Wednesday, June 23, 2010

Ampunilah (Maafkanlah) Kami

Bila kamu bisa 'tuk memaafkan atas kesalahan manusia yang mungkin tak bisa dimaafkan,
tentu Tuhan pun akan memaafkan atas dosa yang pernah tercipta yang mungkin tak bisa diampuni.
(DEWA - Cintailah Cinta)


Setelah pasukan Jerman kalah dalam perang dunia kedua, beberapa utusan dari pemerintahan Jerman Barat mendatangi negara Polandia, dengan maksud ingin meminta maaf atas apa yang pernah dilakukan pemerintahan Nazi kepada rakyat Polandia. Tapi rakyat Polandia mengecam kedatangan bangsa Jerman, karena mereka masih merasa kehilangan sanak keluarga akibat perang yang dipimpin oleh Hitler, seorang Jerman.

Tidak jauh beda dengan kedatangannya yang pertama kali, saat beberapa utusan dari Jerman Barat datang untuk yang kedua kalinya ke Polandia, dengan maksud yang sama ingin meminta maaf dan menawarkan bantuan untuk memperbaiki situasi dan kondisi negara Polandia, rakyat Polandia masih memprotes kedatangan bangsa Jerman dan meneriaki mereka sebagai pembunuh.

Saat kedatangan bangsa Jerman untuk yang ketiga kalinya, seorang pendeta dari Polandia mendampingi mereka. Pendeta itu mengumpulkan rakyat Polandia dan beberapa utusan bangsa Jerman di sebuah gereja, yang sudah porak poranda akibat perang dunia kedua. Situasi semakin memanas, karena orang-orang Polandia teringat kembali kekejaman militer Nazi saat menginvasi negara mereka. Beberapa dari mereka bersepakat akan membunuh para utusan negara Jerman Barat usai ibadah di gereja.

Tapi pendeta Polandia mendapatkan visi dari Tuhan, dan dia memulai kotbahnya dengan doa Bapa Kami. Dia menyuruh semua rakyat Polandia dan para utusan dari Jerman mengikutinya mengucapkan doa.


Bapa kami yang di sorga,
Dikuduskanlah nama-Mu,
datanglah Kerajaan-Mu,
jadilah kehendak-Mu
di bumi seperti di sorga.

Berikanlah kami pada hari ini
makanan kami yang secukupnya
dan ampunilah kami seperti kami juga
mengampuni orang yang bersalah
kepada kami;

dan janganlah membawa...


Suasana hening. Beberapa jemaatnya terisak. Pendeta itu kemudian melanjutkan doanya sendiri,


dan janganlah membawa kami ke
dalam pencobaan,
tetapi lepaskanlah kami dari pada
yang jahat.
Karena Engkaulah yang empunya
Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan
sampai selama-lamanya. Amin.


Terdengar tangisan dari segala penjuru gereja itu. Bahkan terdengar beberapa gumaman, "buatlah kami sanggup untuk mengampuni ya Tuhan..."

"Saudara-saudaraku yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus, saya juga kehilangan istri dan dua orang anak laki-laki saya saat perang terjadi. Saat itu saya sangat marah pada Tuhan. Mengapa, mengapa Kau lakukan ini semua kepadaku? Saya juga ikut turun ke jalan saat kawan-kawan Jerman ini datang ke negara kita untuk meminta maaf." Pendeta itu berhenti sejenak.

"Tapi kemudian Tuhan menyuruh saya membaca Matius 6 : 9-13, tentang hal berdoa. Setelah itu, saya disadarkan akan satu hal: bahwa kita semua orang berdosa. Tidak ada orang yang luput dari kesalahan. Lalu, jika kita ingin Tuhan mengampuni dosa-dosa kita, bukankah Tuhan juga ingin kita mengampuni kesalahan orang lain terlebih dahulu?"

Saat itu juga, meledaklah tangis rakyat Polandia. Mereka akhirnya mau menerima permintaan maaf dari bangsa Jerman yang dahulu telah menyengsarakan hidup mereka, merampas hidup orang-orang yang mereka cintai, hingga meluluh lantahkan negara mereka.

Rakyat Polandia sadar, bahwa mereka juga orang berdosa. Lebih lagi mereka mengerti, bahwa mereka adalah sesama manusia yang seharusnya saling mengasihi, seperti mereka mengasihi diri mereka sendiri.



Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni kesalahan orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.
(Matius 6 : 14-15)




*) Terinspirasi dari cerita rakyat Polandia dan kisah-kisah perang dunia kedua.

No comments:

Post a Comment