Friday, January 15, 2010

Hidup itu pilihan, ya, simpel seperti itu.

"seharusnya aku tak patut bersedih, atas semua yang terjadi kepadaku, aku merasa bahwasanya hidup ini, tak lebih dari sebuah perjalanan..." (Padi - Menanti Keajaiban)

Ada yang bilang, hidup itu ibarat sungai.

Kita adalah airnya, yang mengalir hingga akhirnya bermuara di lautan, berkumpul dengan semua air yang telah menuntaskan perjalanannya, dan semuanya berakhir di samudera. Ada yang mengalir melewati sungai yang panjang, ada yang mengalir hanya sesaat, karena sungainya hanya beberapa ratus meter panjangnya. Sungai itu juga berbagai macam, kadang berkelok-kelok, lurus, ada yang dangkal, ada yang dasarnya hingga puluhan meter. Ada yang lebar, ada yang sempit. Ada yang dasarnya dipenuhi batuan, ada yang berpasir. Sungai juga mempunyai beberapa anak sungai, ibaratnya jalan lurus dengan ujung yang bercabang tiga, empat, lima, hingga tak terhingga. Ada yang hanya berakhir sebagai genangan, berhenti di suatu tempat. Itu semua bergantung dari air itu memilih jalannya saat berada di persimpangan. Tapi, akhirnya semua air itu juga akan berakhir di samudera, tempat semua air dari segala penjuru bumi berkumpul.

Ya seperti itulah memang hidup. Sesederhana itu. Ada yang bilang hidup ini sulit, terlalu misteri, berat, terlalu banyak kendala. Tapi, bukankah itu juga yang dialami tiap mili liter air sebelum berakhir di samudera yang luas? Ada yang selama perjalanannya hanya berada di sungai, ada yang jalan-jalan di pipa PDAM, ada yang berkesempatan tinggal di minuman botol, dan yang tersial jadi penghuni jamban atau mengendap di selokan.

Ada yang bilang itu karena nasib. Takdirnya memang seperti itu, kata dia.

Tapi menurut saya, takdir sama nasib adalah hal yang berbeda sama sekali. Allah hanya memegang takdir manusia, hidup dan mati. Itu saja, gak lebih. Selanjutnya, nasib, itu sepenuhnya dalam kendali kita. Kita tidak bisa mengendalikan kapan kita harus lahir, menentukan tanggal cantik untuk hari kelahiran kita. Kita juga tidak akan pernah bisa menentukan kapan hari baik kita akan meninggalkan dunia ini. Beda dengan nasib... pekerjaan, jodoh, materi, dan lain-lainnya itu adalah hak kita sepenuhnya untuk menentukan. Allah tidak menginginkan manusia menjadi robot, yang harus selalu menurut kehendakNya. Manusia diberiNya kehendak bebas, free will bahasa kerennya.

Dan itu semua tergantung pilihan kita di hari ini. Pilihan saat kita berada di percabangan sungai. Apa yang kita lakukan hari ini, percayalah, itu akan berdampak untuk masa depan. Yang kita tidak akan pernah tahu apa dampaknya. Apakah air tahu akan kemana dia mengalir? Ke sebuah tempat pemandian, ke tangki pabrik air minum, atau hanya berakhir di genangan pinggiran sungai?

Hidup itu sebuah pilihan, dari mulai kita bangun tidur, apakah kita akan langsung bangun atau hanya bangun untuk mematikan alarm?
Saat pergi sarapan, apakah kita akan makan soto atau gudeg?
Saat di kantor, apakah kita akan menghabiskan waktu untuk bekerja atau hanya sekedar ngobrol dengan teman sebelah?
Saat melihat dompet atau hape yang dilupakan pemiliknya, apakah kita akan mengembalikannya atau menyimpannya untuk diri sendiri?
Saat ada pop up di layar komputer kita tentang pornografi, apakah kita akan 'accept' atau 'ignore'? Dan masih banyak yang lainnya.
Itu semua sepenuhnya kehendak kita bukan? Itulah free will tadi.

Allah hanya akan memberi sebuah "hati kecil" untuk mengarahkan kita untuk bertindak benar. Karena sejujurnya, dunia ini memang milik iblis, sumber segala kejahatan, yang selalu mereka-rekakan yang jahat di pikiran manusia. Agar manusia jatuh dalam dosa, jadi pengikutnya, dan di akhir jaman nanti, iblis ingin gak hanya dia yang menderita di neraka nantinya. Dia hanya ingin ditemani.

Di film "Devil's Advocate", Al Pacino berkata, 'waspadalah, Aku mengirim kamu ke tengah-tengah dunia, seperti domba di tengah kawanan serigala'. Tapi akhirnya, Keanu Reaves berhasil selamat dari serigala-serigala (baca : iblis) itu. Dan seharusnya kita, sebagai manusia, yang dikarunai pikiran dan akal, dengan sebuah "hati kecil" tadi, harusnya memang bisa membedakan mana yang baik dan buruk, mana yang benar dan salah. Tapi terkadang, yang sering terjadi, pikiran terlalu sibuk (BUSY) sehingga suara hati kecil yang lemah itu tidak terdengar. Bukankah kita hanya bisa mendengar detik jarum jam dinding, hanya pada saat malam yang hening?

Mintalah hikmat dan pengertian padaNya, berdoa setiap saat, ambil saat hening disaat kamu mulai terlalu bising dengan segala rutinitas harian. Percayalah, hal itu akan membawamu untuk lebih bijak dalam mengambil pilihan dalam hidup. Walaupun tak selalu, karena terkadang manusia juga "terjatuh" dalam kegagalan. Tapi, bukankah tidak ada yang namanya kata terlambat? Yang ada hanya kata penyesalan.

Selamat memasuki tahun yang baru. Tahun baru, semangat baru, pikiran baru, dan... kalender baru :)

"mengertikah engkau bahwasanya, gagal itu bukanlah kekalahan, selama kau memahami apa yang menguji hatimu?" (Padi - Jika Engkau Bersedih)

NB (NamBah) : BUSY it mean "Being Under Satan Yoke - dibawah belenggu iblis"

No comments:

Post a Comment