Tuesday, February 16, 2010

Grow a Day Older

Saya paling tidak suka dipanggil 'bos', atau 'pak'.

Lebih baik menyapa saya dengan 'vic' saja, atau 'kak' buat yang belum mengenal nama. Buat saya, lebih nyaman dan enak didengar (juga dibaca). Kenyataannya umur saya baru 22 tahun, walaupun terlihat 25 atau lebih tua, dan saya juga masih jauh dari keadaan hidup berumah tangga. Lagipula saya tidak suka menjadi 'bos', entah kenapa. Saat saya bekerja, saya lebih suka menyebut teman kerja sebagai 'partner', baik itu atasan atau bawahan.

Hari ini, saya bertemu teman SMP saya. Dia tidak mengenali saya, mungkin karena perawakan saya yang telah (sangat) berubah. Percayalah, dulu waktu SMP (dan SMA) saya memiliki tubuh proporsional dan wajah lumayan tampan. Mungkin karena terkena dampak sistemik hidup perkotaan, jadilah saya seperti ini sekarang.
Saat saya melihatnya, ada niat saya untuk menyapanya, mungkin bercerita tentang kenangan di bangku SMP, saat piknik sekolah atau kemah bersama. Tapi saat saya mendekat, dia terlebih dahulu dihampiri seorang wanita muda yang menggendong anak. Saya melewatinya saja, tapi telinga masih menangkap perkataan wanita itu pada teman saya. "Pa, nanti pulangnya naik kereta jam 4 aja ya".

"Pa", dia istrinya berarti. Nama teman saya Bobby Susanto, jadi gak ada unsur "Pa"nya. Juga kalau mereka masih pacaran, bayi itu anak siapa? Apakah kata "Mas" atau "Say" sudah diganti jadi "Pa"? Dia sudah menikah berarti, itu kesimpulan saya. Ah, seingat saya dia hanya beda 1 tahun dengan usia saya, jadi masih sekitar 23-24 tahun umurnya, tapi sudah beristri dan beranak. Saya gak habis pikir dibuatnya.

Saya sudah beranjak tua...

Pernah pada suatu kesempatan berbeda, bertemu adik sekolah minggu yang satu kereta dengan saya menuju kota Jogja. Dia sudah SMA, di suatu sekolah yang isinya hanya pria. Saya sempat shock dibuatnya. Dia sudah besar, seperti baru kemarin saja, saat masih di sekolah dasar, saya gemar mencubit pipinya saking gemasnya. Tapi lagi-lagi dia tak mengenali saya.

Saya sudah beranjak tua...

Masih teringat di benak saya, saat masih kecil, saya suka menirukan gaya orang dewasa. Pura-pura mencukur kumis dan jenggot dengan pasta gigi, ingin tidur larut malam, hingga suka kabur saat disuruh tidur siang.
Sekarang, saya jengah dengan kegiatan mencukur kumis dan jenggot pake foam, pengen tidur cepet, dan tiap siang hari juga selalu ingin tidur. Tapi sudah bukan waktunya lagi melakukan hal kanak-kanak, hidup bebas tanpa beban, seperti yang dibilang penyanyi cilik itu, Cindy Cenora, "krismon krisis moneter, aku sih ya cuek aja".

Saya sudah beranjak tua...

Kadang saya takut menghadapi kenyataan ini. Tiap bangun pagi, menyadari usia saya bertambah satu hari. Bahkan saat usia saya menginjak 22, saya takut saat hari itu tiba. Apa yang telah saya lakukan selama ini? Entah apa yang akan terjadi di hari saat saya menginjak usia 23. Takut ataukah kalut.
Saya pernah mendengar cerita, dari seorang tua yang tinggal di panti wreda, bahwa dia tidak ingin mengingat hari ulang tahunnya. Bahwa dia benci saat para perawat di panti dan teman-temannya merayakan hari ulang tahunnya. "Saya takut mengetahui berapa usia saya" katanya. Terkadang saya juga.

Saya sudah beranjak tua...

Kembali saya mengingat 18 tahun kejadian dalam hidup saya. 18, karena ingatan dalam senarai otak saya, dimulai dari usia 4 tahun saat saya masuk TK. Tapi banyak bayangan kabur disana, tidak jelas. Kata ilmuwan, otak manusia tidak akan pernah lupa. Semua ada di dalam sana, tinggal bagaimana manusia itu merangkai senarainya. SD... SMP... SMA.. kuliah... kerja... STOP. Saya masih belum bisa membayangkan hidup berdua, bertiga, berempat, berlima, atau berenam dalam satu rumah. Saya masih belum bergairah untuk menikah. Saya masih belum siap dengan tanggung jawab menghidupi keluarga dan sebagainya. Saya sadar, menikah tidak semudah kata buku roman picisan atau buku stensilan di Pecenongan. Menikah berarti memasuki perlombaan baru dalam hidup, mulai berlari dalam sebuah pertandingan dengan seorang partner di sampingnya. Dialah istri saya. Dan saya sadar akan hal itu sepenuhnya. Bahwa nantinya saya akan di sisinya sepanjang sisa hidup saya, beranjak tua dalam pelukannya.

Saya sudah beranjak tua...

Ah... tidak.

Saya sudah beranjak dewasa...

If everything has been written down, so why worry, we say...
It's you and me with a little left of sanity.
(Dewi Dee - Grow a Day Older)

No comments:

Post a Comment