Tuesday, January 26, 2010

Filsafat Untung

"Sudahkah Anda bersyukur hari ini?"

Memang itu adalah sebuah slogan radio di Jogja, tapi sebenarnya pertanyaan itulah yang harus kita renungkan setiap harinya. Setiap memulai hari di pagi hari, dan setiap akan beranjak tidur.

Kalau dipikir-pikir, jaman sekarang adalah jaman yang serba crowded, serba memusingkan, serba susah... Harga-harga naik, dari mulai bawang sampe daging. Tarif transportasi juga, dari becak sampai pesawat terbang. Apalagi harga untuk sebuah pendidikan. Harga untuk makan bangku Sekolah Dasar satu tahun, 5 tahun yang lalu bisa buat sekolah di tingkat SMP untuk periode yang sama. Belum lagi tuntutan dari pekerjaan, yang tiap harinya dikejar deadline (garis kematian?). Sampai-sampai, Andreas Harefa, seorang motivator ternama, pernah berkata, "kalau gak ada acara bebas stres macam 'Opera Van Java', 'OKB', atau 'Bukan Empat Mata', saat orang-orang melepas lelah mengakhiri harinya, mungkin orang yang hidup di Indonesia gak sampai 200 juta." Saat ditanya kenapa, beliau jawab, "kan pada loncat semua dari mal lantai 4". Lucu memang, membuat kami tertawa saat mendengarnya. Tapi, memang agak miris, apa sampai segitunya?

Tidak adakah alasan lagi buat kita bersyukur? Apa memang gak ada alasan lagi buat hidup dengan tersenyum?

Memang, sedikit banyak, hal dan peristiwa yang terjadi di sekeliling kita membuat pikiran bertambah ruwet. Padi, dalam lagunya yang berjudul "Lain Dunia", pernah mengungkapkan hal ini... "media dunia membawa terbang tawa ceriamu..."

Saat kita baca koran, nonton TV, kita mendengar dan melihat peristiwa yang tidak menyenangkan, yang membuat kita bertambah waspada, bahkan selalu diliputi ketakutan (lihat berita kriminal, misalnya).
Tapi, apakah kita tidak bisa melihat lagi hal-hal baik yang terjadi di kehidupan kita? Menjadi buta akan keajaiban yang membuat kita bisa bangun pagi, lupa kalau kita masih bisa bernafas dengan gratis (bayangkan orang yang menderita di rumah sakit, yang untuk bernafas aja bayar), merasakan hangatnya sinar matahari pagi (lagi-lagi gratis), masih bisa makan (walaupun seadanya), masih punya rumah atau tempat untuk ditinggali.

Saat di jalan, terjebak kemacetan. Jangan marah. Marah tidak akan menyelesaikan masalah. Malah akan membuat pikiran bertambah pusing. Ingatlah, berapa banyak orang yang sama seperti Anda dan mengalami hal yang sama.
Saat pekerjaan mulai membuat hari-hari menjadi tidak menyenangkan, ingatlah orang-orang yang kerjanya tiap hari keluar masuk kantor untuk interview atau sekedar mencari lowongan kerja.
Saat negeri ini yang selalu terlihat kacau balau, dengan segala permasalahannya, dari Bank Century sampai Prita Mulyasari, ingatlah negara lain yang tiap hari penduduknya tidak bisa hidup tenang karena dilanda peperangan.
Saat hubungan cinta Anda mulai memburuk, ingatlah orang-orang yang seumur hidupnya belum pernah merasakan bagaimana rasanya mencintai dan dicintai.

Orang bijak bilang, "harta terbesar yang udah Tuhan berikan buat kita adalah kesehatan". Jadi, kalo kita masih sehat wa alfiat, kenapa kita masih susah untuk bersyukur? Bayangkanlah, orang-orang yang opname di rumah sakit, yang cuma bisa tidur dan tersiksa karena sakit penyakitnya, tapi juga mengeluarkan uang ratusan ribu hingga puluhan juta rupiah tiap harinya.
Buat yang sakit, dan masih bisa berobat, harusnya juga bisa bersyukur karena masih bisa pergi ke dokter. Tidak semua orang seberuntung Anda. Dan begitulah seterusnya... seharusnya masih ada hal yang patut kita syukuri, yang membuat kita masih bisa berkata "Alhamdulilah", "Puji Tuhan", dan akhirnya membuat kita lebih banyak bisa tersenyum dalam menghadapi hari.

Ada seorang bijak, suatu hari mengajar di depan murid-muridnya. Dia menggambar sebuah lingkaran dengan tinta hitam di kertas putih. Guru itu berkata pada murid-muridnya, "apa ini?", katanya sambil menunjukkan kertas tadi. Murid-muridnya berkata hampir serempak, "lingkaran". Guru itu tersenyum, "mengapa kalian hanya bisa melihat hitam di atas putih? Mengapa kalian hanya bisa melihat sebagian kecil dari benda ini, hanya melihat lingkaran bukan kertas putih ini? Saya tidak bertanya 'gambar apa ini'? Tetapi saya bertanya 'apa ini'? Manusiawi memang, karena manusia biasanya hanya bisa melihat sebagian kecil dari suatu kebaikan besar yang Allah sudah berikan."

Klise, tapi memang itulah kenyataannya. Banyak kebaikan-kebaikan kecil, yang luput dari pandangan kita, karena kita terlalu memikirkan hal-hal "diluar" kita. Kita selalu berandai-andai, membayangkan hal-hal di luar kemampuan kita. Padahal, kita mempunyai banyak hal yang bisa membuat orang lain bersyukur karenanya.

Jadi, mulailah memikirkan hal-hal simpel yang bisa kita lakukan dan hal-hal yang bisa kita syukuri. Seperti filsafat "untung" orang Jawa. Yang selalu bisa mengucapkan kata "syukurlah", apapun keadaannya. Saat rumahnya terbakar, masih bisa berkata "untung anaknya selamat". Saat orang mengalami kecelakaan, "untung ya cuma tangannya yang patah" (bahkan saya pernah dengar, "untung ya mati, kalo hidup kan kasian, cacat seumur hidup"). Atau saat gak punya uang buat makan, "untung ya masih ada TV yang bisa dijual..." dan "untung... untung" lainnya yang selalu bisa diucapkan saat orang lain menganggap hal itu adalah musibah.

Jadi, "sudahkah Anda bersyukur hari ini?"

Menarilah biar sejenak... warnailah duniaku... bernyanyilah bahagiakan hati... (Padi - Lain Dunia)

No comments:

Post a Comment