Wednesday, June 9, 2010

Selamat Ulang Tahun

Ribuan detik kuhabisi
Jalanan lengang kutentang
Oh, gelapnya, tiada yang buka
Adakah dunia mengerti?


Laki-laki itu menyusuri jalan yang masih penuh sesak dengan manusia. Hampir jam 9 malam. Dengan sigap dia mengendalikan laju motornya, dengan kecepatan sedang, menerobos keramaian di tengah kota. Dia berpacu dengan waktu. Dia tidak ingin terlambat tiba di toko kue langganannya.

Gerbang di depan toko itu sudah tertutup setengah. Laki-laki itu melesat masuk. Dengan sedikit terengah, dia memberi isyarat pada wanita penjaga toko yang sudah setengah baya. Laki-laki itu menunjuk sebuah kue blackforest berukuran sedang yang ada di dalam etalase kaca.

Dengan senyum kemenangan, laki-laki itu keluar dari toko roti. Dia memegang kue itu erat dalam pelukannya, seolah-olah itu adalah benda paling berharga di hidupnya.

"Semoga ritual tengah malam nanti bisa berjalan dengan lancar," begitu batinnya.


Miliaran panah jarak kita
Tak jua tumbuh sayapku
Satu-satunya cara yang ada
Gelombang tuk ku bicara


Laki-laki itu merindukan suara bidadarinya. Bidadari yang selalu ada di hatinya, meskipun berjarak ribuan mil jauhnya.

"Orang yang pertama kali menegokmu di rumah sakit ketika kamu terbaring disana, dialah orang yang paling peduli denganmu. Kamu tahu itu? Juga orang yang pertama kali mengucapkan selamat ulang tahun padamu, dialah orang yang paling sayang sama kamu. Percaya deh omonganku itu."

Kata-kata itulah yang selalu dikenang lelaki itu dari bidadarinya.

Memang, bidadarinya tidak pernah lupa akan peringatan hari lahirnya. Tiap malam, jam 12 lewat 1 detik, pasti ada ucapan darinya. Dua tahun lalu, bidadarinya mengirimkan SMS ucapan selamat ulang tahun tepat saat hari berganti. Tahun lalu, bidadarinya meneleponnya tepat 1 menit sebelum pukul 00.00, untuk bersama-sama menghitung mundur detik-detik bergantinya tahun usia lelaki itu.

Malam ini, bidadarinya berencana akan melakukan video call, bersama-sama meniup lilin ulang tahun tepat ketika jam berdentang 12 kali. Oleh karenanya, laki-laki itu menyiapkan segala sesuatunya untuk ritual di malam istimewanya. Dia akan ditemani bidadarinya pada detik-detik pertama peringatan bertambahnya tahun usia.


Tahanlah, wahai Waktu
Ada "Selamat ulang tahun"
Yang harus tiba tepat waktunya
Untuk dia yang terjaga
Menantiku


Pukul 11:55. Kue ulang tahun dan dua buah lilin berbentuk angka 2 dan 3, berikut dua gelas minuman soda sudah disiapkan laki-laki itu di atas meja. Posisi kamera ponselnya juga sudah diatur sedemikian rupa terhadap letak kue istimewanya. Tak lupa dia mengatur ponselnya agar selalu standby pada sinyal 3G, dan selalu siap menerima panggilan video call.

Pukul 11:58. Laki-laki itu sudah tak sabar ingin melihat wajah dan mendengar suara bidadarinya di layar ponselnya, dan melakukan ritual tiup lilin bersama.


Tengah malamnya lewat sudah
Tiada kejutan tersisa
Aku terlunta, tanpa sarana
Saluran tuk ku bicara


Pukul 00:07. Tidak ada tanda-tanda dari bidadarinya. Lelaki itu terdiam. Tidak biasanya demikian. Dia masih meyakinkan dirinya, mungkin saja ada perbedaan waktu yang mulai berubah aturannya, atau seluruh jam di kamarnya terlalu cepat berdetak. Lelaki itu masih menunggu.

Pukul 00:38. Lilin itu mulai meleleh ke kue ulang tahunnya. Seolah-olah lilin itu turut bersedih dan menangis karena tidak ada kejadian menggembirakan, seperti yang biasa disaksikan kawan-kawannya saat orang meniup lilin yang berbentuk angka. Tidak ada yang istimewa di malam yang seharusnya penuh tawa dan canda. Malam itu sama seperti malam-malam biasanya.

Laki-laki itu kemudian mengecek semua emailnya, facebook, friendster, hingga twitternya. Tak ada satu pun pesan dari bidadarinya yang mengirimkan kabar mengapa dia tidak menghubunginya sesuai rencana. Bahkan tidak ada satu pun pesan darinya yang mengucapkan selamat ulang tahun untuknya, seperti biasanya.

Pukul 01:12. Lilin itu sudah habis setengahnya, melumuri bagian atas kue ulang tahunnya. Kamar kos lelaki itu tiba-tiba terasa hampa.


Jangan berjalan, Waktu
Ada "Selamat ulang tahun"
Yang harus tiba tepat waktunya
Semoga dia masih ada
Menantiku


Pukul 01:17. Laki-laki itu akhirnya mengusap sebulir air mata yang turun di pipinya. Detik berikutnya, dia memejamkan mata, meniup lilin itu dengan mesra, seolah-olah ada bidadari yang duduk di dekatnya.

Sangat lirih, hampir tak terdengar oleh telinga, lelaki itu berbisik, "selamat ulang tahun, Vic."


Mundurlah, wahai Waktu
Ada "Selamat ulang tahun"
Yang tertahan tuk kuucapkan
Yang harusnya tiba tepat waktunya
Dan rasa cinta yang s'lalu membara
Untuk dia yang terjaga
Menantiku


Di malam dan jam yang sama, ribuan mil dari kamar kos yang menantikan ritual ulang tahun penghuninya, seorang wanita sibuk dengan ponselnya, mencari-cari sinyal yang tidak ditemukan di rumahnya. Jaringan internet di wilayahnya juga lagi terputus akibat gangguan cuaca.

Wanita itu kemudian hanya berbisik lembut pada microphone ponselnya, "selamat ulang tahun, Vic."


Semoga itu yang terjadi pada dirimu...
Malam tadi aku masih memimpikan kamu, dengan senyuman indah yang melekat di bibirmu.






Yogyakarta, 9 Juni 2010 (09:06 AM)

*) terinspirasi dari lagu "Selamat Ulang Tahun" (Dewi Lestari)

No comments:

Post a Comment