit. Awas! Api terlalu besar. Cepat balikkan ikannya. Cepat diangkat, minyaknya terlalu banyak! Tahunya diiris tipis. Aduh, pancinya miring!
Istri terlepas bicara : Diam kau! Aku mengerti cara memasak.
Suami dengan tenang menjawab: Tentu engkau mengerti, istriku.. Aku hanya ingin engkau tahu, bila aku mengemudi, bagaimana perasaanku saat engkau bercuap-cuap terus disamping.
=> Tidaklah susah belajar memahami orang lain,asalkan engkau bersedia dengan sungguh-sungguhberdiri pada posisi dan sudut pandang orang lain untuk memandang suatu masalah.
_______________________________________________
Case :
Ayah dan anak melewati depan hotel bintang lima, melihat sebuah mobil sedan import yang sangat mewah. Anak dengan sinis berkata pada ayahnya: orang yang punya mobil begini pasti otak udang.
Ayahnya dengan santai menjawab: orang yang berkata demikian, pasti kantongnya kosong, tak berduit.
=> Cara pandangmu terhadap suatu masalah, apakah juga merupakan refleksi dari sikap hatimu yang sebenarnya?
_______________________________________________
Case :
Selesai makan malam, ibu dan anaknya, Wati, sedang mencuci piring, ayah dan anak lelakinya, Budi, nonton tv di ruang tamu. Tiba-tiba dari dapur terdengar suara piring pecah, sejenak menjadi sunyi. Budi berkata sambil memandang ayah: Pasti ibu yang pecahkan. Ayah: Darimana kau tahu? Budi: Ia tidak marah-marah.
=> Kita terbiasa membuat standar yang berbeda untuk diri sendiri dan orang lain, yaitu ketat terhadap orang lain dan longgar terhadap diri sendiri.
_______________________________________________
Case :
Ada dua rombongan turis Taiwan datang ke sebuah pulau di Jepang, kondisi jalan sangat buruk, lubang dimana-mana. Salah seorang guide meminta maaf, dengan mengatakan jalanan ini seperti orang bopeng saja. Sedangkan guide yang lain dengan puitis berkata kepada para turis: Ibu dan Bapak sekalian, jalan yang kita telusuri saat ini adalah jalan lesung pipi yang terkenal.
=> Kondisi yang sama, namun pola pikir yang berbeda menimbulkan sikap yang berbeda pula. Sungguh ajaib pola pikir itu, apa yang hendak kau pikirkan, haknya ada padamu
______________________________________________
Case :
Murid SD kelas 3 saat menuliskan cita-citanya, menyatakan kelak akan menjadi badut.
Guru Asia akan menegur: Tak punya cita-cita mulia, sungguh tak dapat diajar.
Guru dari Barat berkata: Semoga engkau membawa senyuman bagi seluruh muka bumi.
=> Kita yang lebih tua (dituakan), tidak hanya lebih mudah menuntut daripada memberi semangat, malah dengan picik membatasi makna dari suatu keberhasilan.
_______________________________________________
Case :
Ada seorang tante di dalam toko perhiasan. Melihat 2 buah gelang yang sama persis modelnya, yang satu dihargai $550, sedangkan yang satu lagi hanya $250. Dengan sangat senang, segera dibelinya gelang dengan harga $250, dengan penuh keberhasilan keluar dari toko itu.
Belum keluar dari pintu, terdengar pegawai toko berkata kepada rekannya: Benarkan? Jurus ini manjur.
=> Cobaan serasa umpan, dapat dengan mudahmenampakan ketamakan manusia pada umumnya, yangseringkali merupakan awal mulainya suatu kerugianakibat tertipu.
____________________________________________
Case :
Pengemis: dapatkah memberi aku $10?
Orang yang lewat: Aku hanya mempunya $8.
Pengemis: Jika demikian maka engkau berhutang padaku $2.
=> Kebanyakan orang selalu menganggap Tuhan berhutang padanya, selalu merasa Tuhan memberi kurang banyak, kurang baik, KETAMAKANNYA TELAH MENUTUPI HATI YANG BERSYUKUR.
________________________________________________
Case :
Dalam sebuah museum, seorang istri dengan tak sabar berkata pada suaminya : Aku bilang mengapa engkau berjalan begitu lambat. Ternyata engkau selalu berhenti untuk melihat barang-barang ini.
=> Ada orang yang hanya tahu berlari dalam jalan kehidupannya, akhirnya kehilangan kesempatan menikmati pemandangan indah di kedua sisinya.
No comments:
Post a Comment