Tuesday, January 26, 2010

Mengapa Saya Jatuh Cinta dengan PADI?

"Mengapa saya bisa jatuh cinta dengan grup band asal Surabaya ini?" Begini ceritanya...

Dulu waktu SMP, band favorit saya tuh Dewa 19. Bahkan sampai sekarang, saya masih menyimpan video klip 'Risalah Hati', karena saya menganggap video itu best of the best video klip yang pernah dibuat Dewa 19. Saya suka lagu 'Cinta 'kan Membawamu Kembali', 'Satu Sisi', 'Sebelum Kau Terlelap', juga 'Risalah Hati' (karena lihat video klipnya). Sekarang, saya sudah muak dengan Dewa 19, apalagi lihat kelakukannya Dhani Ahmad, jadi tambah gak minat dengar lagu-lagunya. Koleksi album Dewa 19 saya yang terakhir, album "Republik Cinta".

Sampai ada plesetan lagu ciptaannya Dhani, yang dinyanyikan anak-anaknya, The Lucky Laki, "...ayahku selalu mengajarkan aku, boleh kasar sama istri. Boleh nikah siri, nikah sama janda, juga boleh punya istri banyak... tapi ternyata, ayah bundaku akhirnya cerai juga..." (lagu Bukan Superman). Ups :

Beranjak SMA, saya mengalami yang namanya cimon (baca : cinta monyet). Tuh cewek cantik banget. Punya mata bagus, rambut panjang hitam lurus, kulit kuning langsat (khas gadis Indonesia), juga suara yang... (kalo Sheila On 7 bilang, "dengarkan dia mulai bernyanyi, kau 'kan terharu lalu membisu"). Intinya, saya mengalami krisis cimon. Fakta yang satu kelas tahu, dia seorang Sobat Padi (julukan buat fans band Padi). Waktu itu, album kedua Padi, dengan title 'Sesuatu Yang Tertunda', lagi booming dengan 'Semua Tak Sama'nya. Mulai deh, saya pura-pura suka sama lagu itu. Pada suatu kesempatan, saya ngobrol sama dia. Ngomongin lagu itu, dan saya bilang saya suka sama band Padi (tahulah sendiri kebohongan di kelas waktu SMA). Dan tuh cewek (kayaknya) langsung tertarik sama saya. Buktinya, kita, saya dan dia, mpe jalan pulang bareng (kosnya searah sama kos saya). Hari itu, salah satu momen terindah dalam hidup saya.

Kemudian, saya bilang boleh gak pinjam kasetnya Padi yang dia punya. Jaman itu AudioCD belum begitu laku. Selain karena lebih mahal, belum banyak yang punya playernya. Singkat cerita, saya dipinjemin dua kaset album Padi, 'Lain Dunia' dan 'Sesuatu Yang Tertunda'. Dari sinilah, mulai malam itulah, saya jatuh cinta pada band PADI, yang digawangi Piyu (gitar), Fadly (vokal), Yoyo (drum), Ari (rythm), dan Rindra (bass). Malam itu, saya mulai lihat-lihat cover kasetnya, juga mencium aroma parfum cewek itu yang melekat di situ. Lagu yang saya dengarkan pertama kali, yaitu 'Lingkaran' (posisi pita kaset di tengah, dan entah kenapa saya muter dari side B). Suasana yang mendukung, kamar gelap dan sepi di luar, sukses membawa saya menangis (entah kenapa) mendengarkan lagu itu. Liriknya seperti ini :

Saat 'ku terjebak dalam lingkaran,
bayangan gelap, meruang tak bertepi
tak berujung batas
membuat aku tak kuasa
ingin menentang

Jauh kini kusadari hidupku sungguh
bersama engkau sangat berarti
terasah godaan hidup
namun kau masih di sisiku
temani segala resah hatiku

Kiranya aku bisa mimpi indah
aku tak akan tersesat lebih jauh
dan kiranya aku mungkin terlepas
meski beranjak pergi
meninggalkan engkau sendiri
(pergi.. terus.. lepas..)

Sepatutnya aku telah terjatuh
kini aku jauh lebih mengerti
Tak pernah aku merasa
betapa naifnya aku
apa yang harus aku tinggalkan aku lupakan

Pada bagian "terasah godaan hidup, namun kau masih di sisiku, temani segala resah hatiku", saya jadi teringat Dia, Sahabat terdekat saya, yang selalu saya perlakukan seperti itu. Betapa pun saya suka menyakitiNya, menjauhiNya, tapi begitu saya butuh pertolonganNya, Dia selalu ada buat saya. Dan pada saat Fadly berkata, "betapa naifnya aku, apa yang harus aku tinggalkan aku lupakan", saya sukses mengeluarkan air mata. Entah karena udah kebawa suasana, atau terpengaruh lirik sebelumnya, entahlah... yang pasti, sejak malam itu, saya jatuh cinta dengan lagu-lagunya Padi. Dan selanjutnya, selalu menginspirasi hidup saya.

Misal, saat saya sedih, saya punya 'Menanti Keajaiban' buat menghibur. Saat lagi butuh semangat, saya punya 'Prologue' atau 'Sang Penghibur' buat support saya. Saat lagi kesepian, saya punya 'Lain Dunia' atau 'Sesuatu Yang Tertunda' buat menemani saya. Saat lagi jatuh cinta, saya punya 'Demi Cinta', 'Mahadewi', juga 'Ternyata Cinta' yang bisa membuat saya merasa rindu dengannya. Saat saya patah hati, saya punya semua 'Kasih Tak Sampai', 'Masih Tetap Tersenyum', juga 'Ode' (lagu perpisahan terbaik -menurut saya-).

Bahkan, kalau saya jadi menikah kelak, lagu 'Demi Cinta', 'Ternyata Cinta', dan 'Rencana Besar' harus masuk playlist DJ di resepsi pernikahan saya. Dan saya mau undang lima orang jenius yang sudah menciptakan "teman-teman" saya yang tak terlihat tapi bisa didengar.

Juga alasan lain mengapa saya suka Padi, karena saya secara ajaib, ya, ajaib karena tiba-tiba saja, saya bisa bermain drum karena suka lihat Yoyo bermain drum di televisi. Saat teman-teman saya ngeband di studio, saya iseng duduk di belakang set drum, dan membayangkan Yoyo menabuh drum, dengan lagu 'Lingkaran' di kepala saya, dan tiba-tiba saja, saya sudah bermain drum. Teman-teman saya yang ada di studio itu cuma bilang, "lha gene iso dolanan drum, ra ngomong-ngomong" (lha itu bisa bermain drum, kok gak bilang-bilang). Saya cuma ketawa, bingung. Saya sendiri gak tahu. Tapi kalo bilang hal ini ke mereka pada saat itu, mungkin saya langsung dibawa ke Pakem (orang Jogja pasti tahu maksud saya). Dari situlah, saya kemudian jadi personel band bernama RKN, posisi drummer. Tapi, baru jalan 2 tahun udah bubar jalan masing-masing. Tapi, lumayan, udah pernah manggung 2X di pensi (pentas seni) waktu SMA.

Kalau ditanya, siapa yang ngajarin maen drum, saya jawab dengan yakin : Surendro Prasetyo (Yoyo 'Padi').

Saya selalu membayangkan, bisa bermain drum di salah satu konser mereka, sebagai additional player, gantiin Yoyo kalo tiba-tiba keseleo atau kecapekan. Juga, saya pengen lihat Padi, konser bareng, kolaborasi dengan Coldplay, band favorit saya yang lain. Karena selain sebagai Sobat Padi, saya juga menyebut diri saya seorang Coldplayer. Mengapa saya juga bisa jatuh cinta dengan Coldplay? Saya akan tuliskan di lain waktu.

Seperti halnya engkau sang mentari, tak henti menyinari seluruh bumi... begitu juga adanya diriku, tak akan berhenti langkahku. (Padi - Prologue)

No comments:

Post a Comment