Saturday, January 16, 2010

Freedom Writers (2)

Mengapa judul filmnya Freedom Writers?

Karena selanjutnya, Erin, guru bahasa inggris itu, memberi sebuah jurnal kehidupan (baca : diary) untuk mereka masing-masing. Dia menyuruh mereka menuliskan apa saja yang ada dalam pikiran mereka. Atau catatan harian tentang kehidupan mereka di hari itu. Atau apa saja yang mereka ingin tuliskan. Kemudian, Erin menyatukan jurnal-jurnal itu menjadi satu buku, dan diterbitkan dengan judul "Freedom Writers" yang menjadi buku best seller tentang kisah nyata para pelaku kehidupan gangster rasis di Amerika.

Dengan jurnal-jurnal itu, Erin juga akhirnya lebih mengenal mereka, mengapa mereka bisa menjadi seperti sekarang, menjadi anak-anak yang selalu memandang kekerasan adalah jalan hidup mereka. Mengapa perbedaan ras bisa membuat mereka saling terpisah satu dengan yang lain. Dan itu membuatnya berusaha lebih keras lagi, agar dia bisa sukses membuat anak muridnya menjadi menusia yang lebih baik.

Cerita selanjutnya bisa ditebak. Anak-anak dalam kelas itu menjadi lebih kompak, lebih bisa menghargai perbedaan diantara mereka, dan akhirnya, menjadi manusia yang lebih baik. Mereka belajar tentang perbedaan, belajar tentang menghormati perbedaan itu. Mereka juga belajar, bahwa masih banyak anak di usia mereka, atau yang lebih muda dari mereka, lebih menderita di luar sana. Menjadi korban perang rasisme di Eropa, perburuan terhadap kaum Yahudi di jaman Hitler, atau korban perang apapun yang dilatar belakangi "kelompok mana yang lebih hebat" atau idiologi "yang kuat akan bertahan dan yang lemah akan mati". Yang semuanya berakhir dengan satu kenyataan, bahwa perang apapun tidak akan membawa kehidupan yang lebih baik. Hanya berakhir dengan perasaan dendam, selalu dicekam ketakutan, juga kehilangan orang-orang yang mereka cintai.

Bukankah memang begitu? Kekerasan hanya menghasilkan kekerasan. Dendam hanya menghasilkan perang yang tidak akan berakhir. Mempermasalahkan perbedaan, hanya akan menghasilkan kita terkelompok menjadi orang-orang kerdil yang tidak akan pernah berpikir bersama untuk maju.

Mengapa kita selalu mengkotak-kotakkan diri kita dalam boks yang dunia ini ciptakan? Kaya-miskin, cantik-buruk rupa, tampan-jelek, orang jawa-orang makassar, agama A-agama B, hingga Milanisti-Juventini, atau The Jakmania-Viking (yang juga pernah difilmkan dengan judul 'Romeo dan Juliet').

Mengapa kita tidak pernah melihat satu kenyataan terbesarnya, bahwa kita semuanya SAMA. Kita semua adalah manusia, yang bisa merasa kehilangan, yang bisa merasa gembira, yang bisa merasa sakit, yang membutuhkan penghormatan, respek dari orang lain. Yang sama-sama mempunyai akal sehat dan pikiran untuk membuat kehidupan yang lebih baik. Bukankah perbedaan hanya masalah sudut pandang yang berbeda?

Kalau saya seorang "music scoring" dalam film itu, saya akan memasukkan lagu ini dalam ending cerita itu :

Tiada yang salah dengan perbedaan,
dan segala yang kita punya.
Yang salah hanyalah sudut pandang kita,
yang membuat kita terpisah.


Karena tak seharusnya, perbedaan menjadi jurang...

Bukankah kita diciptakan,
untuk dapat saling melengkapi?
Mengapa ini yang terjadi?
Mestinya perbedaan bukan alasan,
untuk tak saling memahami.


Harusnya cinta bisa memberi jalan,
'tuk satukan semua harapan.


********/*******

No comments:

Post a Comment