Monday, May 31, 2010

Tertawalah!

Di jurnal kedokteran, tertawa meningkatkan pengeluaran catecholamine dan endorphie. Hal itu meningkatkan kandungan oksigen di darah dan menenangkan arteri. Menaikkan detak jantung dan meningkatkan tekanan darah. Dengan efek yang positif pada cardiovaskular dan tekanan darah. Hal itu sebaik yang dilakukan respon kekebalan tubuh.

Ya itulah kenyataan tentang: tertawa. Sederhana, tapi banyak manfaatnya.

Sejak saya SMA kelas 2, saya punya penyakit aneh: susah berhenti tertawa. Apalagi jika hal itu sangat lucu, dan terus menerus menari dalam imajinasi saya. Penyakit aneh saya mulai terlihat saat pertengahan semester kelas 2 SMA, setelah saya mengalami sebuah kecelakaan yang cukup memprihatinkan dan sangat menggelikan. Saat bersepeda, saya disenggol sebuah sepeda motor dan dengan mulus mencium aspal. Lucunya, hal itu terjadi di depan anak-anak SMA Stece (SMA Steladucce 1). Saat itu, sakitnya gak terasa. Rasa menahan malu karena ditolong anak-anak SMA Stece, rasanya lebih dominan daripada rasa sakit akibat kecelakaan itu. Lengan robek dan baju sobek. Bekasnya masih ada sampai sekarang. Dan mungkin, karena kecelakaan itu, salah satu "urat pengendalian tawa" yang saya miliki ikut rusak (putus). Kalau mengingat-ingat kejadian itu, rasanya masih lucu saja, bukan sakit yang dirasa.

Setelah melihat film Patch Adams, saya teringat lagi semua hal ini. Kemudian saya memikirkan sebuah hal yang sebaiknya dilakukan saat menjenguk orang sakit.

Sebenarnya, orang yang sakit sudah cukup tersiksa dengan penyakitnya. Jangan tambahkan lagi siksaannya saat menjenguknya, dengan mengatakan: bagaimana keadaanmu? Sebagai penjenguk, sebenarnya kita sudah bisa menilai sendiri dari keadaan yang terlihat. Kalau dia masih lemah, tergolek pasrah di tempat tidur, pastilah dia masih sakit. Dan pertanyaan itu pasti menambah derita psikologisnya. Karena tidak ingin mengecewakan orang yang sudah repot-repot datang menjenguknya, si sakit pasti akan berkata: sudah agak baikkan atau sudah lebih baik. Meskipun bukan itu yang dia rasakan. Bukankah lebih baik, jika memberikan pernyataan: keadaanmu sepertinya lebih baik. Basa basi yang lebih memberikan semangat positif. Daripada menanyakan keadaannya.

Atau, lebih baik lagi, jika si penjenguk tidak memberikan komentar apa-apa tentang penyakit si sakit. Cukup bercerita hal-hal lucu yang bisa membuatnya tertawa. Lelucon-lelucon sederhana, tapi bisa menghidupkan suasana. Jam kunjung di rumah sakit terbatas, paling lama 2 jam sehari. 22 jam berikutnya, si sakit akan bergumul lagi dengan sakit penyakitnya. Jadi, saat menjenguknya, berilah waktu 2 jam untuk membuatnya tertawa. Membuatnya melupakan penyakitnya, walau hanya sejenak. Bukankah itu lebih baik daripada membicarakan penyakitnya? Biarlah itu hanya menjadi urusan dokter dan perawat saja. Tugas penjenguk, ya menghiburnya saja.

Saya pernah mendengar cerita, tentang seorang wanita yang menderita kanker payudara. Setiap kali dijenguk temannya, dia marah jika ditanya tentang perkembangan penyakitnya. "Sakit! Itu saja. Saya tidak mau penyakit ini berkembang dan menggerogoti tubuh saya. Jadi jangan tanyakan itu lagi. Saya hanya mau mendengar cerita-cerita lucu di luar sana." Begitu katanya jika ada orang yang datang menanyakan keadaannya.

Jika semua dokter bisa "menyembuhkan" seperti dokter-dokter dalam film Patch Adams. Dengan tawa dan senyuman, tidak hanya dengan obat-obatan. Dengan setulus hati, tidak hanya dengan melakukan operasi. Saya rasa, rerata pasien opname di rumah-rumah sakit akan berkurang jumlah "waktu istirahat"nya.

Bukankah hati yang gembira adalah obat? Dan semangat yang patah, mengeringkan tulang. Jadi, "menarilah dan terus tertawa, walau dunia tak seindah surga..."

Kalau pesan dari Warkop DKI: tertawalah, sebelum tertawa itu dilarang! Jika pemerintah tahu akan manfaat sebuah tawa, mungkin saja slogan baru akan muncul: tertawalah, sebelum tertawa itu terkena pajak pemerintah!

Hahahaha :))

1 comment:

  1. hahahha..
    pas masih kecil aku suka ketakutan klo abis liat film DKI dan muncul kata2 itu -> tertawalah sebelum tertawa itu dilarang, bukan kenapa-kenapa cm terpikir gini 'ketawa mau dilarang ya? kayak dilarang mencuri dan membunuh?' dan saya pun mulai berimajinasi liar klo ketawa sudah dilarang dan saya yg hobi ketawa ketauan sdg ketawa maka saya akan ditembak polisi.. wakakakakkaka..
    masih ngakak klo inget jaman itu :D

    ReplyDelete