Friday, January 15, 2010

Kondom, untuk apa dan untuk siapa (1)

Malam tahun baru, iseng saya jalan ke beberapa toko swalayan “K”. Sekedar membuktikan omongan teman saya tahun lalu : komoditas apa yang paling laku saat malam tahun baru?

Saat itu saya jawab : softdrink, bir, jagung bakar, kacang, Chit***, L**s, dan teman-temannya yang mengandung MSG. Dan ternyata masih kurang satu, teman saya bilang : kondom. Dan memang benar, jam 10-11 malam sebelum pergantian tahun, saya mampir ke toko “K” di sekitar kos saya, ada 3 tempat yang saya datangi. Dan ucapan teman saya bener, stok kondom di swalayan tersebut banyak berkurang. Beberapa hari yang lalu, saya datang ke salah satunya, dan membandingkan dengan malam ini.

KONDOM… pernah gak terlintas di pikiran kita, buat apa barang itu diciptakan? Diproduksi secara massal, didistribusikan secara luas, dan dijual secara bebas. Bahkan sampai diklankan di media cetak maupun media penyiaran seperti televisi dan radio.

UNTUK APA?

Menurut saya pribadi tujuannya untuk melegalkan seks bebas, dan membuat orang nyaman dan berasa aman saat berhubungan seks dengan orang yang tidak dikenalnya. Benar kan?

Sekarang kita lihat, siapakah orang yang mengkonsumsi kondom? Orang-orang yang ingin berhubungan seks secara “aman”. Aman disini diartikan sebagai tindakan pencegahan agar tidak terkena dampak akibat hubungan seks yang tidak legal. Misal, dengan cewek bispak/bisyar, dengan pacar, dengan cewek yang baru ditemui beberapa jam yang lalu, dengan pria yang baru saja dikenal di sebuah kelab malam, atau dengan istri simpanan barangkali.

Seks yang legal, menurut pemikiran saya, adalah seks antara suami-istri. Makanya, hubungan seks lebih dikenal dengan istilah hubungan suami-istri.

Seks ilegal, berarti seks yang melanggar “hukum”. Pelanggaran akan berdampak hal-hal yang tidak dikehendaki pelakunya, misal terkena PMS (Penyakit Menular Seksual) atau hamil (padahal belum menikah).

Jika suami-istri yang melakukan hubungan seks dengan menggunakan kondom, pasti karena ingin mencegah kehamilan (Keluarga Berencana). Karena kondom awalnya dimaksudkan untuk hal ini : alat kontrasepsi (kontra : mencegah, sepsi : pembuahan). Tapi sama halnya dengan morpin yang awalnya diciptakan untuk mengurangi rasa sakit, tapi akhirnya disalah gunakan sebagai obat bius a.k.a narkotik.

Dahulu, sebelum kondom diciptakan, mungkin orang akan berpikir beribu-ribu kali untuk melakukan hubungan seks di luar nikah. Penyebabnya ya itu tadi, takut terkena dampak akibat seks bebas. Penyakit seksual, hamil yang tidak diinginkan, hukum norma-norma sosial di masyarakat dan sebagainya.

Tapi seiring perkembangan jaman, media mulai bebas dan luas, mudah diakses semua orang, tidak terbatas oleh ruang dan waktu lagi, orang-orang mulai pengen nyoba apa yang diliat/ditonton, ingin nyoba apa yang “teman-teman omongin” kalo lagi pas ngumpul bareng. Ingin merasakan yang harusnya belum layak dan belum saatnya untuk dirasakan : SEKS. Banyak orang ingin merasakan seks, tapi belum mau terkena dampak akibat berhubungan seks. Belum mau bertanggung jawab akibat perbuatan seksualnya.

(setelah baca : http://kesehatan.kompasiana.com/2009/12/07/pelindung-jarum-tumpul)
OK, saya bisa terima alasan yang mengatakan kondom diproduksi untuk mencegah penularan penyakit seks, seperti sipilis, kanker serviks, herpes, dan penyakit-penyakit lain yang liatnya aja mau muntah. Saya juga melihat, memang orang-orang dengan penyakit itu ada di sekitar saya. Tapi, kemudian saya berpikir lagi : mbok ya kalo dah tau kena penyakit menular seksual gak usah aneh-aneh, gak usah ML sama yang masih sehat. Atau, gini aja deh, anggep aja kondom itu seperti morpin, HARUS DENGAN RESEP DOKTER. Jadi, gak dijual secara bebas, di swalayan-swalayan, toko 24 jam, atau “apotik pinggir jalan”. Jadi, gak ada penyalah gunaan kondom. Tapi, mungkin yang terjadi kemudian, korporasi yang memproduksi kondom melihat hal itu, harus dengan resep dokter, akan mengurangi omset penjualan. Hingga akhirnya kondom diibaratkan sebuah komoditi, yang penjualannya bisa didongkrak dengan memperlihatkan Julia Castano bergoyang atau iklan ”karena rasa adalah segalanya”.

Jika kemudian ada yang bilang, “kan untuk jaga-jaga saja…”. Jaga-jaga dari apa? Buat apa pria beristri menyimpan kondom di dompetnya? Untuk apa sepasang muda-mudi membeli kondom di supermarket? Kalo alasan “untuk jaga-jaga” itu yang digunakan untuk membela diri, kenapa pistol dan senjata lainnya juga tidak dijual bebas? Kan untuk “jaga-jaga” juga, siapa tahu… bla bla bla (banyak alasannya).

Jadi, kalo ada iklan kondom, terdengar di telinga saya seperti ini, “lakukanlah hubungan seks sebanyak-banyaknya, mumpung masih muda. Gak usah khawatir sama akibatnya, kami ciptakan alat untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Produk kami sangat aman, anda tidak perlu merasa was-was terkena dampak hubungan seks secara bebas. Tidak perlu takut terkena penyakit menular seksual, karena produk kami akan mencegah anda dari hal itu. Silahkan berhubungan seks dengan siapa saja…”

Karena itu kan, produk kondom banyak mensupport kegiatan anak muda? Sebagai konsumen, sebagai pangsa pasar terbesar produk kondom. Dan betapa ironisnya, ketika hari Anti AIDS Sedunia, disponsori salah satu brand kondom. Seolah-olah tersirat, “kamu gak akan kena virus HIV selama pake kondom merk X”. Tragis!

1 comment:

  1. suami saya menyimpan satu dus kondom dan magic power semacam tissu untuk menguatkan alat vital laki2... padahal posisi dia jauh dari istri.. positif selingkuh ya.. :(

    ReplyDelete