Sunday, October 25, 2009

Sumpah Pemuda


Kami, putra dan putri Indonesia,
mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia.
Kami, putra dan putri Indonesia,
mengaku bertanah air satu, tanah air Indonesia.
Kami, putra dan putri Indonesia,
menjunjung tinggi bahasa persatuan bahasa Indonesia.


Ya... 81 tahun yang lalu, tepatnya tanggal 28 Oktober 1928, ikrar itu dikumandangkan oleh putra dan putri bangsa Indonesia dan dikenal dengan peristiwa Sumpah Pemuda. Tapi yang jadi pertanyaan kita sekarang adalah... apakah sumpah itu masih ada dalam hati sanubari kita di tengah-tengah era globalisasi dan jaman yang sudah modern sekarang ini? Pertanyaan klise memang, tapi itulah yang pertama kali saya pikirkan ketika menulis tentang makna sumpah pemuda.

Buat saya pribadi, saya berpikir "toh, bukan saya yang mengucapkan janji (sumpah) tersebut, jadi buat apa saya pegang janji (sumpah) tersebut?" dan mungkin ada diantara kita juga berpikir demikian. "Sekarang jamannya sudah beda, man... Udah gak dijajah lagi, kan dulu masih suasana perang tuh jadi wajar aja kalo nenek moyang kita bisa bilang begitu" komentar salah satu teman saya. Hmm... apa bener gitu?
Kalo inget dulu guru SMP saya pernah bilang, "bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati para pahlawan dan sejarah perjuangannya". Jadi kalo kita gak bisa menghargai sumpah itu, berarti kita bukan bangsa yang besar dunk? "Iya, betul sekali" kata Bu Endang (Guru SMP saya :p )

Bukannya mau menggurui ato menghakimi, cuma mau share aja, ok?
Coba kita liat satu per satu isi dari sumpah itu... Kita (sebagai putra dan putri Indonesia) pernah bersumpah berbangsa satu, bangsa Indonesia. Tapi, terkadang kita lebih suka (saya juga) bisa menjadi warga negara asing, Inggris, Amerika, ato negara-negara maju lainnya. Nyesel dilahirkan jadi warga negara Indonesia...
Kita (sebagai putra dan putri Indonesia) pernah bersumpah juga bertanah air satu, tanah air Indonesia. Tapi kita juga terkadang tidak bangga menjadi bagian dari tanah air Indonesia. Pengennya kalo bisa ganti kewarganegaraan, lebih milih gak punya KTP Indonesia.
Dan... Kita (sebagai putra dan putri Indonesia) pernah bersumpah menjunjung tinggi bahasa persatuan bahasa Indonesia. Tapi kita lebih sering (bahkan bangga) jika bisa berkomunikasi menggunakan bahasa asing. Lebih keren kedengerannya...
Peribahasa "rumput tetangga lebih hijau" mungkin ada benarnya untuk hal ini.

Tapi, coba kita pikirkan lagi... Kenapa kita bisa tidak bangga dengan bangsa, tanah air, dan bahasa kita (Indonesia) sendiri? Apakah karena bangsa ini tidak sehebat bangsa lain, atau karena kita melihat bangsa ini sudah "bobrok" dengan tingkat korupsi dan angka kriminalitas yang tinggi sehingga sulit mempunyai rasa aman di negeri sendiri? Atau ada hal-hal lain yang (masih banyak) membuat kita malu jika mempunyai predikat warga Indonesia?
Memang, hal-hal tersebut ada benarnya. Tapi kalo kita mau instropeksi lebih jauh, bukankah kita juga ikut bertanggung jawab akan hal-hal "buruk" yang terjadi di negeri ini?
Dimulai dari hal kecil saja, apakah kita selalu membuang sampah pada tempatnya? Atau mengikuti aturan yang ada meskipun "gak ada yang jaga"? Tanya kenapa?
Mungkin kita berpikir "ah, cuma aku kok yang ngelakuin (melanggar aturan) ini. Abis kepepet..." Tapi coba bayangkan jika semua orang berpikiran seperti itu. Ingat, hal-hal kecil bisa berdampak besar... Contoh lain, kita bersumpah berbangsa dan bertanah air SATU. Tapi, kita sendiri seringkali memberi "batas-batas" terhadap diri atau kelompok kita... "Kita kan gank rumpi", "dia gak sekelas sama saya", "gue kan anak rock, masak gue kumpul sama anak hip-hop", "kita anak The Jak, najis kumpul sama anak Viking" dan masih banyak komentar yang lain. Sadar gak sadar itulah yang membuat bangsa ini susah bersatunya, bahkan suku, agama, ras, dan anatomi tubuh (gendut, tinggi, pendek, kurus, putih, hitam, dsb) yang lebih kita kenal dengan istilah SARA, ikut jadi alasan yang membuat bangsa ini menjadi "kotak-kotak" kecil.


Jadi inget lagunya 'DEWA', liriknya begini :
Aku bukan orang Jawa,
Aku juga bukan Sunda,
Aku bukan orang Aceh,
Aku juga bukan Ambon...
Aku bukan Cina,
Aku juga bukan Barat,
Aku bukan kiri,
Aku juga bukan kanan,
Aku bukan hijau,
Aku juga bukan merah.

Aku hanya merasa...
Aku orang Indonesia saja


Yup, sebenarnya kalo dipikir lagi kita ini ya orang Indonesia saja. Bukan orang-orang yang berbeda satu sama lain, Tuhan sendiri gak pernah membeda-bedakan kita kan? Apa pernah Tuhan hanya mendengar doa dan permohonan dari suku A saja? Ato orang-orang yang mempunyai jabatan saja? Belum pernah kan... Jadi, mengapa kita yang notabene anak Tuhan bisa membeda-bedakan?

Juga, dalam hal bahasa. Boleh saja kita belajar bahasa asing (Inggris, Perancis, Spanyol, dll), dan hal itu baik jika kita gak keterusan. Maksudnya kita kan hidup dan bergaul dengan orang Indonesia, pakailah bahasa Indonesia. Jangan diremix dengan bahasa asing seperti yang sering diucapkan VJ-VJ, DJ-DJ atau Cincah Laurah (capi kan akyu oragh indow...)
Dalam hal musik juga, sering ada komentar "kalo mau go internasional buat lagu liriknya bahasa Inggris". Sekilas memang ada benarnya, karena bahasa Inggris adalah bahasa internasional. Tapi coba kita lihat saudara tua kita, Jepang. Siapa yang gak kenal Utada Hikaru, BoA, Do As Infinity, Hitomi Aida, dkk? Mereka bernyanyi pake bahasa mereka sendiri, dan hasilnya? Bahkan Utada Hikaru dengan 'First Love'nya bisa manggung di San Fransisco. Mengapa kita tidak mencoba mempopulerkan bahasa Indonesia? Siapa tahu karena lagu-lagu dengan lirik bahasa Indonesia jadi hits di Inggris, Amerika, Jepang, dan negara-negara barat lain, bisa jadi suatu saat nanti bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional? Tidak ada yang tidak mungkin bukan?

Kembali lagi pada peristiwa sumpah pemuda... jika karena peristiwa tersebut bisa membuat bangsa Indonesia terpicu untuk merdeka dari penjajahan Belanda, mengapa kita tidak berpikir dengan mendeklarasikan sumpah tersebut di hati kita masing-masing bisa "memerdekakan" bangsa yang sudah merdeka ini terlepas dari penjajah yang kita kenal dengan kebodohan, kemiskinan, korupsi, kriminalitas, kebobrokan moral dan banyak lagi yang lain. Mulailah dengan hal-hal kecil terlebih dahulu, jika hal itu bisa dilakukan dengan setia bukankah tidak mungkin akhirnya hal-hal besar yang kita lakukan di kemudian hari?

Selamat hari Sumpah Pemuda... Merdeka!

No comments:

Post a Comment