Friday, September 3, 2010

"Siapa Sih Kamu?"

Suatu hari Pablo Picasso pergi ke sebuah toko pembuat perkakas dari kayu. Picasso hendak memesan sebuah rak untuk rumah barunya. Setelah menjelaskan panjang lebar perihal bentuk dan ukuran rak yang akan dipesannya, rupanya pegawai toko itu masih belum mengerti.

Bisa minta kertas dan pensil?

Ada pak. Sebentar.” Pegawai toko itu pergi mengambil kertas dan pensil. “Ini, pak.

Setelah menerima kertas dan pensil, Picasso kemudian menggambar bentuk dan model rak yang dia inginkan, “nah, rak seperti ini yang saya maksud tadi. Bisa membuatnya?

Oh, bisa pak.

Lalu, berapa harganya?” Kata Picasso sambil mengeluarkan dompetnya.

Gratis untuk bapak. Bapak cukup menandatangani sketsa rak buku ini.

********/*******

Sering saya berpikir: ah, cuma tebak-tebakan gitu aja apanya yang lucu? [Lihat iklan XLnya Baim]

Atau, cuma omongan gitu aja kok dianggap penting sih? Sampai jadi headline berita [Ruhut Poltak perihal usulan presiden menjabat 3 periode]

Juga saat melihat tayangan infotainment tentang artis yang berfilosofi soal Indonesia. Saya pun bisa berfilosofi dan mengucapkannya dengan lebih baik. Tapi kenapa ucapan filosofis artis itu menjadi terkenal dan didengarkan? Kenapa saya kalau bicara, atau menulis, yang lebih baik dari apa yang dikatakan artis itu, ditanggapi biasa saja?

Ya siapa saya? Siapa elo? Siapa sih kamu?

Tendangan Beckham ke tiang gawang yang melenceng jauh dimaklumi orang-orang. Tapi tendangan Budi di liga antar kampung yang membentur tiang gawang, membuatnya dimaki-maki oleh teman-temannya dan disoraki penontonnya. Pertanyaannya sama: siapa Budi?

Yoyo ‘Padi’ saat konser, stik drumnya patah dan permainannya berhenti sejenak. Tetapi penonton tetap tenang dan menanggapinya biasa saja. Rudi ‘Beras’ saat bermain drum sebagai band pembuka di sebuah konser, dan mengalami hal yang serupa dengan Yoyo ‘Padi’, langsung mendapat sambitan botol air mineral dari penontonnya. Pertanyaannya sama: siapa Rudi?

Kobe Bryant saat mendribel bola di keramaian, langsung dikerumuni orang banyak. Babenya Ryan, saat mendribel bola di keramaian, langsung diusir satpam karena mengganggu kenyamanan. Pertanyaannya masih sama: siapa babenya Ryan?

Inilah yang kadang kurang kita sadari. Untuk mendapat penghargaan dari orang lain itu butuh sebuah kerja keras sebelumnya. Butuh pengorbanan dan latihan yang tidak ringan. David Beckham, Kobe Bryant, dan Yoyo ‘Padi’ sebelumnya juga orang-orang yang biasa saja dan tidak dikenal siapa-siapa. Tapi mereka kemudian berjuang, menjadi berhasil, dan dikenal orang banyak. Sebenarnya, itulah penghargaan untuk mereka, yang jika membuat kesalahan kecil akan dimaklumi, atau jika mengatakan pernyataan yang sederhana saja, akan diperhatikan orang banyak dan media.

Tapi seperti kata pamannya Peter Parker (Spiderman), “with great power, comes great responsibility,” semakin besar kekuatan, semakin besar tanggung jawabnya. Semakin besar penghargaan yang diterima dari orang banyak, semakin besar tanggung jawab pribadinya terhadap apa yang dilakukannya. Semakin besar dirimu, semakin besar pengaruhmu. Itulah sebabnya ada istilah “public figure”.

Para buruh demo: turunkan harga, pasti akan ditanggapi berbeda dengan para artis dan tokoh masyarakat jika mereka menyerukan hal yang senada. Artis yang tersorot kamera sedang melakukan kerja bakti membersihkan lingkungan, pasti akan lebih dihargai dibanding orang lain yang membersihkan sungai sendirian. Iwan Fals berteriak di panggung menenangkan massa yang mulai adu jotos, pasti akan lebih didengarkan daripada panitia konser yang berteriak untuk menenangkan penonton yang mulai merusak acara. Dan seterusnya, dan sebagainya.

Tetapi, jika artis melakukan adegan video mesum dan kemudian tersebar di dunia maya, pasti juga akan mendapat tanggapan masyarakat yang lebih heboh daripada Surti dan Tejo membuat video yang sama. Jika presiden terlihat marah-marah kepada anaknya dan tersorot media, pasti akan mendapat tanggapan masyarakat yang lebih meluas daripada pak Sukro yang gamparin anaknya sampai babak belur. Jika seorang dosen terlambat mengajar kuliah umumnya, pasti akan lebih merugikan orang lebih banyak daripada seorang mahasiswa yang terlambat datang ke kelasnya. Dan seterusnya, dan sebagainya.

Itu semua sudah hukum alam, hubungan sebab-akibat, realita di masyarakat, yang selalu bergulir dari masa ke masa.

Jadi, jika dirimu seorang yang besar, orang tenar, bersikaplah bijak saat berbuat atau mengatakan sesuatu. Memang tidak mudah. Tapi percayalah, banyak orang di luar sana yang bermimpi ingin menjadi artis, bintang lapangan bola, pebasket MVP, pemain band terkenal, penulis terlaris, pelukis legendaris, hingga menjadi tokoh masyarakat yang disegani, seperti anggota DPR, menteri, dan presiden.

*) terinspirasi dari renungan ini.

Yogyakarta, 03 September 2010 (12:14 PM)

No comments:

Post a Comment