Thursday, June 3, 2010

Sampai Sebaik Apa?

Pernah frustasi karena tidak pernah dihargai? Pernah stres karena selalu dicaci maki? Atau bahkan pernah ingin bunuh diri karena merasa selalu melakukan yang salah di mata keluarga dan di tempat kerja?


Anda tidak sendiri. Simak cerita berikut ini.

Seorang penjual daging mengamati suasana sekitar tokonya. Ia terkejut saat melihat seekor anjing datang ke tokonya. Dia mengusir anjing itu, tetapi anjing itu kembali lagi. Kemudian dia menghampiri anjing itu dan melihat ada kertas di mulut anjing itu. Dia mengambil catatan itu dan membacanya, "saya ingin membeli 10 sosis sapi dan 5 pon daging domba. Uangnya ada di mulut anjing ini."

Si penjual daging melihat ke mulut anjing itu, dan ternyata ada uang sebesar 10 dolar disana. Segera dia mengambil uang itu, dan memasukkan sosis serta daging domba ke dalam kantung plastik, dan diletakkan kembali ke mulut anjing itu.

Si penjual daging sangat terkesan. Dia juga penasaran dengan pemilik anjing hebat itu. Dia ingin mengetahui bagaimana pemiliknya melatih anjingnya. Karena saat itu adalah waktu tutup tokonya, dia menutup tokonya dan berjalan mengikuti si anjing.

Anjing tersebut berjalan menyusuri jalan dan sampai ke tempat penyeberangan jalan. Anjing itu meletakkan kantung plastiknya, melompat dan menekan tombol penyeberangan, dan menunggu dengan sabar sampai lampu penyeberangan berwarna hijau. Setelah lampu menjadi hijau, ia menyeberang. Sementara si penjual daging tetap mengikutinya sambil berdecak kagum atas apa yang dilihatnya barusan.

Anjing itu sampai ke halte bus, dan mulai melihat "papan informasi jam perjalanan".

Si penjual daging makin terkagum-kagum melihatnya. Ada anjing bisa melihat "papan informasi jam perjalanan" dan kemudian duduk di salah satu bangku yang disediakan.

Sebuah bus datang, si anjing menghampirinya dan melihat nomor busnya. Karena tidak sesuai dengan jurusan yang hendak menjadi tujuannya, anjing itu kemudian kembali ke tempat duduknya. Kemudian bus lain datang, dia melakukan hal yang sama, melihat nomor busnya. Setelah melihat bahwa bus itu adalah bus yang benar, si anjing naik.

Si penjual daging, masih dengan kekagumannya, mengikuti anjing itu dan naik ke bus yang sama.

Bus berjalan meninggalkan kota, menuju ke pinggiran kota. Si anjing duduk dekat jendela, melihat pemandangan sekitar. Akhirnya ia bangun dan bergerak ke depan bus. Ia berdiri dengan kedua kakinya, dan menekan tombol agar bus berhenti, dan ia keluar. Kantung plastik berisi daging segar dan sosis tadi, masih tergantung di mulutnya. Tidak sedikit pun dia mencoba untuk memakannya.

Anjing tersebut berjalan menyusuri jalan, sambil diikuti si penjual daging. Si anjing kemudian berhenti pada suatu rumah, ia berjalan menyusuri jalan kecil dan meletakkan kantung plastik pada salah satu anak tangga.

Setelah itu, ia mundur, berlari, dan membenturkan dirinya ke pintu. Ia lakukan hal itu hingga dua kali. Tidak ada jawaban dari dalam rumah. Jadi si anjing kembali melalui jalan kecil, melompati tembok kecil, dan berjalan di sepanjang batas kebun yang terletak di samping rumah tersebut. Ia menghampiri jendela dan membenturkan kepalanya beberapa kali, berjalan mundur, melompat balik, dan menunggu di pintu.

Pintu rumah terbuka. Si penjual daging melihat seorang wanita yang gemuk dan besar, membuka pintu, dan mulai menyiksa anjing itu. Wanita berbadan besar itu menendang anjingnya, memukulinya, serta memaki-makinya.

Si penjual daging berlari untuk menghentikan tindakan wanita itu pada anjingnya.

"Hei! Apa yang kau lakukan?! Anjing ini adalah anjing yang jenius. Ia dapat masuk televisi dan mendapat penghargaan untuk kejeniusannya."

Wanita pemilik anjing itu menjawab, "Apa?! Kau katakan anjing ini pintar? Dalam minggu ini sudah dua kali anjing bodoh ini lupa membawa kunci rumah!"


********/*******

Sampai sebaik apa sih manusia dinilai baik oleh orang di sekitarnya? Sampai sebaik apa seorang anak bisa disebut membanggakan orang tuanya? Sampai sebaik apa seorang istri agar mendapat pujian dari sang suami? Sampai sebaik apa seorang suami agar bisa mendapat predikat suami teladan? Sampai sebaik apa seorang karyawan hingga bisa mendapat penghargaan dari atasan?


Harus sampai sebaik apa??!

  • Ada seorang manusia dianggap orang baik oleh orang-orang di lingkungannya, tapi tidak cukup baik di keluarganya.
  • Ada seorang anak pintar di sekolahnya, selalu mengundang decak kagum gurunya, tapi tidak di mata orang tuanya.
  • Ada seorang perempuan yang terlihat anggun oleh para tetangganya, tapi tidak di hadapan suaminya.
  • Ada seorang laki-laki yang selalu dipuji para istri koleganya, tapi tidak oleh istri dan anak-anaknya.
  • Ada seorang karyawan yang dianggap teladan oleh perusahaan saingannya, tapi tidak menurut atasannya.

Standar apa sih yang dipakai untuk menilai orang lain? Bukankah tidak ada yang sempurna di dunia ini? Mengapa selalu melihat kelemahan orang tanpa melihat kelebihannya?

Apakah karena memang manusia, pada dasarnya selalu tidak pernah merasa puas? Selalu ingin lebih dan lebih. Entahlah. Yang pasti, tidak ada seorang pun manusia, yang bisa memuaskan semua manusia di sekitarnya.

Tidak ada standar "baik" di dunia ini. Karena standar itu ternyata berbeda-beda, tergantung manusianya. Jadi yang harus kita lakukan adalah melakukan semuanya dengan sebaik-baiknya, sambil terus mengembangkan bakat atau talenta yang sudah dimiliki, sambil tetap meningkatkan kualitas diri, melalui saran dan masukan dari orang-orang yang kita sayangi.

Seperti kata seorang bijak:
Berikan pada dunia milikmu yang terbaik,
dan mungkin itu tak akan pernah cukup.
Biar begitu, tetaplah berikan pada dunia milikmu yang terbaik.

No comments:

Post a Comment