Tuesday, February 2, 2010

Pesan Bunuh Diri

Pernah denger orang ngancem mau bunuh diri? Saya baru aja baca artikel tentang hal ini, dan terinspirasi untuk menulis sesuatu.

Sebelumnya saya juga pernah berurusan dengan kasus model gini. 2 cewek, 1 cowok. Mereka cerita ingin bunuh diri kepada saya. Dan saya selalu menganggap serius hal seperti ini. Walaupun kadang itu cuma ancaman, atau dibawa bercanda.

Orang yang bisa mengeluarkan kata-kata "aku mau mati" atau "aku mau bunuh diri" dari mulutnya, karena hal itu sudah ada di dalam kepalanya. Yang harus dilakukan, bisa gak ngeluarin pikiran itu dari kepalanya dan menggantinya dengan hal lain. Kalau orang itu dekat sama kamu, bila perlu pantau terus keadaannya. Orang yang sudah pernah berpikiran gitu, dan kalau didiemin, dia jadi tambah merasa sendirian dan pikiran itu jadi menjadi-jadi. Dan kalau sudah terlalu lama menumpuk di kepalanya, percayalah sama saya, dia akan bunuh diri di saat yang enggak diduga orang-orang di sekitarnya.

Saya dulu waktu dekat sama psikolog, pernah buat survey tentang "seberapa sering anda berpikir untuk bunuh diri". Hasilnya mengejutkan, 74% orang sudah pernah berpikir seperti itu. Artinya dari 100 orang yang kami tanyain, ada 74 orang yang mempunyai benih pikiran "aku mau bunuh diri" dalam kepalanya. Dan... dari 74 orang itu, 52 orang berjenis kelamin laki-laki.

Makanya enggak heran lebih banyak kasus bunuh diri itu korbannya adalah pria. Tapi gak menutup kemungkinan wanita juga bisa melakukannya.

Lain waktu, saya akan tuliskan kisah saya dengan "pasien-pasien" saya tadi.

Tapi, saya kasih contoh kasusnya (alm) Robert Enke, kapten tim Hannover 96 (Bundesliga) dan kiper ketiga timnas Jerman. Dia mati karena ditabrak kereta cepat (baca: menabrakkan diri ke kereta). Saksi mata bilang, dia turun dari mobilnya, melepas jaketnya, mengeluarkan dompet dan ponselnya dari kantong celananya. Saksi mata itu bilang katanya perilakunya biasa aja di dekat perlintasan kereta api itu. Dia melakukan itu semua di luar mobil (kalau kata teman saya, maksudnya ingin diperhatikan... tapi nyatanya tidak ada yang memperhatikan bahkan mengenalinya). Secaranya dia kiper timnas setelah Jens Lehmann dan Oliver Kahn. Tapi rakyat Jerman yang melihatnya berdiri di luar mobilnya, gak sadar itu Enke, baru tau setelah dia mati di perlintasan itu.

Setelah Enke melepas jas, jam tangan, menaruh dompet dan ponselnya ke dalam mobil, dia terlihat mengamati rel kereta api beberapa saat. Kemudian kereta pembawa maut (untuk Enke) itu datang, dan Enke berjalan ke rel menuju ke arah kereta itu. Begitu keterangan saksi mata yang lihat kejadian itu. Coba kalo itu di Indonesia, pasti udah dicegah massa mungkin. Orang luar emang cuek-cuek sama sekitarnya.

Saya masih menebak-nebak, kira-kira apa aja ya yang dipikirkan Robert Enke saat melakukan ritual sebelum bunuh dirinya, terus berjalan ke arah kereta yang mendekat ke arahnya...

Seperti yang diketahui penggemar sepak bola, Robert Enke karirnya tidak cerah-cerah banget. Sering pindah-pindah klub besar (pernah di Barcelona), tapi gak pernah dapet kesempatan jadi kiper utama sebelum di Hannover. Di timnas juga begitu, pamornya masih kalah sama Lehmann atau Kahn. Dan hal lain yang membuatnya tambah depresi, saat anak perempuan satu-satunya meninggal. Setelah peristiwa itu, Enke memang telah mendapat pengobatan dari psikiater setelah pernah mencoba bunuh diri. Tapi setelah (dianggap) sembuh, dia kembali beraktivitas. 'Robert jadi pendiam', kata rekan-rekannya. Tapi mereka memaklumi, mungkin karena habis kehilangan anaknya. Dan Enke, walaupun jadi kapten di Hannover, dia tidak akrab dengan para pemain atau official klub. Juga di timnas Jerman. 'Dia orangnya tertutup', kata Ballack waktu pemakamannya.

Dan ternyata, sebelum dia mati, dia sempat bilang "aku mau mati" sama istrinya. Tapi, karena istrinya menganggap hal itu hal yang biasa, buat seorang yang frustasi, istrinya gak menganggapi serius ucapan suaminya itu. Keesokan harinya, barulah istrinya tau maksud suaminya. Dia langsung ingat kata-kata itu sehari sebelumnya.

Banyak lagi orang mati bunuh diri, pasti meninggalkan pesan sebelumnya, cuma terkadang si penerima pesan menganggap itu hal yang biasa bahkan dikira bercanda. Kisah ibu setengah baya yang loncat dari apartemennya, juga gak jauh beda. Sebelum dia loncat indah, dia kirim sms ke temennya, minta ditemani karena lagi merasa sangat tertekan. Tapi temannya reply kalo dia lagi sibuk, lain waktu saja mampir ke apartemennya. Setelah menerima pesan balasan itu, dia langsung loncat. Bisa bayangin gimana shocknya temennya itu, orang terakhir yang berkomunikasi dengan si almarhumah?

Sebenarnya keliatan kok ciri-ciri orang mau bunuh diri. Dia udah merencanakannya. Dan seberapa pun tertutupnya dia, pasti meninggalkan pesan pada seseorang (bisa yang dikenalnya maupun yang tidak dikenalnya). Makanya, polisi kalau menyelidiki kasus bunuh diri, melihat motif dari hal ini juga, ada gak pesan terakhirnya. Dan cara yang paling baik buat mencegahnya, buatlah orang itu mengeluarkan pikiran itu dari otaknya, bisa dengan cara menemaninya atau mengajaknya berbicara. Mungkin hal itu akan menunda orang itu melakukan niatnya, dan kalau beruntung, orang itu akan membuang-buang jauh hal itu dari "to do list" dalam kehidupannya.

No comments:

Post a Comment