Wednesday, June 23, 2010

FW: Mengapa Berteriak?

Suatu hari sang guru bertanya kepada murid-muridnya,
"Mengapa ketika seseorang sedang dalam keadaan marah, ia akan berbicara dengan berteriak?"
Seorang murid setelah berpikir cukup lama mengangkat tangan dan menjawab,
"Karena saat seperti itu ia telah kehilangan kesabaran, karena itu ia lalu berteriak."

"Tapi..." sang guru balik bertanya, "lawan bicaranya justru berada di sampingnya. Mengapa harus berteriak? Apakah ia tak dapat berbicara secara pelan?"

Hampir semua murid memberikan sejumlah alasan yang dikira benar menurut pertimbangan mereka. Namun tak satu pun jawaban yang memuaskan. Sang guru lalu berkata, "ketika dua orang sedang berada dalam situasi kemarahan, jarak antara kedua hati mereka menjadi amat jauh, walau secara fisik mereka begitu dekat. Karena itu, untuk mencapai jarak yang sedemikian jauh, mereka harus berteriak. Tapi anehnya, semakin keras mereka berteriak, semakin pula mereka bertambah marah, dan dengan sendirinya jarak hati yang ada di antara keduanya pun menjadi lebih jauh lagi. Karena itu mereka terpaksa berteriak lebih keras lagi. Begitu seterusnya."

Sang guru masih melanjutkan,
"Sebaliknya, perhatikan apa yang terjadi ketika dua orang saling jatuh cinta? Mereka tak hanya tidak berteriak, namun ketika mereka berbicara, suara yang keluar dari mulut mereka begitu halus dan pelan. Sehalus apa pun, keduanya bisa mendengarkannya dengan begitu jelas. Mengapa demikian?"
Sang guru bertanya sambil memperhatikan para muridnya. Mereka nampak berpikir amat dalam, namun tak satupun berani memberikan jawaban.

"Karena hati mereka begitu dekat, karena hati mereka tak berjarak. Pada akhirnya, sepatah kata pun tak perlu diucapkan. Sebuah pandangan mata saja amatlah cukup membuat mereka memahami apa yang ingin mereka sampaikan."

Ketika kita sedang dilanda kemarahan, janganlah hati kita ikut menciptakan jarak. Lebih lagi, hendaknya kita tidak mengucapkan kata-kata yang bisa mendatangkan jarak. Mungkin di saat seperti itu, tak mengucapkan sedikit pun kata-kata adalah cara yang bijaksana. Karena waktu akan membantu menyembuhkannya. Saat hati sudah mulai dekat, kepala sudah mulai dingin, itulah saatnya kita mulai berbicara tentang masalah yang sedang terjadi. Biar bagaimanapun, peribahasa itu benar adanya, bahwa diam itu emas.

Semua orang dapat menjadi marah. Tapi marah pada orang yang tepat, dengan kadar yang tepat, untuk tujuan yang tepat, dalam cara yang tepat, tidak semua orang bisa. Itu tidak mudah. (Aristoteles)

No comments:

Post a Comment